Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2012 -
Baca: Mazmur 50:1-23
"siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." Mazmur 50:23b
Orang-orang dunia boleh saja berkata, "Jujur itu hancur.", tapi sebagai anak-anak Tuhan kita harus berani berprinsip, "...aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). Tidak ada kata 'rugi' apalagi sia-sia bila kita hidup jujur. Justru sebaliknya ada berkat-berkat luar biasa yang disediakan Tuhan bagi orang yang jujur. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa Tuhan sangat mengasihi orang yang jujur jalannya, bahkan Alkitab mencatat: "...dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32). Juga dikatakan bahwa "...orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu." (Mazmur 140:14b) dan "...doa orang jujur dikenan-Nya." (Amsal 15:8b). Ternyata Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang hidupnya jujur dan doa orang jujur pasti berkenan padaNya!
Suatu ketika saudara-saudara Yusuf menemukan uang di dalam karung mereka setelah membeli gandum di Mesir. "...tampaklah ada pundi-pundi uang masing-masing dalam karungnya;" (Kejadian 42:35). Pastilah uang yang tidak sedikit jumlahnya! Apa yang kita lakukan jika kita mengalami peristiwa yang demikian? Mengembalikan uang tersebut atau kita malah diam saja dan berkata, "Wah...rejeki nomplok nih, kita ambil saja!"? Tapi inilah yang dilakukan saudara-saudara Yusuf, "...ketika kami sampai ke tempat bermalam dan membuka karung kami, tampaklah
uang kami masing-masing dengan tidak kurang jumlahnya ada di dalam
mulut karung. Tetapi sekarang kami membawanya kembali." (Kejadian 43:21). Mereka mengembalikan uang yang bukan haknya itu. Mereka telah lulus ujian kejujuran!
Ternyata saudara-saudara Yusuf telah mengalami perubahan karakter, berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya di mana mereka telah memasukkan Yusuf ke dalam sumur dan menjualnya kepada para saudagar Midian dan membawa berita tidak jujur kepada ayahnya (Yakub) dengan mengatakan bahwa Yusuf telah mati diterkam binatang buas.
Karena jujur, saudara-saudara Yusuf diberkati di tengah kelaparan yang melanda negerinya; mereka tetap terpelihara!
Tuesday, November 20, 2012
Monday, November 19, 2012
JUJUR MENJADI HANCUR?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2012 -
Baca: Amsal 21:1-31
"Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya." Amsal 21:8
Menurut kamus bahasa Indonesia, arti kata 'jujur' adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Namun di akhir zaman ini seringkali kata 'jujur' hanya menjadi slogan semata. Tapi bagaimana dengan prakteknya?? Terlebih-lebih di akhir zaman ini sulit sekali menemukan orang yang benar-benar jujur dalam menjalani kehidupan ini seperti yang dikeluhkan oleh nabi Mikha, "Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!" (Mikha 7:2-3). Bukankah apa yang disampaikan Mikha ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di negeri ini? Korupsi, kolusi dan nepotisme begitu merajalela, ketidakadilan terjadi dimana-mana, hukum bisa dibeli, hakim bisa disuap, kebenaran diputarbalikkan dan sebagainya. Bahkan banyak orang dengan santainya berprinsip: "Kalau jujur, kita bisa hancur." Benarkah?
Haruskah kita sebagai orang percaya mengikuti tren ini yaitu menjalani hidup ini dengan tidak jujur, baik itu dalam hal pekerjaan, bisnis, studi, rumah tangga dan sebagainya? Alkitab mengingatkan agar kita "...jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Tidak jujur berarti bengkok hati, bohong (dusta), curang dan tidak tulus. Dalam Amsal 12:22 dikatakan, "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," dan Alkitab menegaskan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa dari segala dusta (baca Yohanes 8:44). Tak bosan-bosannya kita diingatkan bahwa kehidupan orang Kristen itu harus berbeda dari dunia ini! Kita harus bisa menjadi garam dunia dan terang dunia (baca Matius 5:13-16). Oleh karena itu kita harus menyadari 'posisi' kita ini. Kepada jemaat di Tesalonika Rasul Paulus menyatakan bahwa "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Rugikah jika kita berbuat jujur dalam menjalani hidup ini? Sama sekali tidak! Justru seharusnya kita malu menjadi seorang Kristen bila perbuatan kita setali tiga uang dengan orang-orang di luar Tuhan.
"Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya." Amsal 16:17
Baca: Amsal 21:1-31
"Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya." Amsal 21:8
Menurut kamus bahasa Indonesia, arti kata 'jujur' adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Namun di akhir zaman ini seringkali kata 'jujur' hanya menjadi slogan semata. Tapi bagaimana dengan prakteknya?? Terlebih-lebih di akhir zaman ini sulit sekali menemukan orang yang benar-benar jujur dalam menjalani kehidupan ini seperti yang dikeluhkan oleh nabi Mikha, "Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!" (Mikha 7:2-3). Bukankah apa yang disampaikan Mikha ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di negeri ini? Korupsi, kolusi dan nepotisme begitu merajalela, ketidakadilan terjadi dimana-mana, hukum bisa dibeli, hakim bisa disuap, kebenaran diputarbalikkan dan sebagainya. Bahkan banyak orang dengan santainya berprinsip: "Kalau jujur, kita bisa hancur." Benarkah?
Haruskah kita sebagai orang percaya mengikuti tren ini yaitu menjalani hidup ini dengan tidak jujur, baik itu dalam hal pekerjaan, bisnis, studi, rumah tangga dan sebagainya? Alkitab mengingatkan agar kita "...jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Tidak jujur berarti bengkok hati, bohong (dusta), curang dan tidak tulus. Dalam Amsal 12:22 dikatakan, "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," dan Alkitab menegaskan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa dari segala dusta (baca Yohanes 8:44). Tak bosan-bosannya kita diingatkan bahwa kehidupan orang Kristen itu harus berbeda dari dunia ini! Kita harus bisa menjadi garam dunia dan terang dunia (baca Matius 5:13-16). Oleh karena itu kita harus menyadari 'posisi' kita ini. Kepada jemaat di Tesalonika Rasul Paulus menyatakan bahwa "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Rugikah jika kita berbuat jujur dalam menjalani hidup ini? Sama sekali tidak! Justru seharusnya kita malu menjadi seorang Kristen bila perbuatan kita setali tiga uang dengan orang-orang di luar Tuhan.
"Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya." Amsal 16:17
Subscribe to:
Posts (Atom)