Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2012 -
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti,
bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua
sudah mati." 2 Korintus 5:14
Ketika seseorang digerakkan oleh cinta, dia tidak dapat melepaskan diri darinya. Pengalaman cinta seperti itu akan membutakan dia, membuatnya tak berdaya. Cinta adalah dasar pengabdian. Tak seorang pun dapat mengabdikan diri tanpa merasakan cinta Tuhan. Sebelum seseorang dapat mengabdikan diri dia harus melihat cintaNya Tuhan terlebih dahulu. Percuma bicara tentang pengabdian jika cinta Tuhan belum dilihat. Pengabdian kepada Tuhan juga berdasar pada pengertian bahwa tubuh kita adalah bait Roh kudus: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam
di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20).
Banyak dari kita yang masih belum mengerti bahwa tubuh kita ini bukanlah milik kita sendiri. Namun pernyataan ini pastilah sangat dimengerti oleh orang-orang di Korintus, karena pada jaman kekaisaran Roma mereka mempunyai apa yang disebut sebagai pasar perdagangan manusia, di mana seseorang dapat membeli manusia lain layaknya membeli domba atau sapi. Jika seseorang memberi seorang manusia, sang pembeli menjadi tuan dan ia memiliki hak penuh atas diri manusia tersebut. Manusia yang dibeli tersebut pasti menjadi budak dari tuannya.
Dalam konteks yang sama, kita adalah budak Iblis, tetapi Tuhan telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal. Tuhan memberikan nyawaNya sebagai tebusan, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana,
bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Di satu sisi, atas nama cinta kita memilih melayani Tuhan; di sisi lain atas nama kebenaran, diri kita bukanlah milik kita sendiri.
Kita tidak punya hak lagi atas diri kita, karena itu kita wajib mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan!
Tuesday, December 11, 2012
Monday, December 10, 2012
HARUS ADA PENYANGKALAN DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2012 -
Baca: Lukas 9:22-27
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." Lukas 9:23
Kita harus menginginkan Tuhan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengikuti Dia. Jika kita memilih untuk mengikuti Dia kita harus siap untuk menyangkal diri. Tuhan Yesus sendiri harus menyangkal diri dan melakukan kehendak BapaNya. Sebagai laskar-laskar Kristus kita tidak akan bisa sepenuhnya mengikuti Dia kecuali kita mau menyangkal diri. Yesus telah meninggalkan teladan perihal ketaatanNya terhadap kehendak Bapa, "...bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Jika Yesus saja rela mati demi memenuhi kehendak BapaNya, demikian pulalah seharusnya kita. Pastinya kita tidak harus disalibkan, melainkan harus mematikan segala keinginan daging kita. Kita harus mematikan semua keinginan pribadi kita dalam perjalanan kita mengikut Dia. Dikatakan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24). Ketika berbicara tentang kematian Yesus, secara umum kita hanya berpikir tentang kematianNya di kayu salib; kematian fisik Yesus di kayu salib hanyalah hasil dari kematian atas keinginanNya di taman Getsemani.
Yesus Kristus menyerahkan keinginan dan kehendak pribadiNya kepada Bapa, dan sebagai gantinya tunduk melakukan keinginan Bapa. Karena kasihNya kepada kita Kristus rela membayar harga, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:21); Dia yang datang dari Hadirat Allah dan merupakahn Allah sendiri harus dipisahkan dari Allah Bapa. Itulah sebabnya Ia berlutut dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Dalam mengikut Tuhan, kita maunya yang enak-enak saja (berkat, kesembuhan, pemulihan), tapi kita tidak mau taat. Jika kita dimatikan disalibkan dari ambisi kedagingan kita, Roh Kudus akan memiliki kebebaskan untuk berjalan bersama kita dan membentuk kita sesuai kehendak dan rencanaNya. Karena itu orang Kristen, yang adalah pengikut Kristus, harus mau menyangkal diri, berserah penuh pada kehendak Tuhan dan meneladani Kristus dalam segala hal.
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Baca: Lukas 9:22-27
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." Lukas 9:23
Kita harus menginginkan Tuhan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengikuti Dia. Jika kita memilih untuk mengikuti Dia kita harus siap untuk menyangkal diri. Tuhan Yesus sendiri harus menyangkal diri dan melakukan kehendak BapaNya. Sebagai laskar-laskar Kristus kita tidak akan bisa sepenuhnya mengikuti Dia kecuali kita mau menyangkal diri. Yesus telah meninggalkan teladan perihal ketaatanNya terhadap kehendak Bapa, "...bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Jika Yesus saja rela mati demi memenuhi kehendak BapaNya, demikian pulalah seharusnya kita. Pastinya kita tidak harus disalibkan, melainkan harus mematikan segala keinginan daging kita. Kita harus mematikan semua keinginan pribadi kita dalam perjalanan kita mengikut Dia. Dikatakan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24). Ketika berbicara tentang kematian Yesus, secara umum kita hanya berpikir tentang kematianNya di kayu salib; kematian fisik Yesus di kayu salib hanyalah hasil dari kematian atas keinginanNya di taman Getsemani.
Yesus Kristus menyerahkan keinginan dan kehendak pribadiNya kepada Bapa, dan sebagai gantinya tunduk melakukan keinginan Bapa. Karena kasihNya kepada kita Kristus rela membayar harga, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:21); Dia yang datang dari Hadirat Allah dan merupakahn Allah sendiri harus dipisahkan dari Allah Bapa. Itulah sebabnya Ia berlutut dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Dalam mengikut Tuhan, kita maunya yang enak-enak saja (berkat, kesembuhan, pemulihan), tapi kita tidak mau taat. Jika kita dimatikan disalibkan dari ambisi kedagingan kita, Roh Kudus akan memiliki kebebaskan untuk berjalan bersama kita dan membentuk kita sesuai kehendak dan rencanaNya. Karena itu orang Kristen, yang adalah pengikut Kristus, harus mau menyangkal diri, berserah penuh pada kehendak Tuhan dan meneladani Kristus dalam segala hal.
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Subscribe to:
Posts (Atom)