Monday, December 10, 2012

HARUS ADA PENYANGKALAN DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2012 -

Baca:  Lukas 9:22-27

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  Lukas 9:23

Kita harus menginginkan Tuhan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengikuti Dia.  Jika kita memilih untuk mengikuti Dia kita harus siap untuk menyangkal diri.  Tuhan Yesus sendiri harus menyangkal diri dan melakukan kehendak BapaNya.  Sebagai laskar-laskar Kristus kita tidak akan bisa sepenuhnya mengikuti Dia kecuali kita mau menyangkal diri.  Yesus telah meninggalkan teladan perihal ketaatanNya terhadap kehendak Bapa,  "...bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).  Jika Yesus saja rela mati demi memenuhi kehendak BapaNya, demikian pulalah seharusnya kita.  Pastinya kita tidak harus disalibkan, melainkan harus mematikan segala keinginan daging kita.  Kita harus mematikan semua keinginan pribadi kita dalam perjalanan kita mengikut Dia.  Dikatakan,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).  Ketika berbicara tentang kematian Yesus, secara umum kita hanya berpikir tentang kematianNya di kayu salib;  kematian fisik Yesus di kayu salib hanyalah hasil dari kematian atas keinginanNya di taman Getsemani.

     Yesus Kristus menyerahkan keinginan dan kehendak pribadiNya kepada Bapa, dan sebagai gantinya tunduk melakukan keinginan Bapa.  Karena kasihNya kepada kita Kristus rela membayar harga,  "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  (2 Korintus 5:21);  Dia yang datang dari Hadirat Allah dan merupakahn Allah sendiri harus dipisahkan dari Allah Bapa.  Itulah sebabnya Ia berlutut dan berdoa,  "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).

     Dalam mengikut Tuhan, kita maunya yang enak-enak saja (berkat, kesembuhan, pemulihan), tapi kita tidak mau taat.  Jika kita dimatikan disalibkan dari ambisi kedagingan kita, Roh Kudus akan memiliki kebebaskan untuk berjalan bersama kita dan membentuk kita sesuai kehendak dan rencanaNya.  Karena itu orang Kristen, yang adalah pengikut Kristus, harus mau menyangkal diri, berserah penuh pada kehendak Tuhan dan meneladani Kristus dalam segala hal.

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."  Lukas 9:62

Sunday, December 9, 2012

PERDAMAIAN DENGAN ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2012 -

Baca:  Kolose 1:15-23

"sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."  Kolose 1:22

Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena melalui karya kudusNya di atas kayu salib kita telah diperdamaikan dengan Allah.  Alkitab menyatakan,  "...kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,"  (Kolose 1:21).  Tetapi syukur kepada Allah bahwa melalui kematianNya Dia telah mendamaikan kita dengan Bapa.

     Kebiasaan manusia normal adalah berbeda.  Allah telah memenangkan kita dengan kasihNya, menawarkan pengampunan dan pemulihan dalam persekutuan denganNya.  Meski demikian ada satu persamaan antara penakluk dunia dengan Allah kita, yaitu penakluk dunia menginginkan penyerahan diri sepenuhnya dari pihak yang dikalahkan, demikian pula Allah ingin kita menyerah pasrah sepenuhnya kepadaNya.  Dia hanya ingin kita hidup bergantung sepenuhnya kepadaNya dan anugerahNya.  Sebenarnya kita lebih pantas mendapat hukuman daripada diberkati.  Namun Dia Allah Mahapengasih yang menyelamatkan kita dari kemurkaan,  "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga;  supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya."  (Efesus 1:3, 6).

     Seringkali kita menyangka bahwa Tuhan mempunyai rancangan buruk bagi kita, sehingga kita tidak mempercayaiNya dan terus-menerus menolak keinginanNya.  Tuhan ingin kita memiliki persekutuan erat denganNya.  Daud melukiskan kedekatannya dengan Tuhan sebagai persekutuan paling membahagiakan di sepanjang hidupnya,  "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."  (Mazmur 16:11).  Persekutuan indah dengan Tuhan itulah yang membawa sukacita tersendiri.  Inilah satu-satunya keilahian Tuhan yang benar dan memuaskan.  Paulus mengatakan,  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."  (1 Timotius 6:6).  Dalam persekutuan yang berserah penuh ini tersimpan sebuah tujuan:  masuk ke dalam alur utama tujuan Allah;  kita akan pergi ke tempat di mana Tuhan berada.

Jangan pernah menjadi getir dalam menghadapi tantangan hidup ini, karena Tuhan akan memimpin kita untuk melaluinya.