Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2013 -
Baca: Ibrani 12:1-17
"...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Ibrani 12:14
Seberapa sering kita mendengar kotbah atau membaca renungan tentang kekudusan? Sangat sering tentunya. Mengapa harus terus dan selalu disampaikan? Karena firman Tuhan tegas menyatakan bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Jadi hidup dalam kekudusan adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya tanpa terkecuali. Rasul Petrus juga mengingatkan, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,...Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana,
bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:15, 18-19). Hal ini menunjukkan bahwa kekudusan adalah panggilan Tuhan dan kita. Bagian Tuhan adalah melakukan tugas penebusan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, dan mengerjakan proses pengudusan di dalam kita melalui kuasa Roh Kudus. Adapun bagian kita adalah melalukan kehendak Tuhan dengan berhenti berbuat dosa. Kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus berkata, "...marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan
rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut
akan Allah." (2 Korintus 7:1). Dunia penuh dengan dosa dan segala macam kecemaran, karena itu melalui karya penebusanNya Tuhan hendak memisahkan kita dari dunia ini.
Kata kudus bisa diartikan: suci, murni, tidak bercela. Sedangkan kata kudus dalam bahasa Ibrani 'qadosy' atau bahasa Yunani 'hagios': dipisahkan, dikhususkan atau terpotong dari. Artinya setiap orang percaya dipisahkan dari dunia ini untuk Tuhan. "Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah
memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku." (Imamat 20:26). Hidup kudus berarti sakit buat daging kita, tapi inilah harga yang harus kita bayar!
Karena itu kita harus mempersembahkan seluruh kehidupan kita sebagai senjata kebenaran!
Sunday, January 20, 2013
Saturday, January 19, 2013
TANPA PENYERTAAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2013 -
Baca: 1 Samuel 5:1-12
"Sesudah orang Filistin merampas tabut Allah, maka mereka membawanya dari Eben-Haezer ke Asdod." 1 Samuel 5:1
Bagi bangsa Israel Tabut Tuhan atau Tabut Perjanjian itu sangat penting. Tabut Tuhan adalah tanda kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka, tanda penyertaan Roh Tuhan atas mereka. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan bangsa Israel tanpa Tabut Allah: sangat kacau, penuh persoalan, peperangan dan ancaman dari berbagai sisi kehidupan.
Pada waktu Tabut Perjanjian itu berada di negeri orang Filistin, mereka mengalami masa-masa yang sangat berat, karena tanpa Tabut itu berarti mereka tidak lagi mengalami penyertaan Tuhan. Orang Filistin membawa Tabut Tuhan itu ke negerinya setelah mereka mampu mengalahkan bangsa Israel. "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas." (1 Samuel 4:17). Lalu, apakah dengan keberadaan Tabut Tuhan di Filistin, orang-orang mengalami penyertaan dan pertolongan Tuhan? Justru sebaliknya, kehadiran Tabut Tuhan adalah bencana bagi mereka. Mengapa? Karena bangsa Filistin adalah bangsa yang 'tidak bersunat' atau bangsa kafir, penyembah berhala. Itulah sebabnya orang-orang Filistin tidak tahan menghadapi tekanan tangan Tuhan, sampai-sampai mereka memindahkan Tabut Tuhan itu ke-3 tempat yang berbeda selama kurun waktu tujuh bulan: di Asdod, Gat dan Ekron. Selama itu pula orang-orang Filistin mengalami msibah demi musibah: patung dewa Dagon hancur berantakan ketika dihadapkan pada Tabut Tuhan, juga penduduk kota Asdod dihajar Tuhan dengan borok-borok: "...di seluruh kota itu ada kegemparan maut;" (1 Samuel 5:11b). Karena tidak kuat dengan penderitaan yang ada, orang-orang Filistin bersepakat mengembalikan Tabut Tuhan itu kepada bangsa Israel.
Begitu juga dengan kita, tanpa penyertaan Tuhan dan Roh Kudus kita ini bukan siapa-siapa dan tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tanpa Tuhan, kita akan hidup dalam kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu mari kita menghormati hadirat Tuhan lebih lagi, beribadah lebih sungguh-sungguh dan melayani Dia dengan sepenuh hati.
Jangan kita hanya melayani Tuhan ala kadarnya, asal-asalan dan dengan waktu dan tenaga kita yang tersisa.
Baca: 1 Samuel 5:1-12
"Sesudah orang Filistin merampas tabut Allah, maka mereka membawanya dari Eben-Haezer ke Asdod." 1 Samuel 5:1
Bagi bangsa Israel Tabut Tuhan atau Tabut Perjanjian itu sangat penting. Tabut Tuhan adalah tanda kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka, tanda penyertaan Roh Tuhan atas mereka. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan bangsa Israel tanpa Tabut Allah: sangat kacau, penuh persoalan, peperangan dan ancaman dari berbagai sisi kehidupan.
Pada waktu Tabut Perjanjian itu berada di negeri orang Filistin, mereka mengalami masa-masa yang sangat berat, karena tanpa Tabut itu berarti mereka tidak lagi mengalami penyertaan Tuhan. Orang Filistin membawa Tabut Tuhan itu ke negerinya setelah mereka mampu mengalahkan bangsa Israel. "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas." (1 Samuel 4:17). Lalu, apakah dengan keberadaan Tabut Tuhan di Filistin, orang-orang mengalami penyertaan dan pertolongan Tuhan? Justru sebaliknya, kehadiran Tabut Tuhan adalah bencana bagi mereka. Mengapa? Karena bangsa Filistin adalah bangsa yang 'tidak bersunat' atau bangsa kafir, penyembah berhala. Itulah sebabnya orang-orang Filistin tidak tahan menghadapi tekanan tangan Tuhan, sampai-sampai mereka memindahkan Tabut Tuhan itu ke-3 tempat yang berbeda selama kurun waktu tujuh bulan: di Asdod, Gat dan Ekron. Selama itu pula orang-orang Filistin mengalami msibah demi musibah: patung dewa Dagon hancur berantakan ketika dihadapkan pada Tabut Tuhan, juga penduduk kota Asdod dihajar Tuhan dengan borok-borok: "...di seluruh kota itu ada kegemparan maut;" (1 Samuel 5:11b). Karena tidak kuat dengan penderitaan yang ada, orang-orang Filistin bersepakat mengembalikan Tabut Tuhan itu kepada bangsa Israel.
Begitu juga dengan kita, tanpa penyertaan Tuhan dan Roh Kudus kita ini bukan siapa-siapa dan tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tanpa Tuhan, kita akan hidup dalam kegagalan dan kehancuran. Oleh karena itu mari kita menghormati hadirat Tuhan lebih lagi, beribadah lebih sungguh-sungguh dan melayani Dia dengan sepenuh hati.
Jangan kita hanya melayani Tuhan ala kadarnya, asal-asalan dan dengan waktu dan tenaga kita yang tersisa.
Subscribe to:
Posts (Atom)