Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2013 -
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Roma 12:17
Yusuf sangat percaya bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai
dengan rencana Allah." (Roma 8:28. Itulah sebabnya ia bisa mengampuni dan melupakan kejahatan yang diperbuat oleh saudara-saudaranya.
Yusuf juga percaya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang tidak pernah tertidur terlelap, "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Di tengah pergumulan yang begitu berat Yusuf tidak menyimpang dari jalan Tuhan dan mempertahankan hidup tidak bercela di hadapanNya. Akhirnya Yusuf mengalami penggenapan janji Tuhan seperti tertulis: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Andaikan Yusuf mengandalkan kekuatan sendiri dan melakukan pembalasan terhadap apa yang telah diperbuat oleh saudaranya, ia tidak akan mengalami peninggian dari Tuhan; mimpi yang pernah ia terima pun tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Kejahatan, kebencian dan dendam hanya akan menjadi penghalang berkat Tuhan dicurahkan. Sampai banyak ini masih banyak orang Kristen yang sulit sekali mengampuni orang lain, hatinya masih dipenuhi oleh rasa sakit hati, kepahitan, dendam. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kita belum bertobat dengan sungguh? Petobat sejati pasti menghasilkan buah-buah sesuai dengan pertobatannya (baca Matius 3:8). Adapun buah-buah itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (baca Galatia 5:22-23). Mengampuni bukan berarti kalah, justru merupakan jalan menuju kemenangan untuk meraih berkat-berkat Tuhan. Jadi "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21). Maka, percayalah bahwa orang benar tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan, sebab Ia "...menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23).
Kita harus bisa mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, seperti Yusuf.
Thursday, March 14, 2013
Wednesday, March 13, 2013
BALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2013 -
Baca: Kejadian 50:15-21
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." Kejadian 50:20
Apa reaksi Saudara ketika disakiti, difitnah atau dilukai, padahal Saudara tidak melakukan kesalahan apa pun? Secara naluriah kita pasti memiliki kecenderungan membalas sakit hati kita. Inilah prinsip yang diterapkan orang-orang dunia ketika mereka disakiti: pembalasan akan lebih kejam dari pada perbuatan.
Haruskah orang Kristen mengikuti jejak mereka? Bukankah kehidupan orang percaya itu harus berbeda dengan dunia? FirmanNya, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kehendak Tuhan bagi kita: tidak melakukan pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi kita harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka!
Yusuf adalah contoh orang yang mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kita pasti tahu kisah perjalanan hidup Yusuf yang tercatat dalam Alkitab. Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang cukup dramatis, penderitaan demi penderitaan harus ia alami sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya sendiri. Kalau orang lain yang melakukan kejahatan mungkin kita masih bisa memakluminya, tapi tindakan ini dilakukan oleh saudara Yusuf sendiri. Ini sungguh menyakitkan! Andai kita berada di posisi Yusuf mungkin kita tidak akan menerima hal itu dan akan membalas sakit hati (dendam) kita kepada mereka. Namun hal ini tidak dilakukan Yusuf. Ia mampu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa kelam yang terjadi di masa lalunya.
Yusuf sadar bahwa semua itu adalah bagian dari proses yang diijinkan Tuhan, yang kesemuanya mendatangkan kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya sehingga ia pun dapat berkata, "...kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," (ayat nas). (Bersambung)
Baca: Kejadian 50:15-21
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." Kejadian 50:20
Apa reaksi Saudara ketika disakiti, difitnah atau dilukai, padahal Saudara tidak melakukan kesalahan apa pun? Secara naluriah kita pasti memiliki kecenderungan membalas sakit hati kita. Inilah prinsip yang diterapkan orang-orang dunia ketika mereka disakiti: pembalasan akan lebih kejam dari pada perbuatan.
Haruskah orang Kristen mengikuti jejak mereka? Bukankah kehidupan orang percaya itu harus berbeda dengan dunia? FirmanNya, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kehendak Tuhan bagi kita: tidak melakukan pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi kita harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka!
Yusuf adalah contoh orang yang mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kita pasti tahu kisah perjalanan hidup Yusuf yang tercatat dalam Alkitab. Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang cukup dramatis, penderitaan demi penderitaan harus ia alami sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya sendiri. Kalau orang lain yang melakukan kejahatan mungkin kita masih bisa memakluminya, tapi tindakan ini dilakukan oleh saudara Yusuf sendiri. Ini sungguh menyakitkan! Andai kita berada di posisi Yusuf mungkin kita tidak akan menerima hal itu dan akan membalas sakit hati (dendam) kita kepada mereka. Namun hal ini tidak dilakukan Yusuf. Ia mampu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa kelam yang terjadi di masa lalunya.
Yusuf sadar bahwa semua itu adalah bagian dari proses yang diijinkan Tuhan, yang kesemuanya mendatangkan kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya sehingga ia pun dapat berkata, "...kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," (ayat nas). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)