Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2012 -
Baca: Lukas 10:21-24
"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: 'Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,'" Lukas 10:21
Alkitab menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang
biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:3).
Dalam Injil Markus 8:12 juga ditulis betapa Yesus sangat sedih dalam hati ketika orang-orang Farisi meminta tanda kepadaNya: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." (Markus 8:12). Begitu pula ketika Yesus melihat kota Yerusalem dan berkata, "...betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu
untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi
matamu." (Lukas 19:41, 42), karena itu "Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini." (Yohanes 12:27). Namun, ayat nas di atas mencatat betapa Yesus bersukacita dan bergembira. Jelaslah bahwa sukacita Yesus tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan, melainkan atas apa yang Bapa kerjakan di dalam Dia. Yesus bersukacita bukan karena keberhasilan dalam karya yang dilakukanNya, tetapi oleh keinginan Bapa yang dinyatakan kepadaNya, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun
yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." (Lukas 10:22). Itulah sukacita yang sejati. Sukacita ini harus dimiliki oleh setiap orang percaya, "...sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:11). Sukacita dari Tuhanlah kekuatan kita. Ini adalah sukacita yang memampukan kita tetap kuat di tengah penderitaan dan kesesakan sekalipun.
Sukacita yang Yesus rasakan haruslah menjadi milik kita juga. Tentu saja dalam kehidupan akan ada banyak hal yang terjadi yang kadangkala membuat kita sedih dan kecewa, namun apabila kita kehilangan sukacita, kita pun akan kehilangan kekuatan menghadapi semua itu.
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan
bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan
karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu." Mazmur 5:12
Saturday, December 22, 2012
Friday, December 21, 2012
BERKAT YANG TERUS MENGALIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 65:1-14
"Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:" Mazmur 65:10
Tuhan Yesus berfirman, "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38). Jika kita percaya kepadaNya kita tidak akan pernah mati secara rohani, karena ada tertulis: "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:15).
Sebuah gelombang memiliki pasang dan surut, akan tetapi aliran air kehidupan dari Tuhan tidak dapat dilukiskan seperti layaknya kita melukiskan sebuah fenomena. Air kehidupan dari Tuhan tidak pernah mengenal kata surut, melainkan selamanya akan pasang dan terus mengalir; air kehidupan Tuhan tidak naik dan turun seperti lautan, melainkan selalu deras mengalir seperti sungai. Gelombang pasti akan mengalami surut pada waktu tertentu, namun dalam Sumber 'mata air kehidupan' tidak dikenal adanya variasi seperti tersebut di atas atau pun 'kesuraman' dikarenakan sesuatu hal buruk yang terjadi.
Jika sumber kehidupan dalam diri orang percaya buntu dan berhenti mengalir, bukanlah sumber masuknya yang salah, tetapi saluran keluarnya yang bermasalah. Air kehidupan harus mempunyai jalur untuk alirannya. Airnya harus mengalir ke suatu tempat di mana orang lain bisa menikmatinya. Jika kita diberkati, kita juga harus bisa menjadi berkat bagi orang lain, jangan menahan berkat itu hanya untuk diri sendiri. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). Karena itu kita harus menyelidiki hati kita sendiri, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Jangan menyalahkan Tuhan jika kita merasa bahwa berkat dalam hidup ini rasa-rasanya kok seret, segeralah bereskan saluran keluarnya air kehidupan yang kita terima dari Tuhan, mungkin selama ini 'air' berkat dari Tuhan itu tidak pernah kita salurkan keluar. Alkitab menasihati, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Berkat Tuhan akan terus mengalir dalam hidup kita jika kita juga menyalurkannya!
Baca: Mazmur 65:1-14
"Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:" Mazmur 65:10
Tuhan Yesus berfirman, "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38). Jika kita percaya kepadaNya kita tidak akan pernah mati secara rohani, karena ada tertulis: "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:15).
Sebuah gelombang memiliki pasang dan surut, akan tetapi aliran air kehidupan dari Tuhan tidak dapat dilukiskan seperti layaknya kita melukiskan sebuah fenomena. Air kehidupan dari Tuhan tidak pernah mengenal kata surut, melainkan selamanya akan pasang dan terus mengalir; air kehidupan Tuhan tidak naik dan turun seperti lautan, melainkan selalu deras mengalir seperti sungai. Gelombang pasti akan mengalami surut pada waktu tertentu, namun dalam Sumber 'mata air kehidupan' tidak dikenal adanya variasi seperti tersebut di atas atau pun 'kesuraman' dikarenakan sesuatu hal buruk yang terjadi.
Jika sumber kehidupan dalam diri orang percaya buntu dan berhenti mengalir, bukanlah sumber masuknya yang salah, tetapi saluran keluarnya yang bermasalah. Air kehidupan harus mempunyai jalur untuk alirannya. Airnya harus mengalir ke suatu tempat di mana orang lain bisa menikmatinya. Jika kita diberkati, kita juga harus bisa menjadi berkat bagi orang lain, jangan menahan berkat itu hanya untuk diri sendiri. "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:25). Karena itu kita harus menyelidiki hati kita sendiri, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Jangan menyalahkan Tuhan jika kita merasa bahwa berkat dalam hidup ini rasa-rasanya kok seret, segeralah bereskan saluran keluarnya air kehidupan yang kita terima dari Tuhan, mungkin selama ini 'air' berkat dari Tuhan itu tidak pernah kita salurkan keluar. Alkitab menasihati, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Berkat Tuhan akan terus mengalir dalam hidup kita jika kita juga menyalurkannya!
Subscribe to:
Posts (Atom)