Tuesday, December 4, 2012

KISAH NEBUKADNEZAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2012 -

Baca:  Daniel 4:1-37

"Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?"  Daniel 4:30

"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."  (Amsal 16:18).  Firman Tuhan benar dan tidak pernah salah.  Raja Nebukadnezar memiliki kekuasaan, keagungan dan kebesaran, tetapi dia lupa darimana semuanya itu berasal.

     Suatu ketika raja sedang berjalan-jalan di atap istana raja Babel dan ia berkata,  "Bukankah ini Babel yang besar?  Aku telah membangunnya sebagai kediaman kerajaan dengan kekuatan kuasa saya dan untuk kemuliaan keagungan saya."  Kata-kata itu masih dibibirnya ketika terdengar suara dari surga,  "Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu;  engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!"  (Daniel 4:31-32).  Dan apa yang telah difirmankan kepada Nebukadnezar itu pun terjadi, dia diusir oleh orang-orang dan makan rumput seperti sapi.  Tubuhnya basah dengan embun dan langit, sampai rambutnya tumbuh seperti bulu elang dan kukunya seperti cakar burung.

     Pada akhirnya Nebukadnezar menyadari kesalahannya;  selama ini ia begitu sombong dan mengandalkan apa yang dimilikinya:  kekayaan, kekuasaan, kebesaran, takhta.  Lalu ia pun menengadah ke langit dan mengakui kebesaran Tuhan:  hanya Tuhanlah yang mahatinggi, layak dipuji, dihormati dan dimuliakan.  Sungguh, di hadapan Tuhan ia tidak berarti apa-apa.  Tuhan pun berkata,  "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  (Yohanes 15:5b).  Padahal selama ini Nebukadnezar telah diingatkan dan ditegur Tuhan melalui mimpi, tapi dia bergeming dan tetap saja meninggikan dirinya hingga Tuhan bertindak dan merendahkannya.  Kemudian dia pun berkata,  "Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak."  (Daniel 4:37).

Segala yang kita miliki (harta kekayaan, jabatan, pangkat) datangnya dari Tuhan;  Dia adalah Pribadi tunggal yang mengontrol segala keadaan kita.


Monday, December 3, 2012

KEKUATAN MANUSIA ADALAH SIA-SIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2012 -

Baca:  Kisah Para Rasul 7:17-42

"Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya."  Kisah 7:22

Tuhan dapat melakukan segala hal dan rencana-Nya tidak pernah gagal (baca Ayub 42:2).  Begitu pula dengan rencana Tuhan bagi hidup Musa, yaitu membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir.  Apa pun yang terjadi kepada Musa sewaktu ia masih bayi, Tuhan telah menyelamatkannya.  Ketika itu, raja Mesir (Firaun) memberi perintah kepada para bidan Mesir,  "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."  (Keluaran 1:16-17), dan ia juga memerintahkan kepada semua orang Mesir untuk membuat setiap bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir ke dalam Sungai Nil.

     Musa adalah bayi yang sehat dan ibunya menyembunyikan dia selama tiga bulan,  "Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;"  (Keluaran 2:3).  Bukanlah sebuah kebetulan jika putri Firaun mandi di sungai Nil dan melihat keranjang bayi Musa.  Kemudian ia menyuruh budak perempuannya mengambil keranjang itu.  Akhirnya Musa diangkat menjadi anak dari putri Firaun.  Musa pun dibesarkan sebagai cucu Firaun, belajar di sekolah terbaik, dilatih memimpin tentara Mesir dan namanya terkenal di seluruh tanah Mesir.  "Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka"  (Keluaran 2:11).  Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa,  "Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.  Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."  (Keluaran 3:9-19).

     Walaupun Musa dididik dalam segala hikmat Mesir, ucapan dan perbuatannya sangat berkuasa, namun dia merasa tidak sanggup melakukan perintah Tuhan:  "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"  (Keluaran 3:11).  Musa menyadari kekuatannya sangat terbatas, dirinya bukanlah 'siapa-siapa'.

Tanpa Tuhan bersama kita, pengetahuan dan kemampuan kita tidak akan berguna dalam menyelamatkan umat Tuhan.