Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2012 -
Baca: Matius 17:14-21
"Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah
dari tempat ini ke sana, -maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada
yang mustahil bagimu." Matius 17:20
Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki iman yang teguh. Ditegaskan bahwa setidaknya kita mmemiliki iman sebesar biji sesawi saja. Memang, biji sesawi itu sangat kecil, bahkan bisa dikatakan sebagai biji yang paling kecil dari segala jenis benih, tapi jika ditanam dan bila sudah tumbuh, sesawi itu akan lebih besar dari pada sayuran lain, malahan akan tumbuh menjadi pohon yang besar melebihi pohon-pohon lain sehingga burung-burung dapat berlindung atau bersarang di cabang-cabangnya (baca Matius 13:32). Demikian pula halnya dengan iman. Iman kita tidak boleh statis tapi harus dinamis dan bertumbuh. Karena itu "...kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (2 Petrus 1:5-7).
Langkah menuju kepada pertumbuhan iman: 1. Karib dengan Tuhan. Dalam Roma 10:17 jelas dinyatakan bahwa iman itu timbul dari pendengaran akan firman Tuhan, karena itu kita harus banyak menyediakan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab dan mendengarkan firman itu setiap hari. Jadi kita harus senantiasa melekat kepada Tuhan, "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah,
jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4b).
2. Ketaatan. Turuti dan lakukan firman Tuhan sehingga iman kita terus bertumbuh. Dikatkan, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Abraham diberkati Tuhan dan mengalami penggenapan janji Tuhan karena iman dan ketaatannya telah teruji.
3. Ujian. Adakalanya Tuhan ijinkan masalah dan penderitaan terjadi dalam kehidupan orang percaya. Itu bukan tanpa tujuan! Itu adalah bagian dari proses pendewasaan iman. Tuhan hendak melatih iman kita supaya makin teguh!
Milikilah iman yang terus bertumbuh, jangan statis!
Saturday, November 10, 2012
Friday, November 9, 2012
KETIDAKPERCAYAAN: Penghalang Mujizat Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2012 -
Baca: Markus 6:1-6a
"Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka." Markus 6:5
Berbicara tentang Tuhan Yesus identik dengan membicarakan kuasa dan mujizat, karena di mana ada Tuhan Yesus di situ pasti ada mujizat dan kesembuhan. Tetapi pembacaan Alkitab hari ini menyatakan bahwa ketika Tuhan Yesus berada di Nazaret tidak terjadi mujizat sebagaimana yang Ia lakukan di tempat-tempat lain. Mengapa? Apakah kuasa Tuhan Yesus mulai berkurang? Tidak, kuasa Tuhan Yesus tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selama-lamanya! Yang menjadi penyebab utama mengapa mujizat Tuhan tidak terjadi di Nazaret adalah karena ketidakpercayaan orang-orang Nazaret itu sendiri. Kalau di dalam suatu kumpulan atau kelompok persekutuan ada yang tidak percaya, itu akan menghalangi mujizat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah mereka. Sebaliknya jika semua orang menjadi percaya atau memiliki iman, walaupun iman kecil sebiji sesawi, itu akan mendatangkan mujizat Tuhan yang tak terbatas seperti tertulis: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah (tercabutlah - Red) engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6).
Darimanakah iman itu berasal? Iman asalnya adalah pemberian Tuhan, bukan muncul dari dalam pribadi kita sendiri. Tertulis: "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kita mendapatkan iman karena Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya. Jadi kita berharap berdasarkan Firman Tuhan, bukan berdasarkan hasil pemikiran atau logika kita. Ketika Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya, lalu kita percaya dan tetap berharap sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, inilah yang disebut iman, dan itu adalah langkah untuk mengalami mujizat dan pertolongan dari Tuhan.
Orang-orang di Nazaret tidak mengalami mujizat bukan hanya karena mereka tidak percaya, tapi juga meremehkan dan menolak keberadaan Tuhan Yesus yang terlihat dari apa yang mereka katakan, "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" (Markus 6:3), karena itu mereka tidak mengalami mujizat dari Tuhan!
(Bersambung)
Baca: Markus 6:1-6a
"Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka." Markus 6:5
Berbicara tentang Tuhan Yesus identik dengan membicarakan kuasa dan mujizat, karena di mana ada Tuhan Yesus di situ pasti ada mujizat dan kesembuhan. Tetapi pembacaan Alkitab hari ini menyatakan bahwa ketika Tuhan Yesus berada di Nazaret tidak terjadi mujizat sebagaimana yang Ia lakukan di tempat-tempat lain. Mengapa? Apakah kuasa Tuhan Yesus mulai berkurang? Tidak, kuasa Tuhan Yesus tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selama-lamanya! Yang menjadi penyebab utama mengapa mujizat Tuhan tidak terjadi di Nazaret adalah karena ketidakpercayaan orang-orang Nazaret itu sendiri. Kalau di dalam suatu kumpulan atau kelompok persekutuan ada yang tidak percaya, itu akan menghalangi mujizat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah mereka. Sebaliknya jika semua orang menjadi percaya atau memiliki iman, walaupun iman kecil sebiji sesawi, itu akan mendatangkan mujizat Tuhan yang tak terbatas seperti tertulis: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah (tercabutlah - Red) engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6).
Darimanakah iman itu berasal? Iman asalnya adalah pemberian Tuhan, bukan muncul dari dalam pribadi kita sendiri. Tertulis: "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kita mendapatkan iman karena Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya. Jadi kita berharap berdasarkan Firman Tuhan, bukan berdasarkan hasil pemikiran atau logika kita. Ketika Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya, lalu kita percaya dan tetap berharap sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, inilah yang disebut iman, dan itu adalah langkah untuk mengalami mujizat dan pertolongan dari Tuhan.
Orang-orang di Nazaret tidak mengalami mujizat bukan hanya karena mereka tidak percaya, tapi juga meremehkan dan menolak keberadaan Tuhan Yesus yang terlihat dari apa yang mereka katakan, "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" (Markus 6:3), karena itu mereka tidak mengalami mujizat dari Tuhan!
(Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)