Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2012 -
Baca: Yakobus 3:13-18
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Yakobus 3:16
Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri (egois). Namun banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan berpusat pada diri sendiri, istilah Jakartanya loe..loe.. gue..gue. Akibatnya hidup tidak menjadi berkat bagi orang lain. Menurut kamus Webster, egois atau mementingkan diri sendiri (selfish) bisa diartikan: memperhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebihan; mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Orang yang egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, lebih mengutamakan kepentingan dan perasaannya sendiri tapi tidak mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.
Mengapa kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang egois atau mementingkan diri sendiri? Karena dari sifat ini akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (ayat nas). Kita tahu bahwa orang yang egois akan melakukan apa saja demi mewujudkan apa yang diinginkan, tidak peduli hal itu menyakiti atau mengorbankan perasaan orang lain. Bila sifat egois atau mementingkan diri sendiri terus dipelihara, maka dalam dirinya akan timbul sifat baru yaitu kikir alias tidak punya kemurahan hati terhadap orang lain. Ini sangat bertentangan dengan firman Tuhan! Padahal Alkitab menegaskan, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Dikatakan pula, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).
Jadi Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya memiliki kemurahan hati, bukan kikir. Bahkan Alkitab mencatat bahwa orang kikir sama dengan orang yang melakukan kejahatan lainnya seperti percabulan, penyembahan berhala, pencuri, penipu dan lain-lain yang kesemuanya tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10).
Buang sifat egois atau mementingkan diri sendiri dan hiduplah sebagai orang-orang Kristen yang punya kemurahan hati (tidak kikir), sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain; untuk itulah kita dipanggil!
Friday, September 21, 2012
Thursday, September 20, 2012
TUHAN KITA TUHAN YANG HIDUP!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2012 -
Baca: 1 Raja-Raja 18:20-46
"Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya." 1 Raja-Raja 18:38
Tuhan bangsa Israel adalah Tuhan yang hidup! Salah satu buktinya adalah Dia sanggup menolong dan memelihara Elia dengan caraNya yang ajaib di tepi sungai Kerit dan juga memberkati janda di Sarfat. Bukit lain terjadi di atas gunung Karmel. Kisah ini bermula ketika Elia bertemu dengan raja Ahab yang dikenal sebagai raja yang melakukan kejahatan dan menyimpang dari jalan Tuhan. Elia meminta raja Ahab untuk mengumpulkan seluruh bangsa Israel di gunung Karmel dan juga nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang dan juga nabi-nabi Asyera sebanyak 400 orang. Di gunung Karmel itu akan terjadi pembuktian siapa Tuhan yang sesungguhnya, yang layak disembah dan harus diikuti oleh bangsa Israel, karena pada waktu bangsa Israel telah menyimpang dari jalan Tuhan dan menyembah dewa-dewa Baal.
Setelah semuanya berkumpul, Elia menantang para nabi Baal itu untuk memanggil allah mereka. Maka berkatalah Elia, "...Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." (1 Raja-Raja 18:27). Meski para nabi Baal telah melakukan ritualnya untuk memanggil allah, tapi tidak ada jawaban, bahkan sampai menyiksa diri pun tetap tidak ada jawaban dari allah mereka. Tiba gilirannya Elia bertindak; dengan hati yang teguh ia membuat sebuah mezbah, dan setelah selesai ia berseru memanggil Tuhan Allahnya, maka "...turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" (1 Raja 18:38-39). Ini membuktikan bahwa Tuhan yang Elia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa!
Jadi, masih ragukah Saudara akan kuasa Tuhan dengan berkata, "Sanggupkah Tuhan menyembuhkan sakitku? Mungkinkah persoalanku ada jalan ke luarnya?" Lalu, Saudara mencari pertolongan di luar Tuhan.
Bila Tuhan mendengar dan menjawab seruan Elia tepat pada waktunya, kita pun harus yakin bahwa Dia sanggup menolong kita karena Dia Tuhan yang hidup!
Baca: 1 Raja-Raja 18:20-46
"Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya." 1 Raja-Raja 18:38
Tuhan bangsa Israel adalah Tuhan yang hidup! Salah satu buktinya adalah Dia sanggup menolong dan memelihara Elia dengan caraNya yang ajaib di tepi sungai Kerit dan juga memberkati janda di Sarfat. Bukit lain terjadi di atas gunung Karmel. Kisah ini bermula ketika Elia bertemu dengan raja Ahab yang dikenal sebagai raja yang melakukan kejahatan dan menyimpang dari jalan Tuhan. Elia meminta raja Ahab untuk mengumpulkan seluruh bangsa Israel di gunung Karmel dan juga nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang dan juga nabi-nabi Asyera sebanyak 400 orang. Di gunung Karmel itu akan terjadi pembuktian siapa Tuhan yang sesungguhnya, yang layak disembah dan harus diikuti oleh bangsa Israel, karena pada waktu bangsa Israel telah menyimpang dari jalan Tuhan dan menyembah dewa-dewa Baal.
Setelah semuanya berkumpul, Elia menantang para nabi Baal itu untuk memanggil allah mereka. Maka berkatalah Elia, "...Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." (1 Raja-Raja 18:27). Meski para nabi Baal telah melakukan ritualnya untuk memanggil allah, tapi tidak ada jawaban, bahkan sampai menyiksa diri pun tetap tidak ada jawaban dari allah mereka. Tiba gilirannya Elia bertindak; dengan hati yang teguh ia membuat sebuah mezbah, dan setelah selesai ia berseru memanggil Tuhan Allahnya, maka "...turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" (1 Raja 18:38-39). Ini membuktikan bahwa Tuhan yang Elia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa!
Jadi, masih ragukah Saudara akan kuasa Tuhan dengan berkata, "Sanggupkah Tuhan menyembuhkan sakitku? Mungkinkah persoalanku ada jalan ke luarnya?" Lalu, Saudara mencari pertolongan di luar Tuhan.
Bila Tuhan mendengar dan menjawab seruan Elia tepat pada waktunya, kita pun harus yakin bahwa Dia sanggup menolong kita karena Dia Tuhan yang hidup!
Subscribe to:
Posts (Atom)