Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2013 -
Baca: 1 Tesalonika 5:1-11
"karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam." 1 Tesalonika 5:2
Tidak seorang pun tahu secara pasti kapan hari Tuhan tiba. Kita sering mendengar berita di sana sini mengatakan bahwa kedatangan Tuhan akan terjadi tahun sekian...! Akibatnya banyak orang panik, sampai-sampai ada yang rela menjual harta bendanya, meninggalkan segala aktivitas jasmani dan kemudian berkumpul di suatu tempat untuk menanti-nantika hari akhir itu. Ternyata hari 'H' yang dinantikan itu tidak terjadi, lalu tidak sedikit orang menjadi kecewa, apatis dan bertanya-tanya, "Benarkah Tuhan segera datang? Sejak dulu digembar-gemborkan oleh para hamba Tuhan, tapi sampai sekarang juga belum terjadi."
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa pada saatnya Tuhan akan segera datang. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dengan baik, selalu waspada dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri." (2 Petrus 3:9-10a).
Jika kita memperhatikan keadaan dunia saat ini, tanda-tanda kedatangan Tuhan kali yang ke-2 sudah amat sangat dekat. Alkitab menyatakan tanda-tanda itu di antaranya adalah munculnya mesias-mesias palsu, "...banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang." (Matius 24:5). Lalu akan ada deru perang dan kabar-kabar tentang perang terdengar di mana-mana: bangsa melawan bangsa, kerajaan melawan kerajaan (baca Matius 24:6-7a); akan ada bencana kelaparan dan gempa bumi (baca Matius 24:7b); banyak anak Tuhan mengalami aniaya karena Kristus namun tidak sedikit pula orang Kristen yang meninggalkan Tuhan dan menjadi murtad (baca Matius 24:9, 10); kedurhakaan kian meningkat dan kasih menjadi dingin (baca Matius 24:12); Kejahatan di dunia ini kian memuncak dan masih banyak lagi. Bukankah hal ini sedang melanda dunia saat ini?
Kita tidak perlu takut, justru ini suatu peringatan bagi kita untuk lebih memperhatikan bagaimana kita hidup dan "...pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Efesus 5:16.
Wednesday, January 9, 2013
Tuesday, January 8, 2013
BERANI MEMBAYAR HARGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2013 -
Baca: 1 Tesalonika 2:1-12
"...telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat." 1 Tesalonika 2:2
Karena pertolongan Roh kudus pelayanan rasul Paulus berhasil dan berdampak. Banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan. Namun Rasul paulus berani membayar harga. Inilah harga mahal yang harus dibayar olehnya: ujian, kesukaran, penderitaan dan aniaya.
Sebelum pergi menuju ke Tesalonika Paulus harus mengalami banyak penderitaan di Filipi: "...orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah 16:22-24). Walaupun ditentang, didera, dipenjara dan dibelenggu, paulus tidak putus asa, mengeluh ataupun berhenti melayani Tuhan. Justru sebaliknya ia makin giat dan rohnya tetap berkobar-kobar bagi Tuhan. "Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9). Bahkan setelah keluar dari penjara di Filipi ia melanjutkan 'tour' pelayanan ke Tesalonika.
Rasul Paulus rela melakukan apa saja dan berani mati demi Injil, karena baginya "...hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (Filipi 3:10). Mati bagi Injil itu bagaikan benih yang ditanam di ladang, pada saatnya akan bertumbuh dan menghasilkan buah, sebab jika biji atau benih tidak mati terlebih dahulu di dalam tanah, ia tidak akan bertumbuh dan berbuah (baca Yohanes 12:24). Tuhan Yesus terlebih dahulu telah memberikan teladan hidupNya: rela mengorbankan nyawaNya demi menebus umat manusia. Bagaimana dengan kita? Untuk bisa dipakai Tuhan ada harga yang harus kita bayar.
Karena itu marilah kita melayani Tuhan dengan segenap keberadaan hidup kita!
Baca: 1 Tesalonika 2:1-12
"...telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat." 1 Tesalonika 2:2
Karena pertolongan Roh kudus pelayanan rasul Paulus berhasil dan berdampak. Banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan. Namun Rasul paulus berani membayar harga. Inilah harga mahal yang harus dibayar olehnya: ujian, kesukaran, penderitaan dan aniaya.
Sebelum pergi menuju ke Tesalonika Paulus harus mengalami banyak penderitaan di Filipi: "...orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah 16:22-24). Walaupun ditentang, didera, dipenjara dan dibelenggu, paulus tidak putus asa, mengeluh ataupun berhenti melayani Tuhan. Justru sebaliknya ia makin giat dan rohnya tetap berkobar-kobar bagi Tuhan. "Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9). Bahkan setelah keluar dari penjara di Filipi ia melanjutkan 'tour' pelayanan ke Tesalonika.
Rasul Paulus rela melakukan apa saja dan berani mati demi Injil, karena baginya "...hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," (Filipi 3:10). Mati bagi Injil itu bagaikan benih yang ditanam di ladang, pada saatnya akan bertumbuh dan menghasilkan buah, sebab jika biji atau benih tidak mati terlebih dahulu di dalam tanah, ia tidak akan bertumbuh dan berbuah (baca Yohanes 12:24). Tuhan Yesus terlebih dahulu telah memberikan teladan hidupNya: rela mengorbankan nyawaNya demi menebus umat manusia. Bagaimana dengan kita? Untuk bisa dipakai Tuhan ada harga yang harus kita bayar.
Karena itu marilah kita melayani Tuhan dengan segenap keberadaan hidup kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)