Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2013 -
Baca: Yakobus 5:7-11
"Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum." Yakobus 5:9a
Bersungut-sungut dan saling menyalahkan adalah sifat yang sangat menonjol dari bangsa Israel. Setiap menghadapi kesulitan atau masalah mereka tidak pernah mengoreksi diri terlebih dahulu sebab-musababnya, melainkan langsung menyalahkan orang lain dan bersungut-sungut. "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika
kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!
Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh
seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3). Mereka menyalahkan Musa, menyalahkan keadaan dan selalu membanding-bandingkan dengan keadaan sebelumnya. Melihat apa yang diperbuat oleh bangsa Israel ini Tuhan menjadi sangat marah sehingga mereka harus langsung menanggung akibatnya: mati dipagut ular, dibinasakan oleh malaikat maut, dan puncaknya gagal memasuki Tanah Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb.
Bukankah tindakan ini juga sering dilakukan oleh banyak orang Kristen? Memang lebih mudah menyalahkan orang lain daripada melihat keberadaan diri sendiri. Kita cenderung tidak mau dipersalahkan. Kita merasa paling benar! Ketika penyakit, suami isteri saling menyalahkan, orangtua dan anak saling menyalahkan, bahkan tidak jarang kita juga menyalahkan Tuhan. Yakobus menasihati, "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah
bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah
tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha
penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:10-11).
Mari belajar dari Ayub, ketika dalam ujian dan penderitaan ia dipersalahkan oleh isterinya, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayun 2:9), namun ia mampu menjaga hatinya dan tidak menyalahkan Tuhan karena ia sadar itu adalah proses yang diijinkan Tuhan terjadi.
Bersungut-sungut dan suka menyalahkan orang lain adalah tanda ketidakdewasaan rohani seseorang!
Thursday, March 21, 2013
Wednesday, March 20, 2013
BANYAK MEMBERI, BANYAK BERKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2013 -
Baca: Amsal 11:1-31
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25
Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika maunya hanya menerima atau mendapat, tapi tidak mau kehilangan atau memberi. Kita berpikir bahwa semakin kita berhemat untuk diri sendiri, ditambah dengan menerima dari orang lain, maka kita akan semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan. Itu yang ada dalam pemikiran manusia dan juga menjadi prinsip hidup orang dunia.
Tetapi, prinsip dunia ini sangat bertolak belakang dengan prinsip Kerajaan Allah, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24). Alkitab menegaskan bahwa justru orang yang banyak memberi kepada orang lain akan menerima kelimpahan, sebaliknya orang yang kikir, yang menghemat begitu rupa akan selalu berkekurangan. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." (Amsal 28:22). Jadi "Berilah dan kamu akan diberi:" (Lukas 6:38).
Mengapa kita diharuskan memberi terlebih dahulu jika ingin mendapatkan? Karena ini perintah Tuhan! Dan selalu ada upah bagi yang taat melakukan perintah Tuhan, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Jika kita ingin mendapat sesuatu kita harus rela kehilangan. Kita akan diberkati secara melimpah jika kita setia mengerjakan bagian kita, yaitu memberi persepuluhan (baca Maleakhi 3:10), memperhatikan orrang yang kekurangan (baca Amsal 28:27) dan sebagainya. Sebagai anak-anak Tuhan, semangat dalam memberi harus lebih besar dari semangat menerima, sebab tujuan Tuhan memberkati kita adalah untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Memberi adalah kasih dalam tindakan nyata, bukan hanya lewat ucapan.
Jika kita rela melepaskan apa yang ada di tangan kita, maka Tuhan akan rela juga melepaskan apa yang ada di tanganNya bagi kita.
Baca: Amsal 11:1-31
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25
Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika maunya hanya menerima atau mendapat, tapi tidak mau kehilangan atau memberi. Kita berpikir bahwa semakin kita berhemat untuk diri sendiri, ditambah dengan menerima dari orang lain, maka kita akan semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan. Itu yang ada dalam pemikiran manusia dan juga menjadi prinsip hidup orang dunia.
Tetapi, prinsip dunia ini sangat bertolak belakang dengan prinsip Kerajaan Allah, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24). Alkitab menegaskan bahwa justru orang yang banyak memberi kepada orang lain akan menerima kelimpahan, sebaliknya orang yang kikir, yang menghemat begitu rupa akan selalu berkekurangan. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." (Amsal 28:22). Jadi "Berilah dan kamu akan diberi:" (Lukas 6:38).
Mengapa kita diharuskan memberi terlebih dahulu jika ingin mendapatkan? Karena ini perintah Tuhan! Dan selalu ada upah bagi yang taat melakukan perintah Tuhan, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Jika kita ingin mendapat sesuatu kita harus rela kehilangan. Kita akan diberkati secara melimpah jika kita setia mengerjakan bagian kita, yaitu memberi persepuluhan (baca Maleakhi 3:10), memperhatikan orrang yang kekurangan (baca Amsal 28:27) dan sebagainya. Sebagai anak-anak Tuhan, semangat dalam memberi harus lebih besar dari semangat menerima, sebab tujuan Tuhan memberkati kita adalah untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Memberi adalah kasih dalam tindakan nyata, bukan hanya lewat ucapan.
Jika kita rela melepaskan apa yang ada di tangan kita, maka Tuhan akan rela juga melepaskan apa yang ada di tanganNya bagi kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)