Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2012 -
Baca: Bilangan 20:2-13
"Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa," Bilangan 20:2-3a
Menjadi seorang pemimpin bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih lagi menjadi pemimpin rohani, karena kehidupan pribadinya selalu menjadi sorotan bagi banyak orang. Jika pemimpin rohani memiliki kinerja yang bagus, jarang sekali mendapat pujian atau acungan jempol. Tetapi jika ia melakukan sedikit saja kesalahan atau pelanggaran, sudah dipastikan akan menjadi bahan gunjingan, kritikan bahkan cemoohan. Musa sebagai pemimpin bangsa Israel juga harus mengalami perlakuan tidak yang tidak baik dari umat Israel sendiri. Padahal ia adalah pemimpin yang dipilih oleh Tuhan sendiri. Setiap menghadapi ujian atau mengalami kesesakan selama perjalanannya di padang gurun, bangsa Israel selalu menyalahkan Musa dan menganggap bahwa Musalah penyebab dari kegagalan dan penderitaan yang dialaminya, padahal Musa adalah orang yang begitu lembut hatinya seperti tertulis: "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Dengan penuh kesabaran ia mendampingi, menuntun dan membimbing bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan di Mesir.
Bangsa Israel tidak melihat betapa Musa telah mengorbankan banyak hal demi mereka. Dikatakan, "...Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa." (Ibrani 11:24-25). Musa rela meninggalkan segala kenikmatan yang ia dapatkan sebagai 'anak' puteri Firaun dan lebih memilih untuk menderita bersama umat Israel. Bukankah ini sebuah pengorbanan yang luar biasa? Suatu ketika perjalanan bangsa Israel sampai di Meriba dan di situ tidak ada air sehingga mereka kehausan. Perhatikan apa yang dikatakan umat Israel: "Mengapa kamu membawa jemaah Tuhan ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ? Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke
tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur
dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?" (Bilangan 20:4-5). Meski sudah banyak mengecap kebaikan Tuhan, bangsa Israel tetap saja bersungut-sungut! (Bersambung)
Friday, November 23, 2012
Thursday, November 22, 2012
MENGAMPUNI ORANG LAIN: Tak Terbatas Jumlahnya!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2012 -
Baca: Matius 18:21-35
"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Matius 18:21
Jika ada orang yang berbuat jahat atau menyakiti kita, dunia memiliki prinsip: pembalasan lebih kejam dari perbuatan! Tidak sedikit orang Kristen yang turut menerapkan prinsip ini. Bukankah kita tahu bahwa kekristenan itu identik dengan kasih, yang di dalamnya ada pengampunan? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Jadi mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita adalah sebuah keharusan! Pernyataannya: berapa kali kita harus mengampuni orang lain? "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18:22).
Dalam kekristenan, hal mengampuni itu tidak ada batasnya karena pengampunan adalah dasar bagi kehidupan orang percaya. Kita harus sadar siapa kita ini. Ingat, kita ini diselamatkan, dilayakkan menjadi anak-anak Allah dan beroleh berkat-berkat dari Tuhan diawali oleh sebuah pengampunan yang telah dikerjakan oleh Kristus di atas kayu salib, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya," (Efesus 1:7), dan pengampunan dari Tuhan itu sempurna tanpa batas. Ada tertulis: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Bahkan, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Siapakah di antara kita yang tak pernah berbuat kesalahan? Tak seorang pun. Maka dari itu sebesar apa pun kesalahan orang lain dan sebanyak apa pun kejahatan orang terhadap kita, kita diharuskan untuk mengampuni mereka sebab Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni kita. Kalau kita sadar bahwa dosa kita sudah diampuni, sudah selayaknya kita taat melakukan apa pun yang diperintahkan Tuhan.
Mengampuni adalah ciri khas hidup orang percaya! Mohon kekuatan Roh Kudus supaya kita bisa mengampuni orang lain, karena itu kehendak Tuhan!
Baca: Matius 18:21-35
"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Matius 18:21
Jika ada orang yang berbuat jahat atau menyakiti kita, dunia memiliki prinsip: pembalasan lebih kejam dari perbuatan! Tidak sedikit orang Kristen yang turut menerapkan prinsip ini. Bukankah kita tahu bahwa kekristenan itu identik dengan kasih, yang di dalamnya ada pengampunan? Alkitab dengan tegas menyatakan, "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Jadi mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita adalah sebuah keharusan! Pernyataannya: berapa kali kita harus mengampuni orang lain? "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18:22).
Dalam kekristenan, hal mengampuni itu tidak ada batasnya karena pengampunan adalah dasar bagi kehidupan orang percaya. Kita harus sadar siapa kita ini. Ingat, kita ini diselamatkan, dilayakkan menjadi anak-anak Allah dan beroleh berkat-berkat dari Tuhan diawali oleh sebuah pengampunan yang telah dikerjakan oleh Kristus di atas kayu salib, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya," (Efesus 1:7), dan pengampunan dari Tuhan itu sempurna tanpa batas. Ada tertulis: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Bahkan, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Siapakah di antara kita yang tak pernah berbuat kesalahan? Tak seorang pun. Maka dari itu sebesar apa pun kesalahan orang lain dan sebanyak apa pun kejahatan orang terhadap kita, kita diharuskan untuk mengampuni mereka sebab Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni kita. Kalau kita sadar bahwa dosa kita sudah diampuni, sudah selayaknya kita taat melakukan apa pun yang diperintahkan Tuhan.
Mengampuni adalah ciri khas hidup orang percaya! Mohon kekuatan Roh Kudus supaya kita bisa mengampuni orang lain, karena itu kehendak Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)