Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 26:1-12
"Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." Mazmur 26:2
Ketika melakukan sebuah kesalahan tidak semua orang mau ditegur dan dikoreksi. Kita cenderung membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar. Orang yang merasa dirinya pintar seringkali berpikir bahwa setiap perkataan dan keputusannya adalah selalu benar, sehingga ia sering menempatkan kelemahan, kekurangan dan kesalahan pada pihak lain, seperti kata Alkitab: "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Juga yang telah memiliki kedudukan tinggi atau kaya seringkali menjadi sombong atas apa yang telah diperolehnya, sehingga tidak sedikit yang memandang rendah orang lain. Orang seperti ini juga biasanya mudah marah dan tersinggung apabila ditegur dan dikoreksi orang lain.
Mari belajar dari Daud, yang walaupun memiliki kedudukan tinggi sebagai raja, terkenal, memiliki kekayaan yang melimpah dan juga pasukan tentara yang kuat, tetaplah orang yang rendah hati. Kerinduannya untuk senantiasa berjalan dalam kehendak Tuhan membuatnya rela ditegur dan dikoreksi setiap saat. Bahkan ia memohon kepada Tuhan untuk selalu diselidiki hatinya apabila masih ada hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya. Daud berkata, "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."
Sebagai manusia Daud sadar bahwa dia bukanlah orang yang sempurna, bahkan seringkali ia melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan. Meski demikian ia selalu berjiwa besar untuk menerima teguran dan koreksi. Ketika telah berbuat dosa, ia dengan jujur mengakuinya. Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan, meminta pengampunan dari Tuhan dan segera bertobat. Ia berkata, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:12-13). Akan tetapi tidak demikian dengan Saul, yang ketika ditegur karena kesalahannya ia langsung marah atau berkilah dan menyalahkan orang lain. Bagaimana dengan kita? Adakalanya Tuhan memakai orang lain untuk menegur dan mengoreksi kita.
Setiap teguran dan koreksi yang ditujukan kepada kita hendaknya kita sikapi dengan pikiran yang positif, karena hal itu demi kebaikan kita juga!
Friday, February 8, 2013
Thursday, February 7, 2013
KEPENUHAN DI DALAM KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2013 -
Baca: Kolose 2:6-15
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Sebagai orang Kristen kita tidak hanya cukup percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saja, namun harus makin bertumbuh di dalamNya. Kita harus berupaya untuk mengenal Dia lebih dalam lagi.
Masakan sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi pengenalan kita akan Tuhan tetap saja dangkal? Apakah kita masih pada tingkat Kristen kanak-kanak walaupun secara fisik kita sudah dewasa atau bahkan sudah tua? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Akibatnya ketika ada masalah atau badai hidup kita akan mudah sekali kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kata tetap berarti tidak berubah, tidak goyah, konsisten. Untuk bisa seperti itu kita harus berakar di dalam Tuhan dan dibangun di atas Dia. Pohon akan tetap kokoh apabila akarnya tertanam dalam di tanah. Semakin akar itu menembus jauh ke dalam tanah, semakin kuat tanaman tersebut. Akar selalu masuk ke bawah tanah dengan tujuan membangun dasar yang kuat. Begitu juga kehidupan orang Kristen yang tetap di dalam Tuhan, senantiasa karib dan melekat kepada Tuhan, ia diibaratkan "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3). Pohon ini akan tetap kokoh meski diterpa angin. Sama halnya dengan rumah yang didirikan di atas batu (pondasinya kuat), "Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh..." (Matius 7:25).
Tuhan menghendaki kita terus bertumbuh secara sempurna di dalam Dia, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Seseorang yang mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus senang bersekutu dengan Tuhan dan firmanNya, giat melayaniNya dan hidupnya menjadi kesaksian.
Baca: Kolose 2:6-15
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Sebagai orang Kristen kita tidak hanya cukup percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saja, namun harus makin bertumbuh di dalamNya. Kita harus berupaya untuk mengenal Dia lebih dalam lagi.
Masakan sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi pengenalan kita akan Tuhan tetap saja dangkal? Apakah kita masih pada tingkat Kristen kanak-kanak walaupun secara fisik kita sudah dewasa atau bahkan sudah tua? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Akibatnya ketika ada masalah atau badai hidup kita akan mudah sekali kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kata tetap berarti tidak berubah, tidak goyah, konsisten. Untuk bisa seperti itu kita harus berakar di dalam Tuhan dan dibangun di atas Dia. Pohon akan tetap kokoh apabila akarnya tertanam dalam di tanah. Semakin akar itu menembus jauh ke dalam tanah, semakin kuat tanaman tersebut. Akar selalu masuk ke bawah tanah dengan tujuan membangun dasar yang kuat. Begitu juga kehidupan orang Kristen yang tetap di dalam Tuhan, senantiasa karib dan melekat kepada Tuhan, ia diibaratkan "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3). Pohon ini akan tetap kokoh meski diterpa angin. Sama halnya dengan rumah yang didirikan di atas batu (pondasinya kuat), "Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh..." (Matius 7:25).
Tuhan menghendaki kita terus bertumbuh secara sempurna di dalam Dia, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Seseorang yang mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus senang bersekutu dengan Tuhan dan firmanNya, giat melayaniNya dan hidupnya menjadi kesaksian.
Subscribe to:
Posts (Atom)