Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2012 -
Baca: 1 Tesalonika 5:12-22
"Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka
yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan
yang menegor kamu;" 1 Tesalonika 5:12
Membicarakan kelemahan dan kekurangan orang lain adalah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi membicarakan kelemahan dan kekurangan hamba Tuhan atau pemimpin rohani. Bukankah hal ini masih sering terjadi, jemaat kurang memberikan respek terhadap pemimpin rohaninya? Tidak sedikit yang cenderung meremehkan, menghakimi dan seringkali menjadikan hamba Tuhan sebagai bahan gosip yang hangat dan menarik untuk dibahas. Itulah sebabnya Rasul Paulus dengan tegas memberi nasihat agar kita menghormati dan menghargai para pemimpin rohani kita. Mengapa hal ini perlu ditegaskan? Karena pemimpin rohani adalah orang-orang yang telah ditetapkan Tuhan untuk memimpin kita dalam kerohanian; mereka telah bekerja keras untuk mengajar, membimbing, menegor dan menyampaikan kebenaran firman Tuhan sehingga jemaat mengalami pertumbuhan iman. Oleh karena itu "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka
berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung
jawab atasnya." (Ibrani 13:17a).
Penting bagi kita untuk menghormati, menghargai dan mengasihi pemimpin rohani kita karena mereka telah bekerja keras dalam melayani jemaat. Namun jangan sampai kita 'mendewakan' mereka. Segala pujian dan kemuliaan hanya tetap bagi Tuhan, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Tuhan saja yang layak dipuja dan disembah, sedangkan pemimpin layak untuk dihormati. Artinya kita tidak boleh memandang rendah, apalagi melecehkan mereka. Contoh: Miryam harus menanggung akibatnya (kena kusta) karena ia telah mengatai-ngatai Musa yang adalah pemimpin rohani bangsa Israel (baca Bilangan 12:1-16).
Kita harus sadar bahwa pemimpin rohani juga manusia biasa, tentunya ia punya kekurangan atau kelemahan. Apa pun keadaannya kita harus tetap menghormati mereka, dan apabila hidup mereka sudah menyimpang dari Injil Kristus kita pun tidak berhak untuk menghakimi, itu urusannya dengan Tuhan! Kita doakan saja dia.
Selaku jemaat Tuhan tugas kita adalah mendoakan, mendukung dan menghormati pelayanan mereka!
Sunday, October 21, 2012
Saturday, October 20, 2012
JANGAN TAMAK TERHADAP KEKAYAAN! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2012 -
Baca: Lukas 12:13-21
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12:15
Rasul Paulus berpesan kepada Timotius untuk memperingatkan orang kaya "...agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17), karena kekayaan itu hanya bersifat sementara. Karena itu mereka (orang kaya) harus banyak "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." (1 Timotius 6:18-19). Sering kita temui banyak orang kaya yang malah pelit dan kikir, kurang peka terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya yang hidup dalam kekurangan. Kalaupun tergerak hati untuk menolong, itu pun karena ada motivasi tertentu: supaya dipuji dan dihormati, supaya namanya tertulis di media atau tampil di layar kaca dan sebagainya, sehingga Alkitab menegaskan bahwa orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (baca 1 Korintus 6:9-10).
Ketiga, kekayaan dapat menjerumuskan kita dalam dosa. Demi mengejar harta kekayaan, seseorang akan nekat melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan: menipu, korupsi, merampok dan sebagainya. Ketamakan telah menjerat hatinya! Alkitab dengan tegas menyatakan, "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Bukan hanya itu, seringkali dengan kekayaan yang dimiliki, seseorang menjadi sombong atau tinggi hati.
Berhati-hatilah! Jangan sampai kita mencintai uang lebih dari segalanya karena hal itu dapat membuat kita menjadi tamak terhadap kekayaan. Belajarlah juga untuk mencukupkan diri dengan berkat yang ada.
Jangan sekali-kali mengandalkan kekayaan karena itu bersifat tidak pasti (baca Amsal 23:4-5), tapi andalkan Tuhan dalam segala hal dan gunakan kekayaan yang ada sebagai sarana untuk memuliakan nama Tuhan, dan menjadi saluran berkat bagi orang lain!
Baca: Lukas 12:13-21
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12:15
Rasul Paulus berpesan kepada Timotius untuk memperingatkan orang kaya "...agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17), karena kekayaan itu hanya bersifat sementara. Karena itu mereka (orang kaya) harus banyak "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." (1 Timotius 6:18-19). Sering kita temui banyak orang kaya yang malah pelit dan kikir, kurang peka terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya yang hidup dalam kekurangan. Kalaupun tergerak hati untuk menolong, itu pun karena ada motivasi tertentu: supaya dipuji dan dihormati, supaya namanya tertulis di media atau tampil di layar kaca dan sebagainya, sehingga Alkitab menegaskan bahwa orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (baca 1 Korintus 6:9-10).
Ketiga, kekayaan dapat menjerumuskan kita dalam dosa. Demi mengejar harta kekayaan, seseorang akan nekat melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan: menipu, korupsi, merampok dan sebagainya. Ketamakan telah menjerat hatinya! Alkitab dengan tegas menyatakan, "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10). Bukan hanya itu, seringkali dengan kekayaan yang dimiliki, seseorang menjadi sombong atau tinggi hati.
Berhati-hatilah! Jangan sampai kita mencintai uang lebih dari segalanya karena hal itu dapat membuat kita menjadi tamak terhadap kekayaan. Belajarlah juga untuk mencukupkan diri dengan berkat yang ada.
Jangan sekali-kali mengandalkan kekayaan karena itu bersifat tidak pasti (baca Amsal 23:4-5), tapi andalkan Tuhan dalam segala hal dan gunakan kekayaan yang ada sebagai sarana untuk memuliakan nama Tuhan, dan menjadi saluran berkat bagi orang lain!
Subscribe to:
Posts (Atom)