Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2013 -
Baca: Kejadian 50:15-21
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar." Kejadian 50:20
Apa reaksi Saudara ketika disakiti, difitnah atau dilukai, padahal Saudara tidak melakukan kesalahan apa pun? Secara naluriah kita pasti memiliki kecenderungan membalas sakit hati kita. Inilah prinsip yang diterapkan orang-orang dunia ketika mereka disakiti: pembalasan akan lebih kejam dari pada perbuatan.
Haruskah orang Kristen mengikuti jejak mereka? Bukankah kehidupan orang percaya itu harus berbeda dengan dunia? FirmanNya, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kehendak Tuhan bagi kita: tidak melakukan pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi kita harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka!
Yusuf adalah contoh orang yang mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kita pasti tahu kisah perjalanan hidup Yusuf yang tercatat dalam Alkitab. Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang cukup dramatis, penderitaan demi penderitaan harus ia alami sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya sendiri. Kalau orang lain yang melakukan kejahatan mungkin kita masih bisa memakluminya, tapi tindakan ini dilakukan oleh saudara Yusuf sendiri. Ini sungguh menyakitkan! Andai kita berada di posisi Yusuf mungkin kita tidak akan menerima hal itu dan akan membalas sakit hati (dendam) kita kepada mereka. Namun hal ini tidak dilakukan Yusuf. Ia mampu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa kelam yang terjadi di masa lalunya.
Yusuf sadar bahwa semua itu adalah bagian dari proses yang diijinkan Tuhan, yang kesemuanya mendatangkan kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya sehingga ia pun dapat berkata, "...kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," (ayat nas). (Bersambung)
Wednesday, March 13, 2013
Tuesday, March 12, 2013
MENYENANGKAN HATI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2013 -
Baca: Lukas 19:28-44
"Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." Lukas 19:31
Setelah diselamatkan dan mengalami kelahiran baru di dalam Kristus setiap orang percaya harus terus bertumbuh di dalam Dia, sebab proses keselamatan itu harus dikerjakan terus-menerus sampai kita menjadi serupa dengan Kristus. Paulus kepada jemaat di Filipi: "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:12-15). Tidak ada pilihan lain, melangkahlah maju menuju standarNya, yaitu hidup tidak bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Inilah yang menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Tuhan adalah penting dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Untuk dapat menyenangkan hati Tuhan kita harus memiliki hidup yang berkenan kepadaNya, serta melakukan apa pun yang menjadi keinginan dan kehendakNya, "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" Kata mereka: 'Tuhan memerlukannya. Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.'" (Lukas 19:33-35). Orang ini tahu apa yang menjadi keinginan Tuhan Yesus sehingga ia melakukan apa yang perintahkanNya.
Melakukan perintah Tuhan berarti firmanNya tinggal di dalam kita, yaitu dengan cara kita memahami setiap ayat firman Tuhan yang kita baca, lalu merenungkan itu siang dan malam sehingga kita beroleh kepekaan untuk memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan. "... makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Bagaimana dengan Saudara?
Apakah yang kita perbuat selama ini membuat Tuhan tersenyum, atau malah menyedihkan hatiNya, karena ketidaktaatan kita?
Baca: Lukas 19:28-44
"Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." Lukas 19:31
Setelah diselamatkan dan mengalami kelahiran baru di dalam Kristus setiap orang percaya harus terus bertumbuh di dalam Dia, sebab proses keselamatan itu harus dikerjakan terus-menerus sampai kita menjadi serupa dengan Kristus. Paulus kepada jemaat di Filipi: "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:12-15). Tidak ada pilihan lain, melangkahlah maju menuju standarNya, yaitu hidup tidak bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Inilah yang menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Tuhan adalah penting dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Untuk dapat menyenangkan hati Tuhan kita harus memiliki hidup yang berkenan kepadaNya, serta melakukan apa pun yang menjadi keinginan dan kehendakNya, "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" Kata mereka: 'Tuhan memerlukannya. Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.'" (Lukas 19:33-35). Orang ini tahu apa yang menjadi keinginan Tuhan Yesus sehingga ia melakukan apa yang perintahkanNya.
Melakukan perintah Tuhan berarti firmanNya tinggal di dalam kita, yaitu dengan cara kita memahami setiap ayat firman Tuhan yang kita baca, lalu merenungkan itu siang dan malam sehingga kita beroleh kepekaan untuk memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan. "... makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Bagaimana dengan Saudara?
Apakah yang kita perbuat selama ini membuat Tuhan tersenyum, atau malah menyedihkan hatiNya, karena ketidaktaatan kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)