Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2012 -
Baca: Mazmur 66:1-20
"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!" Mazmur 66:1-2
Saudara suka memuji Tuhan? "Ya, ketika di gereja." Kalau di rumah? "Tergantung sikon. Kalau lagi senang ya saya memuji Tuhan." Saudaraku, kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian, sehingga sudah sewajarnya setiap orang Kristen tidak hanya memuji Tuhan saat mereka berada di gereja saja. Memuji Tuhan juga tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada, melainkan setiap waktu dan keadaan. Mengapa harus memuji Tuhan setiap waktu? Sebab Tuhan menciptakan kita dengan tujuan memuji dan menyembah Dia; Tuhan rindu agar setiap aspek kehidupan umatNya dipenuhi dengan pujian akan kebesaranNya. Jadi setiap orang percaya diperintahkan untuk memuji Tuhan. "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!..." (Mazmur 150:6).
Pujian adalah suatu luapan kekaguman, pengagungan dan ucapan syukur akan apa yang telah dilakukan Tuhan dengan cara yang aktif dan demonstratif. Pujian adalah syarat untuk memasuki hadirat Tuhan. Karena itu marilah kita melatih diri untuk menjadikan diri kita sebagai rumah pujian bagi Tuhan, sebab Tuhan sendiri yang menetapkan bahwa bila seseorang ingin memasuki hadirat Tuhan, haruslah melalui pujian dan penyembahan. Jadi jika kita ingin merasakan hadirat Tuhan, kita harus mulai dengan menaikkan pujian bagi Dia. "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam
pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah
nama-Nya!" (Mazmur 100:4). Pemazmur juga memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan "...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4).
Di mana ada puji-pujian di situ Tuhan hadir dan menyatakan kuasaNya. Bait Suci Salomo dipenuhi oleh awan kemuliaan Tuhan karena ada puji-pujian dan penyembahan di dalamnya (baca 2 Tawarikh 5:12-14). Sudahkah kita menjadikan diri sebagai rumah pujian, Tuhan akan melawat kita, semakin menyempurnakan kita dan memulihkan keadaan kita; perkara besar dan ajaib akan dinyatakan!
Jika kita sudah menjadi rumah pujian bagi Tuhan, tidaklah sukar memuji Tuhan di segala keadaan.
Friday, September 28, 2012
Thursday, September 27, 2012
PERSEMBAHAN BAGI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2012 -
Baca: 2 Tawarikh 5:1-14
"Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya." 2 Tawarikh 5:6
Adalah mudah bagi seseorang untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan. Tapi berkata-kata saja tidak cukup, perlu ada bukti yang konkret yaitu melalui tindakan atau perbuatan. Salah satu bukti seseorang mengasihi Tuhan adalah selalu ingin memberi yang terbaik kepadaNya. Seluruh keberadaan hidupnya akan dipersembahkan kepada Tuhan: waktu, tenaga, pikiran, talenta bahkan materi. Inilah yang dilakukan oleh Salomo. Kesungguhan dalam berbakti kepada Tuhan dibuktikan dengan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan bukan hanya sesuatu, melainkan segala sesuatu. Begitu banyaknya persembahan yang Salomo persembahkan kepada Tuhan sehingga Alkitab mencatat bahwa jumlahnya tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya (ayat nas).
Tuhan sangat menghargai setiap persembahan dari umatNya yang diberikan dengan sukacita dan hati yang rela seperti tertulis: "...Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:6-7). Melihat korban yang dipersembahkan raja Salomo kita tahu bahwa jumlahnya begitu besar dan Tuhan sangat berkenan kepada persembahannya. "Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: 'Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan.'" (2 Tawarikh 7:12).
Apakah itu berarti jumlah persembahanlah yang menentukan? Tidak. Tuhan melihat motivasi dan hati kita dalam memberi, bukan pada jumlah atau apa yang kelihatan oleh kasat mata. Tapi perlu diingat pula bahwa seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan pasti akan memberikan persembahan yang terbaik dari dirinya. Inilah yang terjadi pada diri Salomo, rela memberikan segalanya untuk Tuhan, bukan untuk pamer atau agar dianggap 'wah'.
Jadi, seseorang yang mengasihi Tuhan pasti suka memberi!
Baca: 2 Tawarikh 5:1-14
"Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya." 2 Tawarikh 5:6
Adalah mudah bagi seseorang untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan. Tapi berkata-kata saja tidak cukup, perlu ada bukti yang konkret yaitu melalui tindakan atau perbuatan. Salah satu bukti seseorang mengasihi Tuhan adalah selalu ingin memberi yang terbaik kepadaNya. Seluruh keberadaan hidupnya akan dipersembahkan kepada Tuhan: waktu, tenaga, pikiran, talenta bahkan materi. Inilah yang dilakukan oleh Salomo. Kesungguhan dalam berbakti kepada Tuhan dibuktikan dengan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan bukan hanya sesuatu, melainkan segala sesuatu. Begitu banyaknya persembahan yang Salomo persembahkan kepada Tuhan sehingga Alkitab mencatat bahwa jumlahnya tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya (ayat nas).
Tuhan sangat menghargai setiap persembahan dari umatNya yang diberikan dengan sukacita dan hati yang rela seperti tertulis: "...Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:6-7). Melihat korban yang dipersembahkan raja Salomo kita tahu bahwa jumlahnya begitu besar dan Tuhan sangat berkenan kepada persembahannya. "Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: 'Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan.'" (2 Tawarikh 7:12).
Apakah itu berarti jumlah persembahanlah yang menentukan? Tidak. Tuhan melihat motivasi dan hati kita dalam memberi, bukan pada jumlah atau apa yang kelihatan oleh kasat mata. Tapi perlu diingat pula bahwa seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan pasti akan memberikan persembahan yang terbaik dari dirinya. Inilah yang terjadi pada diri Salomo, rela memberikan segalanya untuk Tuhan, bukan untuk pamer atau agar dianggap 'wah'.
Jadi, seseorang yang mengasihi Tuhan pasti suka memberi!
Subscribe to:
Posts (Atom)