Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2013 -
Baca: 2 Korintus 1:12-24
"Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi." 2 Korintus 1:21
Kita sering mendengar banyak orang Kristen berkata, "Ayo beribadah di gereja A, hari ini yang berkhotbah seorang pendeta yang penuh urapan." 'Urapan' seringkali kita identikkan dengan gaya atau cara seorang hamba Tuhan dalam menyampaikan kotbahnya. Ketika seorang pendeta berkhotbah dengan berapi-api disertai bahasa-bahasa teologia yang tinggi, kita katakan pendeta itu dipenuhi urapan. Atau ketika seluruh jemaat memuji-muji Tuhan dengan suara yang riuh rendah, bahkan sampai menitikkan air mata, kita berkata, "Wah...worship leadernya dipenuhi urapan Tuhan.", dan sebagainya.
Kata 'urapan' itu sendiri berarti melumasi atau mengolesi dengan urap atau minyak. Ini berkaitan erat dengan kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup orang percaya. Dalam Perjanjian Lama, 'urapan' selalu berkaitan erat dengan fungsi dan jabatan yang dipercayakan Tuhan kepada orang-orang tertentu: urapan nabi, urapan iman dan urapan raja, dan selalu ada dampak yang dihasilkan dari seseorang yang diurapi karena urapan adalah lambang kuasa penyertaan Tuhan. Contohnya Daud. "Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud
di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya
berkuasalah Roh Tuhan atas Daud." (1 Samuel 16:13). Namun dalam Perjanjian Baru pengurapan diberikan kepada setiap orang percaya. Urapan berbicara tentang kuasa Roh Kudus. "...ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh
seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk
memuji kemuliaan-Nya." (Efesus 1:13-14) dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Jadi urapan Tuhan bukan hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba Tuhan, tetapi juga berlaku atas semua anak Tuhan. Di mana ada urapan Tuhan, sesuatu pasti terjadi, karena di dalam orang percaya ada Roh Kudus, maka sudah seharusnya kehidupan kita berubah dan berdampak. Perubahan itu tidak diukur dari penampilan luarnya, tapi melalui perbuatan nyata.
Orang yang diurapi Tuhan hidupnya pasti menjadi kesaksian bagi banyak orang!
Saturday, March 16, 2013
Friday, March 15, 2013
MELAKUKAN PEKERJAAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 92:1-16
"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." Mazmur 92:6
Kepada jemaat di Efesus, Paulus mengingatkan bahwa "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Setiap orang percaya dipanggil untuk melakukan sebuah pekerjaan yang telah dipersiapkan Tuhan. Pekerjaan di sini berbicara tentang pelayanan yang harus kita kerjakan, baik itu untuk Tuhan dan juga terhadap sesama. Oleh sebab itu Paulus berkomitmen, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a).
Pelayanan kepada Tuhan berarti percaya kepadaNya dan taat melakukan firmanNya. Ada tertulis: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29). Ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ia telah melakukan pekerjaan Allah yang paling mendasar. Namun kita tidak bisa hanya berhenti sampai di situ, iman percaya kita harus diwujudkan dengan perbuatan nyata, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jadi kita harus membuktikan iman itu dengan ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai makanan jasmani, tapi sesuatu yang jauh lebih penting dari makanan jasmani yaitu makanan rohani atau perkara-perkara rohani. Bagi Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa merupakan kesukaan dan menjadi kebutuhan utamaNya, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Dewasa ini banyak orang Kristen yang lebih memprioritaskan urusan jasmaninya daripada mengejar perkara-perkara rohani. Jangankan menjadi berkat bagi sesamanya, untuk hidup taat saja susahnya bukan main; kita lebih suka menuruti keinginan daging daripada tunduk kepada Tuhan.
"Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;" Wahyu 2:26
Baca: Mazmur 92:1-16
"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." Mazmur 92:6
Kepada jemaat di Efesus, Paulus mengingatkan bahwa "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Setiap orang percaya dipanggil untuk melakukan sebuah pekerjaan yang telah dipersiapkan Tuhan. Pekerjaan di sini berbicara tentang pelayanan yang harus kita kerjakan, baik itu untuk Tuhan dan juga terhadap sesama. Oleh sebab itu Paulus berkomitmen, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a).
Pelayanan kepada Tuhan berarti percaya kepadaNya dan taat melakukan firmanNya. Ada tertulis: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29). Ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ia telah melakukan pekerjaan Allah yang paling mendasar. Namun kita tidak bisa hanya berhenti sampai di situ, iman percaya kita harus diwujudkan dengan perbuatan nyata, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jadi kita harus membuktikan iman itu dengan ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai makanan jasmani, tapi sesuatu yang jauh lebih penting dari makanan jasmani yaitu makanan rohani atau perkara-perkara rohani. Bagi Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa merupakan kesukaan dan menjadi kebutuhan utamaNya, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Dewasa ini banyak orang Kristen yang lebih memprioritaskan urusan jasmaninya daripada mengejar perkara-perkara rohani. Jangankan menjadi berkat bagi sesamanya, untuk hidup taat saja susahnya bukan main; kita lebih suka menuruti keinginan daging daripada tunduk kepada Tuhan.
"Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;" Wahyu 2:26
Subscribe to:
Posts (Atom)