Thursday, January 3, 2013

KRISTEN 'MESIR' (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2013 -

Baca:  Bilangan 11:1-23

"Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih."  Bilangan 11:5

Kekristenan merupakan suatu kehidupan dalam perjalanan panjang dan berliku bersama dengan Tuhan seperti perjalanan yang dialami bangsa Israel sebelum mencapai Kanaan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan, di mana mereka harus melewati proses demi proses:  berawal dari keberangkatan mereka keluar dari negeri perbudakan di Mesir, kemudian melewati padang gurun dan akhirnya memasuki Tanah Perjanjian.

     Berbicara tentang Mesir, pasti kita teringat penderitaan yang dialami bangsa Israel.  Di Mesir mereka mengalami penindasan dan tekanan hidup yang luar biasa.  "... pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa:...dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu."  (Keluaran 1:11, 13, 14).  Di samping itu bayi-bayi (laki-laki) mereka juga dibunuh.  Tak bisa dibayangkan betapa menderitanya umat Israel saat berada di mesir.  Suatu keadaan yang sungguh hopeless.  Itulah sebabnya hari-hari mereka dipenuhi oleh keluh kesah dan bersungut-sungut kepada Tuhan!

     Meskipun bangsa Israel sudah dibawa keluar dari Mesir oleh Musa  -seorang yang dipilih Tuhan-  dengan berjalan di padang gurun mereka tetap tidak berhenti bersungut-sungut, malah semakin menjadi-jadi.  Mereka terus membanding-bandingkan dengan keadaan mereka saat masih di Mesir.  mereka merasa lebih suka dan nyaman berada di Mesir, karena walau dalam perbudakan tapi cukup dengan makanan dan minuman (ayat nas).  Kata mereka,  "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."  (Keluaran 16:3).  Di Mesir memang ada kelimpahan, tetapi di balik kelimpahan itu mereka berada dalam penindasan dan perbudakan bangsa lain.  Jadi bangsa Israel lebih senang berada di Mesir, di bawah penindasan dan perbudakan bangsa lain tetapi perut mereka kenyang dengan makanan dan minuman.
(Bersambung)
    

Wednesday, January 2, 2013

HIDUP RUKUN MENDATANGKAN BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2013 -

Baca:  Mazmur 133:1-3

"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  Mazmur 133:1

Di lingkungan di mana kita tinggal ada istilah RT (rukun tetangga) dan RW (rukun waraga).  TR dan RW dibentuk dengan tujuan untuk membangun kerukunan antarwarga dalam lingkup kecil.  Mengapa kerukunan itu penting?  Sebab bila masing-masing warga memiliki hubungan yang dekat dan saling mengenal satu sama lain, mereka bisa bekerja sama dan saling tolong-menolong sehingga tidak ada 'gap' di antara mereka.  Ada pepatah yang mengatakan:  'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh'.  Atau ada juga dalam bahasa Jawa yang menyatakan:  'Crah agawe bubrah, rukun agawe santoso'.  Kedua ungkapan tersebut menggambarkan bahwa ada dampak yang luar biasa, ada kuasa, berkat dan sesuatu yang bermakna apabila ada persatuan atau kerukunan di antara umat manusia.

     Alkitab menyatakan bahwa kerukunan antarumat Tuhan itu merupkan sesuatu yang baik, indah dan memiliki nilai 'istimewa' di mataNya;  sesuatu yang dapat mengerakkan hatiNya sehingga Dia akan memberikan apa yang kita perlukan.  "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 18:19).  Jadi hidup dalam kerukunan adalah kehendak Tuhan bagi gerejaNya.  Dalam doanya Yesus berkata,  "...supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."  (Yohanes 17:21).  Jadi jemaat Tuhan harus selalu rukun dan bersatu.  Jangan ada permusuhan, pertengkaran, kebencian, sakit hati dan sebagainya.  Itu hanya akan menjadi penghambat berkat Tuhan bagi kita.  Sebaliknya jika kita rukun dan bersatu, segala berkat akan dicurahkan Tuhan,  "Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).

     Dalam setiap komunitas gereja pasti banyak perbedaan, namun jangan sampai membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain atau menyepelekan orang lain.

"...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."  Efesus 4:32