Thursday, October 25, 2012

LUNTURNYA 'HATI HAMBA' (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2012 -

Baca:  1 Korintus 4:1-21

"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  1 Korintus 4:1

Rasul Paulus adalah seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa.  'Sepak terjangnya' di dunia pelayanan tak diragukan lagi dan layak untuk kita teladani.  Melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan dan diselamatkan.  Sungguh, berbicara tentang kesetiaan, ketekunan, komitmen, pengabdian dan loyalitasnya kepada Tuhan, ia tak diragukan lagi.  Meski demikian Rasul Paulus tetaplah orang yang rendah hati dan tidak sombong.  Dia sadar akan keberadaan dirinya sebagai seorang hamba, yaitu hamba Kristus.

     Kata 'hamba' diambil dari bahasa Yunani, doulos, yang artinya adalah budak.  Tugas seorang budak ialah taat dan setia melayani tuannya.  Siapa Tuan kita?  Tuan kita adalah Tuhan Yesus.  Dan jika Paulus dipilih dan percaya oleh Tuhan sebagai pemberita Injil, baginya merupakan suatu anugerah dan kepercayaan yang luar biasa, sehingga kesempatan itu tidak disia-siakannya.  Rasul Paulus bertekad demikian:  "...Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu."  (Filipi 1:21-22).  Sebagai hamba Tuhan, kita pun dituntut untuk memiliki komitmen seperti Rasul Paulus ini.  Namun kiranya masih banyak hamba Tuhan yang telah bekerja keras melayani dan memberitakan Injil Kristus namun tanpa sadar telah kehilangan esensinya sebagai seorang 'hamba';  apalagi jika sudah menjadi hamba Tuhan yang terkenal, 'order' pelayanannya pun kian padat karena banyak jemaat atau gereja yang rindu dilayani.  Hal inilah yang dapat membuat para hamba Tuhan merasa bangga dan tidak sedikit yang mulai lupa diri, dan secara perlahan telah mencuri kemuliaan Tuhan.  Mereka merasa telah bekerja dan berjasa bagi Tuhan.

     Bangsa Israel diperingatkan Tuhan bahwa mereka dapat menyeberangi sungai Yordan, mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain dan mencapai Kanaan, bukan karena jasa-jasa mereka, tetapi semata-mata karena campur tangan Tuhan  (baca Ulangan 9:1-6).  Sungguh, bila pelayanan kita berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang, itu bukan karena jasa kita atau karena kita mampu, tapi karena campur tangan Tuhan.  (Bersambung)

Wednesday, October 24, 2012

BERTOBAT: Ada Pertolongan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2012 -

Baca:  1 Samuel 7:2-14

"Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: Sampai di sini Tuhan menolong kita."  1 Samuel 7:12

Apa arti kata Eben-Haezer?  Eben-Haezer berasal dari kata 'Eben' artinya batu, dan kata 'Ezer' yang berarti penolong.  Jadi secara harafiah 'Eben-Haezer' dapat diartikan batu pertolongan.  Batu ini didirikan oleh Samuel bukan untuk mereka sembah, tapi sebagai batu peringatan kemenangan bangsa Israel atas bangsa Filistin dan juga untuk menegaskan bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber pertolongan dan kemenangan bagi mereka, bukan yang lain.  Tanpa Tuhan, bangsa Israel bukanlah siapa-siapa!

     Apa yang melatarbelakangi didirikannya batu peringatan ini?  Ialah bangsa Israel yang telah lama meninggalkan tabut Tuhan di Kiryat-Yearim dalam waktu yang cukup lama yaitu dua puluh tahun, padahal tabut itu adalah lambang penyertaan Tuhan.  Bukan hanya itu, mereka juga hidup menjauh dari Tuhan dan menyembah kepada baal.  Akibatnya mereka mengalami kekalahan demi kekalahan dan menjadi bulan-bulanan bangsa lain, sungguh  "...telah lenyap kemuliaan dari Israel."  (1 Samuel 4:21).  Bangsa Israel tidak lagi mengalami penyertaan Tuhan!  Melalui Samuel, bangsa Israel ditegur Tuhan dengan keras supaya mereka segera bertobat.  Untunglah mereka segera merespons teguran ini.  "Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada Tuhan."  (1 Samuel 7:4)  dan berseru-seru kepada Tuhan.

     Alkitab menyatakan,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Pertobatan yang sungguh menjadi kunci pemulihan!  Dengan caraNya yang ajaib Tuhan menolong bangsa Israel sehingga Filistin terpukul kalah.  Melalui batu peringatan ini Samuel berkata,  "Sampai di sini Tuhan menolong kita."  (1 Samuel 7:12).  Sebagai orang percaya kita diingatkan untuk tidak melupakan pertolongan Tuhan dalam hidup ini dan senantiasa hidup dalam ketaatan.

Ketika kita taat penyertaan tuhan tidak akan pernah berlalu dari kehidupan kita!