Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2012 -
Baca: Markus 6:1-6a
"Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan
beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka." Markus 6:5
Berbicara tentang Tuhan Yesus identik dengan membicarakan kuasa dan mujizat, karena di mana ada Tuhan Yesus di situ pasti ada mujizat dan kesembuhan. Tetapi pembacaan Alkitab hari ini menyatakan bahwa ketika Tuhan Yesus berada di Nazaret tidak terjadi mujizat sebagaimana yang Ia lakukan di tempat-tempat lain. Mengapa? Apakah kuasa Tuhan Yesus mulai berkurang? Tidak, kuasa Tuhan Yesus tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selama-lamanya! Yang menjadi penyebab utama mengapa mujizat Tuhan tidak terjadi di Nazaret adalah karena ketidakpercayaan orang-orang Nazaret itu sendiri. Kalau di dalam suatu kumpulan atau kelompok persekutuan ada yang tidak percaya, itu akan menghalangi mujizat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah mereka. Sebaliknya jika semua orang menjadi percaya atau memiliki iman, walaupun iman kecil sebiji sesawi, itu akan mendatangkan mujizat Tuhan yang tak terbatas seperti tertulis: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah (tercabutlah - Red) engkau dan tertanamlah
di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6).
Darimanakah iman itu berasal? Iman asalnya adalah pemberian Tuhan, bukan muncul dari dalam pribadi kita sendiri. Tertulis: "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Kita mendapatkan iman karena Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya. Jadi kita berharap berdasarkan Firman Tuhan, bukan berdasarkan hasil pemikiran atau logika kita. Ketika Tuhan berbicara kepada kita melalui firmanNya, lalu kita percaya dan tetap berharap sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, inilah yang disebut iman, dan itu adalah langkah untuk mengalami mujizat dan pertolongan dari Tuhan.
Orang-orang di Nazaret tidak mengalami mujizat bukan hanya karena mereka tidak percaya, tapi juga meremehkan dan menolak keberadaan Tuhan Yesus yang terlihat dari apa yang mereka katakan, "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas
dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama
kita?" (Markus 6:3), karena itu mereka tidak mengalami mujizat dari Tuhan!
(Bersambung)
Friday, November 9, 2012
Thursday, November 8, 2012
FILIPUS: Menjangkau Jiwa di Samaria!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2012 -
Baca: Kisah Para Rasul 8:4-25
"Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ." Kisah 8:5
Kehidupan orang percaya haruslah berbeda dari orang-orang di luar Tuhan. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita harus bisa menjadi 'terang' di tengah dunia yang gelap ini. Jadi, hidup yang menjadi kesaksian itulah kehendak Tuhan bagi kita.
Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berjanji kepada murid-muridNya, "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Amanat Agung Tuhan Yesus ini pun dikerjakan dengan setia oleh murid-muridNya, mereka menjangkau jiwa-jiwa di Yerusalem dan Yudea, tapi seringkali kota Samaria mereka lewatkan. Mengapa? Karena mereka menganggap bahwa orang-orang Samaria itu bukan orang Israel asli, karena pada zaman dahulu (Perjanjian Lama) raja Asyur pernah merebut Samaria dan ia mengangkut orang-orang Samaria ke Asyur ke dalam pembuangan (baca 2 Raja-Raja 17:6), dan ia menggantikan penduduk Samaria itu dengan orang-orang yang dari Babel, Kuta, Awa, Hamat dan Sefarwaim, "...lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel;" (2 Raja-Raja 17:24). Tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi orang Samaria: menjangkau seorang perempuan pelacur yang akhirnya bertobat, "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu," (Yohanes 4:39). Juga, Tuhan Yesus memberikan contoh tentang orang Samaria yang baik hati dan penuh kasih (baca Lukas 10:25-37).
Filipus pun mengerjakan tugas pelayanannya dengan baik, bahkan ia mampu menerobos kota Samaria dan memenangkan jiwa di sana. Salah satunya adalah memenangkan seorang kepala bendahara Sri Kandake, ratu Ethiopia.
Filipus bukan hanya menjadi pelayan meja tapi juga seorang pemberita Injil yang berani, bahkan keempat anak perempuannya pun dipenuhi Roh Kudus (baca Kisah 21:9).
Baca: Kisah Para Rasul 8:4-25
"Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ." Kisah 8:5
Kehidupan orang percaya haruslah berbeda dari orang-orang di luar Tuhan. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita harus bisa menjadi 'terang' di tengah dunia yang gelap ini. Jadi, hidup yang menjadi kesaksian itulah kehendak Tuhan bagi kita.
Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berjanji kepada murid-muridNya, "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Amanat Agung Tuhan Yesus ini pun dikerjakan dengan setia oleh murid-muridNya, mereka menjangkau jiwa-jiwa di Yerusalem dan Yudea, tapi seringkali kota Samaria mereka lewatkan. Mengapa? Karena mereka menganggap bahwa orang-orang Samaria itu bukan orang Israel asli, karena pada zaman dahulu (Perjanjian Lama) raja Asyur pernah merebut Samaria dan ia mengangkut orang-orang Samaria ke Asyur ke dalam pembuangan (baca 2 Raja-Raja 17:6), dan ia menggantikan penduduk Samaria itu dengan orang-orang yang dari Babel, Kuta, Awa, Hamat dan Sefarwaim, "...lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel;" (2 Raja-Raja 17:24). Tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi orang Samaria: menjangkau seorang perempuan pelacur yang akhirnya bertobat, "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu," (Yohanes 4:39). Juga, Tuhan Yesus memberikan contoh tentang orang Samaria yang baik hati dan penuh kasih (baca Lukas 10:25-37).
Filipus pun mengerjakan tugas pelayanannya dengan baik, bahkan ia mampu menerobos kota Samaria dan memenangkan jiwa di sana. Salah satunya adalah memenangkan seorang kepala bendahara Sri Kandake, ratu Ethiopia.
Filipus bukan hanya menjadi pelayan meja tapi juga seorang pemberita Injil yang berani, bahkan keempat anak perempuannya pun dipenuhi Roh Kudus (baca Kisah 21:9).
Subscribe to:
Posts (Atom)