Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2013 -
Baca: Amsal 27:1-27
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Ada hal yang seringkali tidak kita pahami yaitu terkadang Tuhan memakai orang lain untuk membentuk kita. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa pembentukan karakter ditentukan oleh kerelaannya menerima teguran dan pembelajaran dari orang lain.
Interaksi atau persekutuan kita dengan orang lain akan membawa dampak bagi kita: makin dipertajam, dimatangkan dan didewasakan. Yang membentuk dan menggesek kita biasanya bukan orang jauh, melainkan orang-orang yang dekat dengan kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati membangun hubungan dengan seseorang, karena hubungan itu akan membentuk diri kita. Amsal 13:20: "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." dan "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Orang bodoh yang bergaul dengan orang bodoh akan tetap menjadi bodoh, tetapi bila ia mau bergaul dengan orang yang pintar dia akan menjadi pintar, karena dia bisa belajar dari orang itu.
Jika orang yang tidak baik mau bergaul dengan orang baik, dia akan menjadi baik. Namun kalau orang yang tidak baik itu hanya mau bergaul dengan orang yang tidak baik, dia akan tetap menjadi orang yang tidak baik. Oleh karena itu kita harus selektif dalam memilih teman atau sahabat supaya kita tidak terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik. Kita harus bisa menemukan teman atau sahabat yang bisa memberi nilai tambah yang positif bagi kita: membangun, menguatkan dan membimbing kita kepada kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Inilah perlunya memiliki seorang sahabat: orang yang bisa memberi dan menerima, berjalan dalam kebersamaan baik suka mau pun duka, meningkatkan semangat dan gairah dalam belajar atau melayani Tuhan. Untuk apa punya sahabat bila dengan persahabatan itu kita semakin jauh dari Tuhan, meninggalkan pelayanan, nilai-nilai di sekolah makin turun drastis dan sebagainya? Itulah sebabnya tidak gampang menemukan sahabat yang sejati, butuh waktu dan proses yang tidak singkat. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17).
Sahabat tidak hanya mengasihi atau hadir saat kita dalam keadaan senang atau mendapat berkat, melainkan di segala keadaan dia ada untuk kita.
Saturday, January 5, 2013
Friday, January 4, 2013
KRISTEN 'MESIR' (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2013 -
Baca: Kolose 3:1-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala," Kolose 3:5
Bukankah banyak orang Kristen yang bertipe seperti orang Israel? Lebih memilih tinggal di 'Mesir'. Ini berbicara tentang kehidupan orang Kristen yang masih mengutamakan kenikmatan tubuh; yang dipikirkan hanyalah isi perutnya dengan selalu mengenang makanan di Mesir, tidak mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang mereka pikirkan hanyalah perkara-perkara jasmani atau yang berkenaan dengan kehidupan duniawi. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Mereka tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidupnya; diperbudak oleh uang, karir/pekerjaan atau kekayaan. Jangankan terlibat pelayanan, ibadah yang dilakukannya pun rutinitas belaka, karena fokus utama mereka adalah mengejar materi. Jadi yang ada dalam pikirannya hanyalah uang, kekayaan dan juga segala keinginan daging lainnya. Tertulis, "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).
Apa yang ada di dunia ini tidak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Maka milikilah komitmen keluar dari 'Mesir'. Tinggalkan segala kenyamanan, sebab hidup menurut daging hanya akan membawa kepada kebinasaan. Alkitab mengingatkan, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Kehidupan di Mesir mengingatkan bahwa kita sedang berada dalam cengkeraman Iblis dan diperbudak olehnya, yang berusaha mengalihkan fokus hidup kita kepada segala kenikmatan dunia! Berhati-hatilah!
Baca: Kolose 3:1-17
"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala," Kolose 3:5
Bukankah banyak orang Kristen yang bertipe seperti orang Israel? Lebih memilih tinggal di 'Mesir'. Ini berbicara tentang kehidupan orang Kristen yang masih mengutamakan kenikmatan tubuh; yang dipikirkan hanyalah isi perutnya dengan selalu mengenang makanan di Mesir, tidak mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang mereka pikirkan hanyalah perkara-perkara jasmani atau yang berkenaan dengan kehidupan duniawi. Alkitab menasihati, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Mereka tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidupnya; diperbudak oleh uang, karir/pekerjaan atau kekayaan. Jangankan terlibat pelayanan, ibadah yang dilakukannya pun rutinitas belaka, karena fokus utama mereka adalah mengejar materi. Jadi yang ada dalam pikirannya hanyalah uang, kekayaan dan juga segala keinginan daging lainnya. Tertulis, "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).
Apa yang ada di dunia ini tidak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Maka milikilah komitmen keluar dari 'Mesir'. Tinggalkan segala kenyamanan, sebab hidup menurut daging hanya akan membawa kepada kebinasaan. Alkitab mengingatkan, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:9-10).
Kehidupan di Mesir mengingatkan bahwa kita sedang berada dalam cengkeraman Iblis dan diperbudak olehnya, yang berusaha mengalihkan fokus hidup kita kepada segala kenikmatan dunia! Berhati-hatilah!
Subscribe to:
Posts (Atom)