Monday, April 15, 2013

MATA TERARAH KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2013 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri.  Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan.  Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan.  Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan.  "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.  Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."  (Roma 8:6-7).  Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada.  Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.

    Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus.  Inilah yang dilakukan Daud:  "Mataku tetap terarah kepada Tuhan,"  (Mazmur 25:15).  Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap:  "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,"  (Ayub 16:20).  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).

     Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan.  Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada.  Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita.  Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya.  Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang!  Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.

Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.

Sunday, April 14, 2013

DAMAI SEJAHTERA KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2013 -

Baca:  Kolose 3:1-17

"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah."  Kolose 3:15

Kita yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak berarti bebas dari masalah.  Kita dapat saja mengalami permasalahan apa pun tapi tetap merasakan damai sejahtera Tuhan dalam hati kita.  Mungkin saja kita menangis di tanah pekuburan karena kehilangan orang yang kita cintai, atau menitikkan air mata saat terbaring di tempat tidur karena sakit, tetapi kita masih memiliki damai sejahtera dan ketenangan dalam hati kita tanpa harus menyalahkan Tuhan.  Sebagai manusia kita mungkin kuatir akan sesuatu, tetapi segera setelah kesulitan menyerang kita harus secepatnya datang dalam doa kepada Tuhan dan meminta kepada Dia supaya memberikan kedamaian dalam hati.  Rasul Paulus menasihati,  "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (Filipi 4:6).  Namun, berapa kali kita merasa takut dan kehilangan damai sejahtera ketika badai persoalan menerpa?

     Saudara, seberat apa pun beban yang menindih, kita tidak akan kehilangan damai sejahtera asal kita senantiasa melekat kepada Tuhan, karena Dia adalah Sumber damai sejahtera itu.  Ada tertulis:  "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."  (Yesaya 32:17).  Oleh sebab itu,  "...marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun."  (Roma 14:19).  Apa yang Saudara kejar dan yang menjadi prioritas dalam hidup ini?  Uang, kekayaan, popularitas?  Sampai kapan kita hanya memikirkan kepentingan duniawi ini?  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9), sementara perkara-perkara rohani yang membawa kita kepada kehidupan yang dipenuhi dengan damai sejahtera, sukacita, ketenangan sejati kita kesampingkan.

     Tidak ada seorang pun dan apa pun yang ada di dunia ini yang dapat memberikan damai sejahtera bagi kita.  Hanya Tuhan, yang dengan kekuatannya yang ajaib mampu berkata,  "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).  Penyertaan Tuhan akan menjadi kekuatan kita di segala situasi.  Untuk itulah kita bisa tenang dan damai sebab tanganNya yang berkuasa senantiasa menopang kita.

"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,"  Yesaya 48:18