Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2012 -
Baca: Efesus 5:22-33
"Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat," Efesus 5:29
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya "...adalah anggota tubuh-Nya." (Efesus 5:30) dan Kristus sebagai kepalaNya. "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi
satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan
tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam
kasih." (Efesus 4:16). Kita diajarkan bahwa "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:25).
Kata 'mengasihi' dan 'menyerahkan' ditulis dengan tenses lampau (versi bahasa Inggris: 'loved' dan 'gave'), karena ingin menunjuk kepada tujuan kematianNya, dimana Dia mencari 'mempelai perempuan' bagiNya. Meskipun penggambaran tentang gereja sebagai mempelai perempuanNya dilakukan di konteks masa depan, namun pekerjaanNya telah diselesaikanNya di masa lampau. Dalam ayat nas di atas (...tetapi 'mengasuhnya dan merawatinya', sama seperti Kristus terhadap jemaat.) tenses ditulis dalam bentuk masa sekarang (versi bahasa Inggris: 'protects and cherises'). Ini berarti bahwa Tuhan pada saat ini sedang memperhatikan, memperkaya dan menghargai gerejaNya. Idenya adalah: tidak ada seorang pun yang membenci dagingnya atau tubuhnya sendiri.
Kita tidak mungkin melukai tangan kita sendiri, bukan? Jika kaki kita terluka, kita juga akan merawatnya dengan lembut. Jika kita sangat menyayangi tubuh sendiri, dapat dibayangkan betapa kasih Tuhan terhadap umatNya yang adalah anggota tubuhNya sendiri. Kita adalah anggota tubuh Kristus, berarti kita adalah obyek-obyek berharga dari cinta kasihNya. Ia begitu peduli dan mengasihi kita, "Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia
telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." (Efesus 1:22-23). Firman Tuhan menasihati, "...Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan
membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah
kamu." (1 Korintus 3:16-17). Jadi, pergunakan tubuh sebagai senjata kebenaran.
Kita wajib melayani Tuhan dengan sungguh, karena Dialah Kepala dari tubuh.
Sunday, December 23, 2012
Saturday, December 22, 2012
SUKACITA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2012 -
Baca: Lukas 10:21-24
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,'" Lukas 10:21
Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:3).
Dalam Injil Markus 8:12 juga ditulis betapa Yesus sangat sedih dalam hati ketika orang-orang Farisi meminta tanda kepadaNya: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." (Markus 8:12). Begitu pula ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan berkata, "...betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu." (Lukas 19:41, 42), karena itu "Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini." (Yohanes 12:27). Namun, ayat nas di atas mencatat betapa Yesus bersukacita dan bergembira. Jelaslah bahwa sukacita Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan, melainkan atas apa yang Bapa kerjakan di dalam Dia. Yesus bersukacita bukan karena keberhasilan dalam karya yang dilakukanNya, tetapi oleh keinginan Bapa yang dinyatakan kepadaNya, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Itulah sukacita yang sejati. Sukacita ini harus dimiliki oleh setiap orang percaya, "...sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11). Sukacita dari Tuhanlah kekuatan kita. Ini adalah sukacita yang memampukan kita tetap kuat di tengah penderitaan dan kesesakan sekalipun.
Sukacita yang Yesus rasakan haruslah menjadi milik kita juga. Tentu saja dalam kehidupan akan ada banyak hal yang terjadi yang kadangkala membuat kita sedih dan kecewa, namun apabila kita kehilangan sukacita, kita pun akan kehilangan kekuatan menghadapi semua itu.
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu." Mazmur 5:12
Baca: Lukas 10:21-24
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,'" Lukas 10:21
Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:3).
Dalam Injil Markus 8:12 juga ditulis betapa Yesus sangat sedih dalam hati ketika orang-orang Farisi meminta tanda kepadaNya: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." (Markus 8:12). Begitu pula ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan berkata, "...betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu." (Lukas 19:41, 42), karena itu "Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini." (Yohanes 12:27). Namun, ayat nas di atas mencatat betapa Yesus bersukacita dan bergembira. Jelaslah bahwa sukacita Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan, melainkan atas apa yang Bapa kerjakan di dalam Dia. Yesus bersukacita bukan karena keberhasilan dalam karya yang dilakukanNya, tetapi oleh keinginan Bapa yang dinyatakan kepadaNya, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Itulah sukacita yang sejati. Sukacita ini harus dimiliki oleh setiap orang percaya, "...sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11). Sukacita dari Tuhanlah kekuatan kita. Ini adalah sukacita yang memampukan kita tetap kuat di tengah penderitaan dan kesesakan sekalipun.
Sukacita yang Yesus rasakan haruslah menjadi milik kita juga. Tentu saja dalam kehidupan akan ada banyak hal yang terjadi yang kadangkala membuat kita sedih dan kecewa, namun apabila kita kehilangan sukacita, kita pun akan kehilangan kekuatan menghadapi semua itu.
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu." Mazmur 5:12
Subscribe to:
Posts (Atom)