Monday, September 17, 2012

PENYEMBAHAN YANG BENAR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2012 -

Baca:  Yesaya 1:10-20

"Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku."  Yesaya 1:13a

Penyembahan yang berasal dari hati; tanpa hati, penyembahan bukanlah penyembahan.  Karena itu ketika kita datang kepada Tuhan untuk menyembah Dia kita harus melakukannya dengan hati yang tulus, bukan hanya sebatas ucapan bibir belaka.  Tuhan Yesus berkata, "...Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.  Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Markus 7:6b-7).  Buka hati dan ijinkan Roh Kudus membimbing, menuntun dan menyucikan hati kita supaya kita dapat menyembah Tuhan secara benar.  Jika Roh kudus memegang kendali hidup kita, pikiran dan hati kita akan benar-benar siap dan terfokus kepada Tuhan sepenuhnya, tidak lagi bercabang.

     Menyembah dalam kebenaran berkenaan dengan hidup kita yang berkenan kepada Tuhan.  Jika kita dalam keadaan 'tidak benar' alias masih ada dosa yang belum dibereskan, kita tidak layak untuk masuk ke dalam hadiratNya yang kudus, "sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16).  Hidup dalam kebenaran (kekudusan) adalah inti penyembahan orang percaya.  Penyembahan orang yang hidupnya benar dan berkenan kepada Tuhan akan menjadi persembahan yang harum bagi Dia.  Sebaliknya penyembahan yang tidak sungguh-sungguh, "...baunya adalah kejijikan bagi-ku." (Yesaya 1:13a)  Tuhan tidak suka dengan penyembah-penyembah yang tidak benar, kelihatan rohaniah, beribadah kepadaNya tetapi hatinya menjauh dari Dia.  Itulah sebabnya Tuhan tidak asal mencari penyembah-penyembah, yang Ia cari adalah penyembah-penyembah yang benar, yang menyembah Dia dengan kesungguhan hati dalam roh dan kebenaran.

     Sekarang bukan waktunya kita bermain-main dalam hal penyembahan kepada Tuhan; mari lakukan dengan sungguh seperti yang dilakukan oleh perempuan yang datang kepada Tuhan Yesus dengan membawa buli-buli berisi minyak wangi (baca Lukas 7:37-38).  Jadi untuk menjadi penyembah yang benar ada harga yang harus kita bayar.  Abraham rela mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai bukti ia mengasihi Tuhan lebih dari apa pun juga.

Tanpa kesungguhan hati dan ketaatan, penyembahan kita akan sia-sia!

Sunday, September 16, 2012

PENYEMBAHAN YANG BENAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2012 -

Baca:  Yohanes 4:20-26

"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian."  Yohanes 4:23

Penyembahan adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya, bahkan seharusnya menjadi gaya hidup.  Siapa yang harus kita sembah?  Allah yang hidup saja, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  "Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing." (Mazmur 81:10).

      Dalam pelaksanaannya, penyembahan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, sehingga kapan pun dan di mana pun dapat dilakukan.  Pada zaman Perjanjian Lama orang melakukan penyembahan Allah dengan cara-cara yang dinilai secara fisik, yaitu yang meniktikberatkan pada aktivitas jasmaniah, di mana ada aturan yang sangat ketat dan rumit sebagai syarat untuk dapat datang kepada Allah.  Tidak semua orang dapat datang kepada Allah, hanya orang-orang tertentu saja.  Pada bangsa Israel biasanya diwakili oleh kaum Lewi yang biasa disebut para iman.  Tetapi hal ini berbeda di zaman Perjanjian Baru setelah Tuhan Yesus datang ke dunia menebus dosa manusia di atas kayu salib, di mana Ia telah mendamaikan manusia dengan Allah yang secara simbolik dinyatakan dengan tabir bait suci terbelah dua, maka semua orang bisa datang kepada Allah.  "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri." (Ibrani 10:19-20).  Meski demikian kita tidak boleh datang kepada Tuhan dan menyembah Dia dengan sembarangan.  Kita harus menyembah Dia dengan benar dan tulus.  Penyembah yang sejati bukan berdasarkan lagu atau musik yang kita mainkan, tetapi inti penyembahkan adalah saat hati, jiwa dan seluruh keberadaan hidup kita memberikan penyembahan kepada Tuhan.  Penyembahkan haruslah mengalir dari 'dalam' menuju ke 'luar' yaitu penyembahan yang terjadi di dalam hati (dalam roh), bukan hanya menonjolkan aktivitas fisik semata.

     Penyembahan juga bukan berbicara masalah tempat, waktu atau musik yang cocok, karena perhatian utama Tuhan bukanlah bagian luar, tetapi "...Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).  (Bersambung)