Thursday, November 8, 2012

FILIPUS: Menjangkau Jiwa di Samaria!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2012 -

Baca:  Kisah Para Rasul 8:4-25

"Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ."  Kisah 8:5

Kehidupan orang percaya haruslah berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Kita harus bisa menjadi  'terang'  di tengah dunia yang gelap ini.  Jadi, hidup yang menjadi kesaksian itulah kehendak Tuhan bagi kita.

     Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berjanji kepada murid-muridNya,  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Amanat Agung Tuhan Yesus ini pun dikerjakan dengan setia oleh murid-muridNya, mereka menjangkau jiwa-jiwa di Yerusalem dan Yudea, tapi seringkali kota Samaria mereka lewatkan.  Mengapa?  Karena mereka menganggap bahwa orang-orang Samaria itu bukan orang Israel asli, karena pada zaman dahulu  (Perjanjian Lama)  raja Asyur pernah merebut Samaria dan ia mengangkut orang-orang Samaria ke Asyur ke dalam pembuangan  (baca 2 Raja-Raja 17:6), dan ia menggantikan penduduk Samaria itu dengan orang-orang yang dari Babel, Kuta, Awa, Hamat dan Sefarwaim,  "...lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel;"  (2 Raja-Raja 17:24).  Tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi orang Samaria:  menjangkau seorang perempuan pelacur yang akhirnya bertobat,  "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu,"  (Yohanes 4:39).  Juga, Tuhan Yesus memberikan contoh tentang orang Samaria yang baik hati dan penuh kasih  (baca  Lukas 10:25-37).

     Filipus pun mengerjakan tugas pelayanannya dengan baik, bahkan ia mampu menerobos kota Samaria dan memenangkan jiwa di sana.  Salah satunya adalah memenangkan seorang kepala bendahara Sri Kandake, ratu Ethiopia.

Filipus bukan hanya menjadi pelayan meja tapi juga seorang pemberita Injil yang berani, bahkan keempat anak perempuannya pun dipenuhi Roh Kudus  (baca  Kisah 21:9).

     

Wednesday, November 7, 2012

FILIPUS: Pelayan Tuhan yang Setia!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2012 -

Baca:  Kisah Para Rasul 6:1-7

"Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka."  Kisah 6:6

Dalam Alkitab ada dua nama Filipus yang termasuk dua belas murid Yesus  (baca  Matius 10:1-4) dan Filipus yang diangkat Petrus menjadi pelayan meja (pelayanan diakonia), bisa kita baca dalam Kisah 6:1-7.  Yang kita bahas hari ini adalah Filipus si pelayan meja.

     Untuk bisa dipercaya sebagai pelayan meja tidaklah mudah dan tentunya bukan sembarangan orang bisa dipercaya.  Alkitab menyatakan bahwa seorang pelayan meja haruslah seorang yang  "...terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat,"  (Kisah 6:3).  Terkenal baik berarti memiliki reputasi yang baik atau nama baik, hidup tidak bercela sehingga menjadi kesaksian bagi banyak orang dan lingkungannya.  Ada tertulis:  "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."  (Amsal 22:1).  Selain itu ia haruslah seorang yang hidup penuh Roh dan hikmat, ini berarti senantiasa hidup dalam pimpinan Roh Kudus, yaitu hidup dalam ketaatan.  Filipus telah memenuhi kriteria itu.  Nama  'Filipus'  sendiri berarti  'penerobos'.  Sungguh, arti nama yang sesuai dengan kenyataan yang ada di mana Filipus telah mengalami terobosan baru dalam hidupnya:  Tuhan memakai hidupnya sebagai alatNya yang luar biasa.  Dengan penuh komitmen dan semangat yang menyala-nyala Filipus merespons panggilan Tuhan ini sebagaimana firman Tuhan menasihati:  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Bagaimana dengan Saudara?  Sudahkah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan?  Ataukah selama ini Anda hanya duduk dan menjadi penonton saja di gereja?  Sering kita jumpai banyak sekali orang Kristen yang lebih suka menjadi penonton daripada menjadi pemain, lebih suka banyak berkomentar, mengkritik dan membicarakan kelemahan (kekurangan) para pelayan Tuhan.  Rasul Paulus mengingatkan,  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).  Bukan saatnya lagi menjadi penonton dan komentator dalam pelayanan!

Mari belajar dari Filipus yang setia dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk melayani Tuhan!