Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2013 -
Baca: Amsal 10:1-32
"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." Amsal 10:4
Semua orang pasti berkeinginan menjadi orang yang berhasil: dalam studi, pekerjaan atau profesi. bagaimana supaya keinginan itu bisa terwujud? Seorang karyawan pasti berandai-andai bekerja di sebuah perusahaan bonafit, di mana ia akan mendapatkan gaji tinggi dan fasilitas memadai. Seorang siswa berpikir jika ia masuk sekolah unggulan atau favorit, kelak ia juga pasti akan bisa melanjutkan kuliah di PTN atau perguruan tinggi terbaik. Pebulutangkis juga berpikir jika ia bisa masuk pelatnas di Jakarta pasti akan berprestasi tinggi. Seringkali kita hanya melihat hasil atau sesuatu yang kelihatannya sudah enak dan mapan; tetapi pernahkah kita berpikir bahwa di balik itu semua dibutuhkan kerja keras? Seorang karyawan yang bekerja keras dan penuh dedikasi pasti akan mendapatkan upah yang sesuai. Tanpa belajar keras, seorang siswa mustahil memperoleh nilai yang bagus dan diterima di PTN atau perguruan tinggi terbaik. Demikian juga seorang atlit tanpa berlatih keras tidak akan mungkin meraih prestasi yang membanggakan.
Janganlah kita malas dalam mengerjakan segala sesuatu, sebab "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar." (Amsal 19:15). Sebaliknya, jadilah seorang pekerja keras. Mengapa kita harus bekerja keras? Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang bekerja, bukan Pribadi yang suka bermalas-malasan atau berpangku tangan saja. Ia berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17), bahkan "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel." (Mazmur 121:4). Kalau Tuhan sendiri saja bekerja keras, apakah kita sebagai umatNya hanya akan bermalas-malasan dan mau menerima hasilnya saja?
Tuhan menghendaki agar kita bekerja dengan sungguh sesuai kemampuan yang Dia berikan. Kepada orang yang diberi satu talenta, yang tidak mau bekerja dan mengembangkannya, dikatakan: "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas," (Matius 25:26). Kita disebut sebagai hamba yang jahat jika kita ini malas dan tidak mau bekerja!
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga," Pengkotbah 9:10
Sunday, March 17, 2013
Saturday, March 16, 2013
URAPAN: Kuasa Tuhan Bekerja
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2013 -
Baca: 2 Korintus 1:12-24
"Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi." 2 Korintus 1:21
Kita sering mendengar banyak orang Kristen berkata, "Ayo beribadah di gereja A, hari ini yang berkhotbah seorang pendeta yang penuh urapan." 'Urapan' seringkali kita identikkan dengan gaya atau cara seorang hamba Tuhan dalam menyampaikan kotbahnya. Ketika seorang pendeta berkhotbah dengan berapi-api disertai bahasa-bahasa teologia yang tinggi, kita katakan pendeta itu dipenuhi urapan. Atau ketika seluruh jemaat memuji-muji Tuhan dengan suara yang riuh rendah, bahkan sampai menitikkan air mata, kita berkata, "Wah...worship leadernya dipenuhi urapan Tuhan.", dan sebagainya.
Kata 'urapan' itu sendiri berarti melumasi atau mengolesi dengan urap atau minyak. Ini berkaitan erat dengan kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup orang percaya. Dalam Perjanjian Lama, 'urapan' selalu berkaitan erat dengan fungsi dan jabatan yang dipercayakan Tuhan kepada orang-orang tertentu: urapan nabi, urapan iman dan urapan raja, dan selalu ada dampak yang dihasilkan dari seseorang yang diurapi karena urapan adalah lambang kuasa penyertaan Tuhan. Contohnya Daud. "Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud." (1 Samuel 16:13). Namun dalam Perjanjian Baru pengurapan diberikan kepada setiap orang percaya. Urapan berbicara tentang kuasa Roh Kudus. "...ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." (Efesus 1:13-14) dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Jadi urapan Tuhan bukan hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba Tuhan, tetapi juga berlaku atas semua anak Tuhan. Di mana ada urapan Tuhan, sesuatu pasti terjadi, karena di dalam orang percaya ada Roh Kudus, maka sudah seharusnya kehidupan kita berubah dan berdampak. Perubahan itu tidak diukur dari penampilan luarnya, tapi melalui perbuatan nyata.
Orang yang diurapi Tuhan hidupnya pasti menjadi kesaksian bagi banyak orang!
Baca: 2 Korintus 1:12-24
"Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi." 2 Korintus 1:21
Kita sering mendengar banyak orang Kristen berkata, "Ayo beribadah di gereja A, hari ini yang berkhotbah seorang pendeta yang penuh urapan." 'Urapan' seringkali kita identikkan dengan gaya atau cara seorang hamba Tuhan dalam menyampaikan kotbahnya. Ketika seorang pendeta berkhotbah dengan berapi-api disertai bahasa-bahasa teologia yang tinggi, kita katakan pendeta itu dipenuhi urapan. Atau ketika seluruh jemaat memuji-muji Tuhan dengan suara yang riuh rendah, bahkan sampai menitikkan air mata, kita berkata, "Wah...worship leadernya dipenuhi urapan Tuhan.", dan sebagainya.
Kata 'urapan' itu sendiri berarti melumasi atau mengolesi dengan urap atau minyak. Ini berkaitan erat dengan kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup orang percaya. Dalam Perjanjian Lama, 'urapan' selalu berkaitan erat dengan fungsi dan jabatan yang dipercayakan Tuhan kepada orang-orang tertentu: urapan nabi, urapan iman dan urapan raja, dan selalu ada dampak yang dihasilkan dari seseorang yang diurapi karena urapan adalah lambang kuasa penyertaan Tuhan. Contohnya Daud. "Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud." (1 Samuel 16:13). Namun dalam Perjanjian Baru pengurapan diberikan kepada setiap orang percaya. Urapan berbicara tentang kuasa Roh Kudus. "...ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." (Efesus 1:13-14) dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Jadi urapan Tuhan bukan hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba Tuhan, tetapi juga berlaku atas semua anak Tuhan. Di mana ada urapan Tuhan, sesuatu pasti terjadi, karena di dalam orang percaya ada Roh Kudus, maka sudah seharusnya kehidupan kita berubah dan berdampak. Perubahan itu tidak diukur dari penampilan luarnya, tapi melalui perbuatan nyata.
Orang yang diurapi Tuhan hidupnya pasti menjadi kesaksian bagi banyak orang!
Subscribe to:
Posts (Atom)