Tuesday, January 29, 2013

SUDAHKAH KITA BERBUAH? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2013 -

Baca:  Lukas 6:43-45

"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya."  Lukas 6:44

Ketika kita menanam biji buah-buahan, apa yang kita harapkan?  Tentunya kita berharap suatu saat nanti biji itu akan bertumbuh dan akhirnya akan menghasilkan buah.  Namun jika setelah menunggu sekian lama ternyata pohon-pohon itu hanya lebat daunnya tetapi tidak ada buahnya sama sekali, padahal kita sudah berjerih lelah untuk merawat, mengairi dan memberinya pupuk setiap hari dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya akan membuat kita dongkol dan kecewa.  Ini seperti perumpamaan tentang pohon ara yang disampaikan Tuhan Yesus:  "Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!"  (Lukas 13:7).  Pohon yang tidak berbuah pasti akan mengecewakan pemiliknya.

     Begitu juga dengan kehidupan orang Kristen yang tidak berbuah, Tuhan Yesus pun berkata,  "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya,"  (Yohanes 15:2).  Ada yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi karakter hidupnya tetap saja tidak berubah, tidak bertumbuh, kerdil alias kanak-kanan rohani:  "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras."  (Ibrani 5:12).  Bukankah ini sama seperti benih yang jatuh di pinggir jalan, lalu benih itu dimakan burung;  atau benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu sehingga tidak bisa berakar, tumbuh sebentar dan akhirnya kering (mati);  atau juga benih yang jatuh di tengah semak duri, lalu terhimpit semak duri itu sendiri dan akhirnya mati.  Benih itu berbicara tentang firman Tuhan.  Kita banyak mendengar firman, baik itu melalui khotbah para hamba Tuhan atau membaca renungan, tapi firman itu rasa-rasanya berlalu begitu saja.  Apalagi kalau firman yang disampaikan itu keras, kita langsung tersinggung dan marah terhadap si hamba Tuhan itu.

     Alkitab menegaskan bahwa untuk menghasilkan buah, ranting-ranting harus dibersihkan.  Proses pembersihan inilah yang disebut pembentukan, baik itu melalui teguran, hajaran dan sebagainya dengan tujuan untuk mendisiplinkan kita, bukan maksud menyakiti, tapi demi kebaikan kita juga.  (Bersambung)

Monday, January 28, 2013

MENGERTI ISI HATI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2013 -

Baca:  Mazmur 119:89-112

"Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."  Mazmur 119:97

Siapa yang tahu isi hati kita?  Tak seorang pun kecuali Tuhan dan diri kita sendiri.  Atau, orang lain akan tahu isi hati kita jika kia mau terbuka dan mengungkapkannya dengan jujur.  Sungguh, dalamnya lautan dapat diduga, tetapi dalamnya hati tiada yang tahu.  Manusia seringkali merahasiakan isi hatinya, berlaku pura-pura atau mengenakan 'topeng' di hadapan sesamanya.  Itulah sebabnya Tuhan menegur keras ahli Taurat dan orang-orang Saduki,  "...hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran."  (Matius 23:27).

     Manusia seringkali merahasiakan isi hatinya terhadap sesamanya tapi berbeda dengan Tuhan, yang walaupun adalah Pribadi Mahakudus, tidak menutup diri terhadap manusia.  Isi hati Tuhan diungkap melalui kebenaran firmanNya.  Jadi firman Tuhan  (Injil)  adalah isi hati Tuhan sendiri.  Tuhan membuka dan mengungkapkan isi hatiNya supaya manusia percaya dan tidak mengalami kebinasaan, melainkan beroleh kehidupan yang kekal.  Sayang, tidak semua orang mengerti isi hati Tuhan ini, mereka menolak Injil dan memilih hidup dalam ketidaktaatan.  Menyadari akan hal ini, Daud begitu menyukai firman Tuhan sehingga dapat berkata,  "Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku. Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:92, 93, 105).  Terhadap orang yang karib denganNya akan diberitahukan perjanjianNya kepada mereka  (baca  Mazmur 25:14).

     Jadi langkah awal untuk mengerti isi hati Tuhan adalah membangun hubungan yang karib denganNya.  Bagaimana dapat mengerti isi hatiNya jika kita tidak bergaul denganNya setiap saat?  Tuhan Yesus berkata,  "Tingallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu."  (Yohanes 15:4a).  Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup di dalam firmanNya:  mengerti isi hatiNya dan melakukannya.  Berkat disediakan Tuhan bagi orang-orang yang senantiasa tinggal di dalam Dia.

"...mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  Yohanes 15:7