Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 92:1-16
"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." Mazmur 92:6
Kepada jemaat di Efesus, Paulus mengingatkan bahwa "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita
hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Setiap orang percaya dipanggil untuk melakukan sebuah pekerjaan yang telah dipersiapkan Tuhan. Pekerjaan di sini berbicara tentang pelayanan yang harus kita kerjakan, baik itu untuk Tuhan dan juga terhadap sesama. Oleh sebab itu Paulus berkomitmen, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a).
Pelayanan kepada Tuhan berarti percaya kepadaNya dan taat melakukan firmanNya. Ada tertulis: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29). Ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ia telah melakukan pekerjaan Allah yang paling mendasar. Namun kita tidak bisa hanya berhenti sampai di situ, iman percaya kita harus diwujudkan dengan perbuatan nyata, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Jadi kita harus membuktikan iman itu dengan ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak berbicara mengenai makanan jasmani, tapi sesuatu yang jauh lebih penting dari makanan jasmani yaitu makanan rohani atau perkara-perkara rohani. Bagi Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa merupakan kesukaan dan menjadi kebutuhan utamaNya, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Dewasa ini banyak orang Kristen yang lebih memprioritaskan urusan jasmaninya daripada mengejar perkara-perkara rohani. Jangankan menjadi berkat bagi sesamanya, untuk hidup taat saja susahnya bukan main; kita lebih suka menuruti keinginan daging daripada tunduk kepada Tuhan.
"Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;" Wahyu 2:26
Friday, March 15, 2013
Thursday, March 14, 2013
BALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2013 -
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Roma 12:17
Yusuf sangat percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28. Itulah sebabnya ia bisa mengampuni dan melupakan kejahatan yang diperbuat oleh saudara-saudaranya.
Yusuf juga percaya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang tidak pernah tertidur terlelap, "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Di tengah pergumulan yang begitu berat Yusuf tidak menyimpang dari jalan Tuhan dan mempertahankan hidup tidak bercela di hadapanNya. Akhirnya Yusuf mengalami penggenapan janji Tuhan seperti tertulis: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Andaikan Yusuf mengandalkan kekuatan sendiri dan melakukan pembalasan terhadap apa yang telah diperbuat oleh saudaranya, ia tidak akan mengalami peninggian dari Tuhan; mimpi yang pernah ia terima pun tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Kejahatan, kebencian dan dendam hanya akan menjadi penghalang berkat Tuhan dicurahkan. Sampai banyak ini masih banyak orang Kristen yang sulit sekali mengampuni orang lain, hatinya masih dipenuhi oleh rasa sakit hati, kepahitan, dendam. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita belum bertobat dengan sungguh? Petobat sejati pasti menghasilkan buah-buah sesuai dengan pertobatannya (baca Matius 3:8). Adapun buah-buah itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (baca Galatia 5:22-23). Mengampuni bukan berarti kalah, justru merupakan jalan menuju kemenangan untuk meraih berkat-berkat Tuhan. Jadi "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21). Maka, percayalah bahwa orang benar tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan, sebab Ia "...menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23).
Kita harus bisa mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, seperti Yusuf.
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Roma 12:17
Yusuf sangat percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28. Itulah sebabnya ia bisa mengampuni dan melupakan kejahatan yang diperbuat oleh saudara-saudaranya.
Yusuf juga percaya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang tidak pernah tertidur terlelap, "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Di tengah pergumulan yang begitu berat Yusuf tidak menyimpang dari jalan Tuhan dan mempertahankan hidup tidak bercela di hadapanNya. Akhirnya Yusuf mengalami penggenapan janji Tuhan seperti tertulis: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Andaikan Yusuf mengandalkan kekuatan sendiri dan melakukan pembalasan terhadap apa yang telah diperbuat oleh saudaranya, ia tidak akan mengalami peninggian dari Tuhan; mimpi yang pernah ia terima pun tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Kejahatan, kebencian dan dendam hanya akan menjadi penghalang berkat Tuhan dicurahkan. Sampai banyak ini masih banyak orang Kristen yang sulit sekali mengampuni orang lain, hatinya masih dipenuhi oleh rasa sakit hati, kepahitan, dendam. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita belum bertobat dengan sungguh? Petobat sejati pasti menghasilkan buah-buah sesuai dengan pertobatannya (baca Matius 3:8). Adapun buah-buah itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (baca Galatia 5:22-23). Mengampuni bukan berarti kalah, justru merupakan jalan menuju kemenangan untuk meraih berkat-berkat Tuhan. Jadi "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21). Maka, percayalah bahwa orang benar tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan, sebab Ia "...menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23).
Kita harus bisa mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, seperti Yusuf.
Subscribe to:
Posts (Atom)