Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 67:1-8
"supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." Mazmur 67:3
Jika menyadari bahwa hidup kita ini telah ditebus oleh darah Kristus, tidak seharusnya orang Kristen bersikap acuh tak acuh terhadap pelayanan. Bukankah banyak di antara kita yang dengan sengaja menghindar atau menolak secara terang-terangan jika diimbau untuk melayani Tuhan? Padahal "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita
hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
'Pekerjaan baik' yang dimaksud adalah pelayanan kita. Jadi Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia dan memberikan sumbangsih bagi kerajaanNya dan sesama, sebagaimana dilakukan Yesus ketika ia berada di bumi yaitu melayani bapa. "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." (Yohanes 17:4). Yesus bukan saja mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Bapa dengan taat dan setia, bahkan Ia sampai rela mati di atas kayu salib. Sungguh, "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Pelayanan tidak selalu di atas mimbar. Apa pun dan kapan pun kita melayani orang lain dengan penuh kasih dan ketulusan, seperti yang diperbuat oleh seorang Samaria (baca Lukas 10:25-37), ini juga wujud sebuah pelayanan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
Ingat! Kita diselamatkan bukan untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri, tapi untuk sebuah misi. Ada amanat Agung yang harus kita kerjakan supaya kita memberitakan jalan-jalanNya dan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dan kerajaanNya ditegakkan di atas muka bumi ini. Tuhan Yesus berkata, "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19).
Keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk melayani dan mengerjakan misi Tuhan!
Friday, March 1, 2013
Thursday, February 28, 2013
GEREJA: Sebuah Keluarga Allah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -
Baca: Efesus 2:11-22
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19
Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani. Rasul Yohanes menambahkan, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1). Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7).
Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja). Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal. Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah. Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.
Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir: butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita. Itulah pentingnya sebuah gereja lokal. Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya. Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita. Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita. Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.
Ingat! Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!
Baca: Efesus 2:11-22
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19
Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani. Rasul Yohanes menambahkan, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1). Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7).
Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja). Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal. Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah. Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.
Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir: butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita. Itulah pentingnya sebuah gereja lokal. Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya. Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita. Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita. Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.
Ingat! Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!
Subscribe to:
Posts (Atom)