Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 103:1-22
"TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu." Mazmur 103:19
Melalui Alkitab kita bisa belajar tentang kekuasaan Tuhan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan dan di luar kontrol Tuhan. Bahkan Tuhan Yesus menegaskan, "...tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang." (Lukas 21:18). Kita tidak perlu takut akan apa pun jua seperti yang Tuhan Yesus katakan, "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukuas 12:6-7). Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita, dan "...yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya
mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan
diri." (Mazmur 66:7). Dia adalah Allah yang Mahakuasa; Dia adalah Allah yang berdaulat atas segalanya. Jangan pernah berpikir bahwa segala perkara terjadi di luar kendaliNya.
Untuk menghindari kegelisahan menyerang kita, kita harus ingat beberapa kebenaran tentang kedaulatan Tuhan atas kita: 1. Tuhan ada di mana saja. Daud berkata, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?" (Mazmur 139:7). Tidak ada satu tempat, meskipun kita merasa sendiri sekalipun, yang tidak bisa Tuhan jangkau. 2. Tuhan tahu segalanya. Dikatakan, "Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi." (Mazmur 33:13-14). Jadi, Dia tahu seberapa buruknya keadaan kita, seberapa tidak enaknya perasaan kita. Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu tidak peduli akan situasi yang kita hadapi. Mengapa kita harus gelisah? Kita tidak mengetahui tentang hari esok dan masa depan kita, tetapi Tuhan yang memegang masa depan itu. Tuhan tahu apa pun yang akan terjadi, Dia tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita. 3. Tuhan itu Mahakuasa. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14a). Memang, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26). Masihkah kita meragukan Dia? Perhatikan! Tuhan itu peduli akan masa depan kita dibanding diri kita sendiri.
"Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23b
Thursday, December 13, 2012
Wednesday, December 12, 2012
MENGAPA HARUS KUATIR?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2012 -
Baca: Matius 6:25-34
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Matius 6:25
Tiada seorang pun yang hidup tanpa kekhawatiran; tak satu pun kebal dari kekuatiran. Jika seseorang berkata bahwa dia tidak peduli akan apa pun di dunia ini, maka dia ada dalam penyangkalan. Yang menjadi pertanyaan: apa yang dapat kita lakukan dengan kekuatiran kita?
Sebelum kita belajar tentang kebenaran firman Tuhan dan mencari tahu apa yang dapat kita perbuat terhadap kekuatiran kita, kita perlu tahu sesuatu tentang kekuatiran itu sendiri. Kekuatiran adalah sebuah perasaan gelisah, ketakutan atau kengerian terhadap sesuatu yang belum terjadi. Perasaan-perasaan ini biasanya terkait dengan pikiran-pikiran negatif atas sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan. Merasa kuatir berarti merasa cemas, bingung dan pikirannya terbagi-bagi. Apa yang harus kita perbuat ketika rasa kuatir menyerang pikiran kita? Rasul Paulus menasihati, "... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7).
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak seharusnya merasa kuatir karena Tuhan, Allah kita sanggup memberkati dan menjaga kita. Ketika kita kuatir kita sedang berupaya memindahkan beban dari bahu Tuhan yang kuat ke bahu kita yang lemah. Mampukah kita? Tuhan bertanya, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tidak ada gunanya memelihara kekuatiran yang justru akan berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Ada tertulis: "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25); kekuatiran membuat kita kehilangan sukacita dan menderita sakit. Untuk menang terhadap kekuatiran, kita harus mempercayai Tuhan dengan segenap hati. Rasul Petrus menasihati, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Ketika dihadapkan pada kelemahan-kelemahan, setiap kita memiliki pilihan: menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan mempercayaiNya dengan sepenuh hati, atau berusaha mengatasi kekuatiran itu dengan usaha kita sendiri.
Tidak seharusnya kita mengeraskan hati dengan memikul beban dengan kekuatan sendiri dan tidak menyerahkannya kepada Tuhan!
Baca: Matius 6:25-34
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Matius 6:25
Tiada seorang pun yang hidup tanpa kekhawatiran; tak satu pun kebal dari kekuatiran. Jika seseorang berkata bahwa dia tidak peduli akan apa pun di dunia ini, maka dia ada dalam penyangkalan. Yang menjadi pertanyaan: apa yang dapat kita lakukan dengan kekuatiran kita?
Sebelum kita belajar tentang kebenaran firman Tuhan dan mencari tahu apa yang dapat kita perbuat terhadap kekuatiran kita, kita perlu tahu sesuatu tentang kekuatiran itu sendiri. Kekuatiran adalah sebuah perasaan gelisah, ketakutan atau kengerian terhadap sesuatu yang belum terjadi. Perasaan-perasaan ini biasanya terkait dengan pikiran-pikiran negatif atas sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan. Merasa kuatir berarti merasa cemas, bingung dan pikirannya terbagi-bagi. Apa yang harus kita perbuat ketika rasa kuatir menyerang pikiran kita? Rasul Paulus menasihati, "... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7).
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak seharusnya merasa kuatir karena Tuhan, Allah kita sanggup memberkati dan menjaga kita. Ketika kita kuatir kita sedang berupaya memindahkan beban dari bahu Tuhan yang kuat ke bahu kita yang lemah. Mampukah kita? Tuhan bertanya, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tidak ada gunanya memelihara kekuatiran yang justru akan berdampak buruk terhadap diri kita sendiri. Ada tertulis: "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25); kekuatiran membuat kita kehilangan sukacita dan menderita sakit. Untuk menang terhadap kekuatiran, kita harus mempercayai Tuhan dengan segenap hati. Rasul Petrus menasihati, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Ketika dihadapkan pada kelemahan-kelemahan, setiap kita memiliki pilihan: menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan mempercayaiNya dengan sepenuh hati, atau berusaha mengatasi kekuatiran itu dengan usaha kita sendiri.
Tidak seharusnya kita mengeraskan hati dengan memikul beban dengan kekuatan sendiri dan tidak menyerahkannya kepada Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)