Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2012 -
Baca: 1 Korintus 15:12-34
"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal." 1 Korintus 15:20
Memiliki harapan tanpa disertai dengan dasar yang kuat tidak akan berarti apa-apa. Karena itu kita wajib mempercayai Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian dan Dia akan membangkitkan kita juga. Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya." (Yohanes 11:25-26a).
Kita harus yakin terhadap harapan yang terberkati seperti tertulis: "supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah
tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan
yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut
peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibrani 6:18-20). Ayub mempunyai sebuah dasar yaitu beriman kepada Tuhan, ketika sedang menderita dan merasa bahwa kematian akan segera datang. Ketika itu perasaan Ayub diliputi ketakutan, keputusasaan dan juga harapan, kesemuanya campur aduk menjadi satu. Ada waktu di mana terkesan bahwa Tuhan meninggalkannya, tetapi dia tetap percaya bahwa apa yang Tuhan perbuat tidak pernah salah dan Dia sangat mengasihi umatNya. Akhirnya apa yang Ayub harapkan untuk menjadi kenyataan pun terjadi sehingga ia dapat berkata, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2). Kesaksiannya, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5a). Dan, "Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu;" (Ayub 42:12).
Banyak dari kita yang mungkin mengalami perasaan yang campur aduk seperti yang Ayub rasakan. Meski demikian, dalam situasi-situasi seperti itu, bagi kita yang hidup dekat dengan Tuhan akan menerima anugerah dan pengharapan. Kita yang percaya pada Kristus mendasarkan harapan kita pada satu kejadian nyata dalam sejarah KebangkitanNya.
Jika kita hidup bersama Kristus kita memiliki pengharapan yang pasti dan akan terberkati, walau secara manusia itu mustahil.
Sunday, December 16, 2012
Saturday, December 15, 2012
DIA MENJAGA HIDUP KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2012 -
Baca: Yesaya 49:8-26
"Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu." Yesaya 49:23b
Ayat nas menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya, sampai-sampai Dia menarik kita ke dalam penantian akan Dia melalui sebuah pernyataan yang meyakinkan yang takkan pernah lekang.
Banyak orang Kristen yang mengerti akan kebenaran ini, bahwa ketika kita berharap dan menanti-nantikan Tuhan, Dia tidak pernah mengecewakan. Ada berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia menanti-nantikan Dia. Namun kita tidak pernah sabar menantikan Tuhan. Ketika pertolonganNya belum datang kita sudah menyerah dan berpaling dari Dia. Kita maunya serba cepat dan instan. Dalam Habakuk 2:3 dikatakan, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Perhatikan doa Daud ini: "Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku." (Mazmur 25:1-2). Daud sangat percaya ketika ia datang kepada Tuhan dan berharap padaNya tidak akan pernah mendapat malu. Itu sangat terbukti betapa Daud beroleh pembelaan dari Tuhan di setiap pergumulan yang dia alami. Ketahuilah bahwa janji Tuhan 'ya' dan 'amin'. Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya. Itu sangat berbeda sekali dengan manusia, yang begitu mudah berjanji dan semudah itu pula mengingkarinya.
Mari belajar menanti-nantikan Tuhan di segala keadaan. Seperti mentari yang begitu setia memancarkan sinarnya di ufuk timur setiap pagi, yang menghadirkan kehangatan ke setiap helai dedaunan dan rerumputan, sama halnya Tuhan yang begitu setia menemui umatNya dalam kebesaran dan kelembutan kasihNya, kepada setiap anakNya yang setia menantikan Dia. Menanti-nantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman. Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, jangan kecewa dan terpaku pada keadaan. Sebagai orang percaya, "...sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat," (2 Korintus 5:7).
Tuhan tahu keadaan kita karena Dia adalah Penjaga kita yang tidak pernah terlelap dan tertidur!
Baca: Yesaya 49:8-26
"Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu." Yesaya 49:23b
Ayat nas menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya, sampai-sampai Dia menarik kita ke dalam penantian akan Dia melalui sebuah pernyataan yang meyakinkan yang takkan pernah lekang.
Banyak orang Kristen yang mengerti akan kebenaran ini, bahwa ketika kita berharap dan menanti-nantikan Tuhan, Dia tidak pernah mengecewakan. Ada berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia menanti-nantikan Dia. Namun kita tidak pernah sabar menantikan Tuhan. Ketika pertolonganNya belum datang kita sudah menyerah dan berpaling dari Dia. Kita maunya serba cepat dan instan. Dalam Habakuk 2:3 dikatakan, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." Perhatikan doa Daud ini: "Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku." (Mazmur 25:1-2). Daud sangat percaya ketika ia datang kepada Tuhan dan berharap padaNya tidak akan pernah mendapat malu. Itu sangat terbukti betapa Daud beroleh pembelaan dari Tuhan di setiap pergumulan yang dia alami. Ketahuilah bahwa janji Tuhan 'ya' dan 'amin'. Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya. Itu sangat berbeda sekali dengan manusia, yang begitu mudah berjanji dan semudah itu pula mengingkarinya.
Mari belajar menanti-nantikan Tuhan di segala keadaan. Seperti mentari yang begitu setia memancarkan sinarnya di ufuk timur setiap pagi, yang menghadirkan kehangatan ke setiap helai dedaunan dan rerumputan, sama halnya Tuhan yang begitu setia menemui umatNya dalam kebesaran dan kelembutan kasihNya, kepada setiap anakNya yang setia menantikan Dia. Menanti-nantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman. Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, jangan kecewa dan terpaku pada keadaan. Sebagai orang percaya, "...sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat," (2 Korintus 5:7).
Tuhan tahu keadaan kita karena Dia adalah Penjaga kita yang tidak pernah terlelap dan tertidur!
Subscribe to:
Posts (Atom)