Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2013 -
Baca: Amsal 11:1-31
"Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25
Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika maunya hanya menerima atau mendapat, tapi tidak mau kehilangan atau memberi. Kita berpikir bahwa semakin kita berhemat untuk diri sendiri, ditambah dengan menerima dari orang lain, maka kita akan semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan. Itu yang ada dalam pemikiran manusia dan juga menjadi prinsip hidup orang dunia.
Tetapi, prinsip dunia ini sangat bertolak belakang dengan prinsip Kerajaan Allah, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24). Alkitab menegaskan bahwa justru orang yang banyak memberi kepada orang lain akan menerima kelimpahan, sebaliknya orang yang kikir, yang menghemat begitu rupa akan selalu berkekurangan. "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." (Amsal 28:22). Jadi "Berilah dan kamu akan diberi:" (Lukas 6:38).
Mengapa kita diharuskan memberi terlebih dahulu jika ingin mendapatkan? Karena ini perintah Tuhan! Dan selalu ada upah bagi yang taat melakukan perintah Tuhan, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Jika kita ingin mendapat sesuatu kita harus rela kehilangan. Kita akan diberkati secara melimpah jika kita setia mengerjakan bagian kita, yaitu memberi persepuluhan (baca Maleakhi 3:10), memperhatikan orrang yang kekurangan (baca Amsal 28:27) dan sebagainya. Sebagai anak-anak Tuhan, semangat dalam memberi harus lebih besar dari semangat menerima, sebab tujuan Tuhan memberkati kita adalah untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Memberi adalah kasih dalam tindakan nyata, bukan hanya lewat ucapan.
Jika kita rela melepaskan apa yang ada di tangan kita, maka Tuhan akan rela juga melepaskan apa yang ada di tanganNya bagi kita.
Wednesday, March 20, 2013
Tuesday, March 19, 2013
BERHASIL: Siapa Yang Kita Miliki
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2013 -
Baca: Kejadian 39:1-23
"Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." Kejadian 39:2
Sudah menjadi hal yang lumrah jika orang-orang dunia selalu mengukur atau menilai keberhasilan orang lain berdasarkan apa yang mereka punyai. Orang dikatakan berhasil karena memiliki rumah megah, mobil mewah, jabatan tinggi, terkenal.
Perhatikan ayat nas: Yusuf disebut orang yang selalu berhasil, padahal bukankah ia hanya sebagai budak di rumah Potifar? Memang cara pandang orang percaya dan orang dunia itu berbeda. Keberhasilan bagi orang percaya bukan berdasarkan atas apa yang ia miliki, tetapi bergantung pada 'siapa' yang ia miliki dalam hidup ini. Yusuf disebut sebagai orang berhasil, bahkan akhirnya dipercaya sebagai penguasa Mesir karena ia memiliki Tuhan yang hidup, yang senantiasa menyertai hidupnya.
Bangsa Israel selalu berhasil mengalahkan bangsa-bangsa lain dalam peperangan, saat mereka melibatkan Tuhan. Firaun dan pasukannya tak berdaya di depan bangsa Israel oleh karena Tuhan yang berperang ganti mereka. "Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14). Ketika bangsa Israel mengelilingi tembok Yerikho selama tujuh kali dengan meniup sangkakala, tembok itu pun runtuh. Bani Moab, Amon dan orang Meunim bertekuk lutut ketika Yosafat dan rakyatnya bersorak-sorai menaikkan puji-pujian bagi Tuhan. Itu semua karena siapa? "...bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (2 Tawarikh 20:15). Kunci keberhasilan mereka bukan pada kekuatan angkatan perang dan senjata canggihnya, kereta dan kuda, tapi semata-mata karena Tuhan ada di tengah-tengah mereka. "Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan." (Amsal 21:31).
Oleh karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal. Dialah yang menjadi jaminan hidup kita sepenuhnya. Ketika Tuhan Yesus menyertai langkah hidup kita, perkara-perkara besar dan ajaib pasti akan terjadi sehingga hidup kita menjadi kesaksian banyak orang.
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Baca: Kejadian 39:1-23
"Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." Kejadian 39:2
Sudah menjadi hal yang lumrah jika orang-orang dunia selalu mengukur atau menilai keberhasilan orang lain berdasarkan apa yang mereka punyai. Orang dikatakan berhasil karena memiliki rumah megah, mobil mewah, jabatan tinggi, terkenal.
Perhatikan ayat nas: Yusuf disebut orang yang selalu berhasil, padahal bukankah ia hanya sebagai budak di rumah Potifar? Memang cara pandang orang percaya dan orang dunia itu berbeda. Keberhasilan bagi orang percaya bukan berdasarkan atas apa yang ia miliki, tetapi bergantung pada 'siapa' yang ia miliki dalam hidup ini. Yusuf disebut sebagai orang berhasil, bahkan akhirnya dipercaya sebagai penguasa Mesir karena ia memiliki Tuhan yang hidup, yang senantiasa menyertai hidupnya.
Bangsa Israel selalu berhasil mengalahkan bangsa-bangsa lain dalam peperangan, saat mereka melibatkan Tuhan. Firaun dan pasukannya tak berdaya di depan bangsa Israel oleh karena Tuhan yang berperang ganti mereka. "Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14). Ketika bangsa Israel mengelilingi tembok Yerikho selama tujuh kali dengan meniup sangkakala, tembok itu pun runtuh. Bani Moab, Amon dan orang Meunim bertekuk lutut ketika Yosafat dan rakyatnya bersorak-sorai menaikkan puji-pujian bagi Tuhan. Itu semua karena siapa? "...bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (2 Tawarikh 20:15). Kunci keberhasilan mereka bukan pada kekuatan angkatan perang dan senjata canggihnya, kereta dan kuda, tapi semata-mata karena Tuhan ada di tengah-tengah mereka. "Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan." (Amsal 21:31).
Oleh karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal. Dialah yang menjadi jaminan hidup kita sepenuhnya. Ketika Tuhan Yesus menyertai langkah hidup kita, perkara-perkara besar dan ajaib pasti akan terjadi sehingga hidup kita menjadi kesaksian banyak orang.
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Subscribe to:
Posts (Atom)