Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2012 -
Baca: Rut 2:1-23
"Tuhan kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya
dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh Tuhan, Allah Israel, yang di bawah
sayap-Nya engkau datang berlindung." Rut 2:12
Nama 'Rut' (bahasa Ibrani) berarti 'belas kasih'. Sesuai dengan arti namanya, Rut juga beroleh belas kasih dari Tuhan, hidupnya mengalami pemulihan dan diberkati Tuhan.
Menarik sekali jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Rut beserta Naomi, ibu mertuanya ini. Rut, meski telah ditinggal mati suaminya, tetap berkomitmen mengabdi dan mendampingi ibu mertuanya yang juga janda. Inilah permintaan Rut dan Naomi, "...Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku;" (Rut 1:21a). Di tengah keterbatasan dan pergumulan yang berat keduanya terus berjuang agar dapat bertahan hidup. Sungguh, di dalam Tuhan selalu ada pengharapan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Dengan cara-Nya yang ajaib Ia campur tangan dalam kehidupan mereka. Sesungguhnya bisa saja Naomi minta tolong langsung kepada Boas, seorang kaya raya, tapi ia sadar Boas bukanlah kerabatnya melainkan kerabat mendiang suaminya. Akhirnya Rut meminta ijin kepada mertuanya pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai yang terlewatkan dari para pekerja, dan ternyata ladang itu milik Boas. Boas yang melihat itu tidak marah, malah menunjukkan kasih dan kemurahannya. Ternyata berita kesetiaan dan kebaikan hati Rut terhadap mertuanya sampai ke telinga Boas.
Mungkin kita berkata itu kebetulan. Namun di dalam Tuhan tidak ada perkara yang kebetulan. Ia punya banyak cara untuk menolong umatNya. Cara Tuhan tidak pernah terpikirkan oleh kita. Melalui Boas hidup Rut dan Naomi dipulihkan.
Karena kesetiaan dan ketekunannya, Rut ditolong dan diberkati Tuhan dengan caraNya yang ajaib!
Thursday, September 13, 2012
Wednesday, September 12, 2012
PILIHAN HIDUP YANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2012 -
Baca: Yosua 24:1-28
"Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada Tuhan." Yosua 24:14
Setelah berhasil membawa bangsa Israel menduduki dan mendiami Tanah Perjanjian untuk beberapa waktu lamanya, usia Yosua semakin bertambah tua. Menyadari bahwa masa hidupnya tidak akan lama lagi, Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel termasuk para pemimpin tiap-tiap suku di Sikhem. Untuk apa? Dalam tradisi Israel, bila seorang pemimpin sudah berusia lanjut, di mana masa tugasnya akan berakhir dan kematiannya sudah sangat dekat, ia akan mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pidato perpisahan yang berisi nasihat atau pesan-pesan terakhir.
Saat berada di Sikhem ini selain menyampaikan pidato perpisahan, Yosua juga hendak mengingatkan kembali komitmen bangsa Israel kepada Tuhan. Mengapa perlu diingatkan? Karena selama ini mereka sering mengalami jatuh bangun di dalam dosa, hati gampang berubah dan tidak lagi setia kepada Tuhan padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan begitu limpahnya. Saat ke luar dari perbudakan, perjalanan di padang gurun hingga tiba dan menikmati Kanaan, perkara-perkara besar dan ajaib telah dinyatakan Tuhan atas mereka. Karena itu Yosua menghendaki agar mereka membuat pilihan yang benar dan tegas kepada siapa mereka akan beribadah! Memilih beribadah kepada allah nenek moyang di seberang sungai Efrat, allah orang Amori atau kepada Allah yang hidup? Akan halnya Yosua sendiri, dengan tegas ia menyatakan, "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (ayat 15b).
Akhirnya umat Israel pun membuat pilihan yang sama yaitu berjanji dan tetap beribadah kepada Allah yang hidup. Mereka tidak boleh main-main dengan apa yang telah diucapkan, janji itu harus benar-benar ditepati. Ini komitmen mereka, "...Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (ayat 16). Jika mereka ingkar, lalu beribadah kepada allah asing, Tuhan tidak segan-segan akan menghukum mereka karena Dia adalah Allah yang kudus dan Pencemburu.
Pilihan hidup yang benar menentukan masa depan kita, dan kita harus sungguh-sungguh mengerjakannya karena Tuhan tidak bisa dipermainkan!
Baca: Yosua 24:1-28
"Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada Tuhan." Yosua 24:14
Setelah berhasil membawa bangsa Israel menduduki dan mendiami Tanah Perjanjian untuk beberapa waktu lamanya, usia Yosua semakin bertambah tua. Menyadari bahwa masa hidupnya tidak akan lama lagi, Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel termasuk para pemimpin tiap-tiap suku di Sikhem. Untuk apa? Dalam tradisi Israel, bila seorang pemimpin sudah berusia lanjut, di mana masa tugasnya akan berakhir dan kematiannya sudah sangat dekat, ia akan mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pidato perpisahan yang berisi nasihat atau pesan-pesan terakhir.
Saat berada di Sikhem ini selain menyampaikan pidato perpisahan, Yosua juga hendak mengingatkan kembali komitmen bangsa Israel kepada Tuhan. Mengapa perlu diingatkan? Karena selama ini mereka sering mengalami jatuh bangun di dalam dosa, hati gampang berubah dan tidak lagi setia kepada Tuhan padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan begitu limpahnya. Saat ke luar dari perbudakan, perjalanan di padang gurun hingga tiba dan menikmati Kanaan, perkara-perkara besar dan ajaib telah dinyatakan Tuhan atas mereka. Karena itu Yosua menghendaki agar mereka membuat pilihan yang benar dan tegas kepada siapa mereka akan beribadah! Memilih beribadah kepada allah nenek moyang di seberang sungai Efrat, allah orang Amori atau kepada Allah yang hidup? Akan halnya Yosua sendiri, dengan tegas ia menyatakan, "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (ayat 15b).
Akhirnya umat Israel pun membuat pilihan yang sama yaitu berjanji dan tetap beribadah kepada Allah yang hidup. Mereka tidak boleh main-main dengan apa yang telah diucapkan, janji itu harus benar-benar ditepati. Ini komitmen mereka, "...Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (ayat 16). Jika mereka ingkar, lalu beribadah kepada allah asing, Tuhan tidak segan-segan akan menghukum mereka karena Dia adalah Allah yang kudus dan Pencemburu.
Pilihan hidup yang benar menentukan masa depan kita, dan kita harus sungguh-sungguh mengerjakannya karena Tuhan tidak bisa dipermainkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)