Monday, January 14, 2013

SEPERTI KRISTUS: Rendah Hati!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2013 -

Baca:  Filipi 2:1-11

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  Filipi 2:5

Tujuan utama hidup kekristenan adalah menjadi seperti Kristus.  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Setiap orang Kristen harus meneladani Kristus dalam hidupnya dan mengikuti jejak hidupNya sehingga kita menjadi serupa dengan Dia.  Banyak orang Kristen bertanya,  "Mana mungkin sama seperti Kristus?"  Memang, dalam keilahianNya tentu kita tidak akan pernah bisa dan tidak akan mungkin dapat menjadi seperti Kristus.  Tetapi dalam aspek kemanusiaanNya tentu kita bisa dapat sepertiNya, karena ada Roh Kudus di dalam kita;  Roh itulah yang memampukan kita untuk hidup sama seperti Kristus.

     Aspek apa saja yang harus kita teladani?  1.  Kerendahan hati.  Alkitab mencatat,  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7).  Yesus Kristus adalah pribadi yang rendah hati.  Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.  Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak semata-mata memikirkan dirinya sendiri atau mencari pujian bagi diri sendiri, tetapi  "...menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;"  (Filipi 2:3b).  Orang yang rendah hati adalah orang yang rela melayani karena menyadari bahwa dirinya adalah hamba.  Inilah pernyataan Paulus,  "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).

     Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini.  Karena kaya, kita menjadi tinggi hati dan menganggap rendah orang lain yang di bawah kita;  ketika pelayanannya sudah berhasil dan menjadi hamba Tuhan 'besar', tidak sedikit yang menjadi lupa diri.  Sikap kita pun mulai berubah, pilih-pilih ladang pelayanan, mau melayani asal fasilitasnya memadai dan lain-lain.  Siapa kita ini?  Kristus saja rela membasuh kaki murid-muridNya (baca  Yohanes 13:1-20) dengan tujuan supaya kita meneladani Dia.

"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."  Yakobus 4:10

Sunday, January 13, 2013

MENUTUP BUKU MASA LALU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2013 -

Baca:  Yesaya 43:22-28

"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."  Yesaya 43:25

Setiap orang pasti memiliki masa lalu dalam hidupnya:  yang baik dan juga yang buruk.  Masa lalu yang buruk acapkali sulit sekali kita lupakan dan terus menghantui setiap langkah hidup kita.

     Namun ayat nas di atas meyakinkah kita bahwa kita tidak perlu lagi mengingat-ingat dosa dan pelanggaran kita di masa silam.  Mengapa?  Karena  "...Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."  (Roma 5:8).  Jadi, jika kita telah mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan dan bertobat, Dia akan mengampuni dosa-dosa kita.  Karena itu janganlah mengingat-ingatnya lagi.  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Bila kita terus menginga-ingat dosa masa lalu, Iblis akan bersukacita, karena pekerjaannya mendakwa dan mengungkit-ungkit dosa dan pelanggaran kita sehingga kita pun akan dihantui rasa bersalah dan merasa tertuduh.  Sesungguhnya  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Hal lain yang harus kita lupakan adalah kegagalan-kegagalan masa lalu.  Sebab jika kita terpaku dan terus meratapi kegagalan itu kita tidak akan pernah bisa maju, tetap stagnant, dan itu hanya akan menjadi penghalang untuk menggapai masa depan.  Itulah sebabnya rasul Paulus bertekad,  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,"  (Filpi 3:13-14).  Kita tahu rancangan Tuhan bagi kita adalah  "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11), dan sebagai anak-anak Tuhan kita lebih dari pada pemenang (baca Roma 8:37).  Maka yakinlah bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja asal kita menyerahkan semua beban persoalan hidup kita kepada Tuhan.

Isteri Lot adalah contoh buruk;  ia tidak taat kepada Tuhan dan menoleh ke belakang (masa lalu), akhirnya ia menjadi tiang garam dan gagal!