Tuesday, March 5, 2013

TETAP DI JALUR YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2013 -

Baca:  Yohanes 3:22-36

"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas."  Yohanes 3:34

Tugas memberitakan Injil bukan semata-mata tanggung jawab hamba Tuhan  (pendeta), penginjil, fulltimer atau para sarjana teologia.  Tugas itu ada di pundak semua orang percaya tanpa terkecuali, sebab  "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."  (1 Petrus 2:9-10).

     Tugas sebagai pemberita Injil sangat mulia, karena itu kita harus meresponsnya dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab.  Ini juga yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis, mengerjakan panggilannya dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh.  Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memisahkan diri dari berbagai hal yang tidak berkenan kepada Tuhan agar layak dipakai sebagai alat kemuliaanNya.  Dalam mengerjakan tugas pelayanannnya Yohanes pembaptis tetap memegang prinsip:  "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  (Yohanes 3:30).  Ia tidak mencari pujian dan hormat manusia atau supaya dirinya makin terkenal dan kian diminati oleh orang banyak, tapi segala pujian dan kemuliaan hanya dipersembahkan bagi Tuhan Yesus semata, karena Dialah yang berhak menerimanya.  Inilah pernyataan Yohanes pembaptis,  "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak."  (Markus 1:7).  Meski sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia tetaplah orang yang rendah hati dan berada di jalur yang benar.

     Di zaman sekarang ini tidak sedikit kita yang melayani Tuhan mulai ke luar dari jalur yang benar, apalagi yang sudah 'jadi' terkenal, sehingga tanpa terasa motivasi dalam melayani Tuhan sudah tidak murni seperti sediakala.  Kita lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat lahiriah sehingga pelayanan yang kita lakukan hanya sebagai aktivitas rutin semata, dan kita pun lebih senang menerima pujian dari orang yang kita layani!  (Bersambung)

Monday, March 4, 2013

KITA ADALAH SAUDARA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2013 -

Baca:  Roma 15:1-13

"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah."  Roma 15:7

Dalam renungan tanggal 2 Januari 2013 lalu dijelaskan bahwa kerukunan antar jemaat mendatangkan berkat dari Tuhan.  Dimana ada kerukunan,  "... ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).

     Sebagai anggota jemaat Tuhan, kita harus berusaha untuk menciptakan kerukunan satu sama lain, supaya gereja tetap kuat dah kokoh.  Meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda  (status, suku, pendidikan dan sebagainya)  kita adalah satu, "...sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,"  (1 Korintus 12:12).  Jadi kita harus menerima dan memperlakukan orang lain sebagai saudara, sebagaimana Kristus telah menerima dan melayani jiwa-jiwa tanpa pandang bulu,  "supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."  (1 Korintus 12:25-26).  Keadaan ini tidak akan menjadi kenyataan bila kita tidak menjadikan Kristus sebagai satu-satunya teladan dalam hidup ini.  Kita tidak mungkin dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang lain apabila hubungan kita dengan Tuhan juga tidak baik.

     Ketahuilah bahwa Tuhan mengutus gerejaNya menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang dipenuhi pertikaian dan permusuhan ini.  Namun bagaimana kita bisa menjadi kesaksian dan memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah apabila di antara umat Tuhan terjadi iri hati, perselisihan, kebencian, keributan dan saling mempertahankan ego masing-masing?  Bukankah ini akan menjadi batu sandungan bagi orang di luar Tuhan?  Bukankah tujuan kerukunan orang percaya di dalam gereja adalah supaya nama Tuhan dipermuliakan?  Kekristenan adalah kasih,  "Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu..."  (2 Korintus 8:24),  "...bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."  (1 Yohanes 3:18).

Jemaat gereja mula-mula rukun dan bersatu, karena itu  "...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."  Kisah 2:47