Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 130:1-8
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!" Mazmur 130:1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata jurang adalah lembah yang dalam dan sempit, serta curam dindingnya; suatu tempat yang sangat gelap dan mengerikan. Ketika seseorang sedang melewati jalan yang disisinya ada jurang, pastilah ada rambu supaya kita hati-hati. Jika tidak berhati-hati bisa fatal akibatnya. Jika sudah terperosok/jatuh ke dalam jurang curam, sulit rasanya untuk tetap hidup. Jika hidup pun sulit menyelamatkan diri sendiri, kita pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Tak bisa dibayangkan betapa ngeri dan menderitanya bila seseorang jatuh ke dalam jurang.
Terkadang kita juga mengalami keadaan yang demikian, di mana masalah dan kesesakan datang melanda hidup kita. Kita pun merasa tak berdaya, sedih, perih, sakit, putus asa, seperti berada di dalam 'jurang' yang sepertinya tidak ada harapan dan kita tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan demikian juga pernah di alami Daud, namun dia tidak menyerah begitu saja atau menyalahkan keadaan, orang lain, diri sendiri atau bahkan Tuhan yang justru akan makin menenggelamkannya dalam ratap; Daud tahu kepada siapa ia berharap dan meratap: "Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku." (ayat 2). Ia datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan memohon belas kasihNya dengan berkata, "Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3). Daud sadar bahwa dirinya penuh kesalahan, dan mungkin saja penderitaan yang dialaminya sebagai akibat kesalahan dan pelanggarannya. Itulah sebabnya ia memohon ampun kepada Tuhan, dan ia berkata, "...pada-Mu ada pengampunan," (ayat 4).
Asal bertobat dengan sungguh Tuhan pasti akan mendengar teriak kita minta tolong. Karena itu Daud menanti-nantikan Tuhan! Bahkan pengharapannya kepada Tuhan "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi," (ayat 6). Hal itu menunjukkan betapa ia sangat mengharapkan Tuhan. Daud sangat yakin bahwa pengharapan di dalam Tuhan "...adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita," (Ibrani 6:19) dan "...tidak mengecewakan," (Roma 5:5).
Tetap berharap kepada Tuhan dan nantikan Dia; pada saat yang tepat Dia pasti akan mengangkat kita dari jurang terdalam sekali pun!
Wednesday, February 13, 2013
Tuesday, February 12, 2013
HIDUP YANG TIDAK TERTIB
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2013 -
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." 2 Tesalonika 3:11
Tahukah kita untuk apa peraturan dibuat? Pastilah untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berurusan dengan aturan-aturan. Dalam berlalu lintas ada rambu-rambu yang harus kita patuhi; di kantor, sekolah atau tempat-tempat umum kita menjumpai tata tertib yang harus diperhatikan. Semua itu bertujuan supaya ada keteraturan dan ketertiban, sebab banyak orang yang hidupnya tidak tertib.
Tak terkecuali dalam kehidupan orang percaya. Sebenarnya kita sudah banyak membaca dan mendengarkan firman Allah, dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16), tetapi betapa banyak orang Kristen yang hidupnya tidak mencerminkan kekristenan yang benar. Secara teori mereka percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di dalam kehidupan nyata mereka sama sekali tidak mencerminkan hidup yang sesuai firman Tuhan, justru menyimpang.
Kekristenan adalah tugas yang harus dijalankan dan dipraktekkan dalam realita, bukan sekedar percaya yang pasif; artinya jika kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka iman percaya kita itu harus menjadi suatu kenyataan dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihati, "...kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu," (2 Tesalonika 3:7). Banyak orang Kristen yang maunya ingin yang enak-enak saja tapi tidak tertib hidupnya; tidak tertib dalam hal: membagi waktu antara pelayanan dan keluarga, antara hobi dan jam-jam doa (ibadah), mengembalikan persepuluhan, pekerjaan, studi, pergaulan dan sebagainya. Akhirnya citra dirinya sebagai orang Kristen tercoreng dengan sendirinya dan mereka tidak bisa memuliakan Tuhan melalui kehidupannya. Ingat! Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Tuhan hidupnya pasti tertib, sebab "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Ketidaktertiban adalah tanda bahwa seseorang tidak taat terhadap firman Tuhan!
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." 2 Tesalonika 3:11
Tahukah kita untuk apa peraturan dibuat? Pastilah untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berurusan dengan aturan-aturan. Dalam berlalu lintas ada rambu-rambu yang harus kita patuhi; di kantor, sekolah atau tempat-tempat umum kita menjumpai tata tertib yang harus diperhatikan. Semua itu bertujuan supaya ada keteraturan dan ketertiban, sebab banyak orang yang hidupnya tidak tertib.
Tak terkecuali dalam kehidupan orang percaya. Sebenarnya kita sudah banyak membaca dan mendengarkan firman Allah, dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16), tetapi betapa banyak orang Kristen yang hidupnya tidak mencerminkan kekristenan yang benar. Secara teori mereka percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di dalam kehidupan nyata mereka sama sekali tidak mencerminkan hidup yang sesuai firman Tuhan, justru menyimpang.
Kekristenan adalah tugas yang harus dijalankan dan dipraktekkan dalam realita, bukan sekedar percaya yang pasif; artinya jika kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka iman percaya kita itu harus menjadi suatu kenyataan dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihati, "...kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu," (2 Tesalonika 3:7). Banyak orang Kristen yang maunya ingin yang enak-enak saja tapi tidak tertib hidupnya; tidak tertib dalam hal: membagi waktu antara pelayanan dan keluarga, antara hobi dan jam-jam doa (ibadah), mengembalikan persepuluhan, pekerjaan, studi, pergaulan dan sebagainya. Akhirnya citra dirinya sebagai orang Kristen tercoreng dengan sendirinya dan mereka tidak bisa memuliakan Tuhan melalui kehidupannya. Ingat! Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Tuhan hidupnya pasti tertib, sebab "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Ketidaktertiban adalah tanda bahwa seseorang tidak taat terhadap firman Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)