Saturday, February 9, 2013

JANGAN CONGKAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2013 -

Baca:  Yakobus 4:1-10

"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  Yakobus 4:6

Banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kesombongan, tinggi hati, congkak, memegahkan diri adalah sikap yang sangat tidak berkenan kepada Tuhan.  Dengan tegas Tuhan sangat menentang orang-orang yang demikian.  Di dalam Amsal 6:16-19 dikatakan ada enam perkara yang dibenci Tuhan, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi Dia, dan salah satunya adalah kesombongan.  Itulah sebabnya  "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;"  (Yesaya 2:11a).  Juga ada tertulis:  "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman."  (Amsal 16:5).

     Raja Nebukadnezar adalah salah satu contoh orang congkak yang tertulis di dalam Alkitab.  Ia berpikir bahwa segala kebesaran, kemegahan dan apa pun yang ada padanya adalah hasil dari kemampuan dan kehebatannya sendiri.  Suatu saat ia berjalan di atas istananya di Babel, dan dengan sombongnya ia berkata,  "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?"  (Daniel 4:30).  Namun saat itu pula Tuhan menghukum Nebukadnezar karena kesombongannya, di mana ia direndahkan oleh Tuhan:  "...engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!"  (Daniel 4:32).  Akhirnya Nebukadnezar menyadari kesalahannya dan mengakui kebesaran Tuhan sehingga Ia pun memulihkan keadaannya.

     Di hadapan Tuhan, kita bukanlah siapa-siapa,  "...tidak lebih dari pada embusan nafas,"  (Yesaya 2:22).  Segala yang kita miliki, baik itu harta kekayaan, kepintaran, jabatan dan sebagainya datang dari Tuhan.  Tanpa campur tangan Tuhan, kita tidak akan mampu meraihnya.

Jangan congkak;  jika Tuhan berkehendak mengambilnya, semua yang kita miliki akan lenyap seketika.

Friday, February 8, 2013

BERSEDIA DIKOREKSI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2013 -

Baca:  Mazmur 26:1-12

"Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."  Mazmur 26:2

Ketika melakukan sebuah kesalahan tidak semua orang mau ditegur dan dikoreksi.  Kita cenderung membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar.  Orang yang merasa dirinya pintar seringkali berpikir bahwa setiap perkataan dan keputusannya adalah selalu benar, sehingga ia sering menempatkan kelemahan, kekurangan dan kesalahan pada pihak lain, seperti kata Alkitab:  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"  (Matius 7:3).  Juga yang telah memiliki kedudukan tinggi atau kaya seringkali menjadi sombong atas apa yang telah diperolehnya, sehingga tidak sedikit yang memandang rendah orang lain.  Orang seperti ini juga biasanya mudah marah dan tersinggung apabila ditegur dan dikoreksi orang lain.

     Mari belajar dari Daud, yang walaupun memiliki kedudukan tinggi sebagai raja, terkenal, memiliki kekayaan yang melimpah dan juga pasukan tentara yang kuat, tetaplah orang yang rendah hati.  Kerinduannya untuk senantiasa berjalan dalam kehendak Tuhan membuatnya rela ditegur dan dikoreksi setiap saat.  Bahkan ia memohon kepada Tuhan untuk selalu diselidiki hatinya apabila masih ada hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya.  Daud berkata,  "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."

     Sebagai manusia Daud sadar bahwa dia bukanlah orang yang sempurna, bahkan seringkali ia melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan.  Meski demikian ia selalu berjiwa besar untuk menerima teguran dan koreksi.  Ketika telah berbuat dosa, ia dengan jujur mengakuinya.  Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan, meminta pengampunan dari Tuhan dan segera bertobat.  Ia berkata,  "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  (Mazmur 51:12-13).  Akan tetapi tidak demikian dengan Saul, yang ketika ditegur karena kesalahannya ia langsung marah atau berkilah dan menyalahkan orang lain.  Bagaimana dengan kita?  Adakalanya Tuhan memakai orang lain untuk menegur dan mengoreksi kita.

Setiap teguran dan koreksi yang ditujukan kepada kita hendaknya kita sikapi dengan pikiran yang positif, karena hal itu demi kebaikan kita juga!