Monday, January 7, 2013

BUAH PELAYANAN PAULUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2013 -

Baca:  1 Tesalonika 1:1-10

"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami."  1 Tesalonika 1:2

Rasul Paulus adalah figur hamba Tuhan yang layak diteladani semua orang percaya.  Meski dihadapkan pada banyak ujian dan penderitaan, komitmennya untuk melayani Tuhan tetap tak tergoyahkan.  Semangatanya memberitakan Injil Kristus terus membara.

     Bagaimana dengan kita?  Alkitab menasihati,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Di segala keadaan, semangat dan sukacita Paulus tak pernah berkurang sedikit pun dalam memberitakan Injil seperti yang ia ungkapkan di hadapan jemaat di Tesalonika ini.  Meski kedatangan Paulus dan rekan-rekannya di sana tidak berlangsung lama, namun pelayanan mereka membawa dampak yang luar biasa.  Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata,  "...kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia."  (1 Tesalonika 2:1).  Ada buah-buah yang telah dihasilkan, di antaranya:  1.  Iman jemaat di Tesalonika makin kuat.  "Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita."  (1 Tesalonika 1:3);  dan itu telah tersiar di mana-mana.  Ini menunjukkan bahwa mereka memberikan respons yang baik terhadap pemberitaan firman yang disampaikan rasul Paulus.  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Kehidupan jemaat di Tesalonika menjadi kesaksian yang baik bagi banyak orang,  "...di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah,"  (1 Tesalonika 1:8).

     2.  Banyak orang bertobat.  Tadinya menyembah berhala, sekarang  "...berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,"  (1 Tesalonika 1:9).  Sungguh dahsyat kuasa Injil!  "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).  Apakah keberhasilan ini oleh karena kehebatan rasul Paulus?  Bukan.

Karena pekerjaan Roh Kuduslah pelayanan Paulus menjadi berhasil;  jadi tanpa campur tanganNya, pelayanan kita tidak berarti apa-apa!

Sunday, January 6, 2013

MENJADI SAHABAT SEJATI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2013 -

Baca:  Amsal 18:1-24

"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."  Amsal 18:24

Adalah mudah mendapatkan teman saat suka, tapi ketika dalam duka atau penderitaan?  Sangat sukar.  Ada tertulis:  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya."  (Amsal 19:4).  Sahabat sejati bisa menerima keadaan kita apa adanya dalam segala hal;  ia tidak hanya menyenangkan hati sahabatnya, tetapi juga siap untuk menegur dan mengingatkan bila ada kesalahan karena ia tidak ingin sahabatnya jatuh dan terperosok.  "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi."  (Amsal 27:5).  Namun seringkali kita diam saja dan tidak berani menegur sahabat yang melakukan kesalahan.

     Kita sangat membutuhkan sahabat yang jujur, tidak ada kepura-puraan padanya sehingga diri kita benar-benar terbangun olehnya.  Selain itu sahabat yang sejati adalah sahabat yang dapat dipercaya.  Artinya ia memiliki penguasaan diri dan punya komitmen.  Ia akan berusaha untuk menjaga  'nama baik'  sahabatnya;  ia tidak akan pernah membuka rahasia pribadi sahabatnya demi keuntungan diri sendiri atau berkhianat.  Ada tertulis,  "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah."  (Amsal 27:6).

     Kita bisa belajar dari kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan.  Kasih di antara mereka berdua begitu tulus dan murni tanpa ada faktor untung rugi.  Tertulis:  "...berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."  (1 Samuel 18:1), lalu "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud,"  (1 Samuel 18:3).  Mereka berdua memegang komitmen itu.  Yonatan rela mempertaruhkan posisi dan nyawanya di hadapan ayahnya  (Saul)  demi Daud.  Juga Daud, setelah menjadi raja atas Israel dan walaupun yonatan sudah meninggal, ia tetap memperhatikan Mefiboset, anak Yonatan yang cacat kakinya.  "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu."  (2 Samuel 9:9).

Inilah bukti kesetiaan dan kasih dari seorang sahabat yang sejati:  tulus dan tak terbatas waktu.  Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang lain?