Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2012 -
Baca: 2 Timotius 1:1-18
"Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu
karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi
Injil-Nya oleh kekuatan Allah." 2 Timotius 1:1-18
Rasul Paulus sadar bahwa penderitaan yang dialaminya tidak sebanding dengan penderitaan Kristus di atas salib. Paulus menganggap sebagai hutang bila ia tidak memberitakan Injil Kristus. Bagaimana dengan kita? Memberitakan Injil adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya tanpa terkecuali. Selagi ada waktu dan kesempatan, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Meski harus dipenjara karena Kristus Rasul Paulus tidak pernah merasa minder dan malu, bahkan menghadapi kematian pun ia tidak takut karena baginya hidup "...adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Baginya, hidup adalah bekerja untuk menghasilkan buah bagi Kerajaan Allah. "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi 3:17). Rasul Paulus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa bagi kita, terlebih bagi para pelayan Tuhan dan layak kita ikuti jejaknya. Memang, tetap kuat dan bersukacita di tengah penderitaan bukanlah pekerjaan mudah. Tidak sedikit orang Kristen yang kecewa dan mundur dari pelayanan hanya karena tersinggung oleh kata-kata rekan sepelayanan, fasilitas yang disediakan kurang memadai dan sebagainya, padahal belum mengalami seperti yang dialami Paulus. Adalah mudah melayani Tuhan apabila fasilitas yang disediakan serba wah dan kebutuhan materi tercukupi. Jika yang terjadi sebaliknya, masih dapatkan kita mengucap syukur dan tetap semangat?
Bagi Paulus, dipercaya menjadi hambaNya sudah merupakan anugerah yang tak ternilai sehingga ia berkata, "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a). Hidup Paulus benar-benar membawa dampak yang luar biasa: Injil semakin maju dan hidupnya menjadi berkat bagi jiwa-jiwa.
Seberat apa pun beban dan pergumulan, tetaplah semangat melayani Tuhan dan memberitakan Injil-Nya, upah besar disediakan bagi yang bertahan sampai akhir!
Tuesday, September 11, 2012
Monday, September 10, 2012
DIPENJARA KARENA INJIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2012 -
Baca: Filipi 1:12-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Mendengar kata penjara di benak kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan. Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam kasus kriminal alias pelanggar hukum. Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di negara kita saat ini. Di Indonesia banyak penjara yang memiliki fasilitas cukup baik, ada yang ber-AC, bahkan kalau pejabat yang dipenjarakan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang.
Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap; dan makin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah. Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus, ia harus mendekam di dalam penjara. Apa kesalahan Paulus? Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, tetapi justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil. "...aku dipenjarakan karena Kristus." (Filipi 1:13). Meski harus mendekam dipenjara apakah ia sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan? Tidak! Penjara tak membuat Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia. Tembok penjara tak mampu membelenggu Paulus. Justru saat dibalik terali besi inilah ia tetap sanggup menguatkan jemaat Tuhan dengan surat-surat yang ia kirimkan. Kokohnya tembok penjara juga tidak mampu merampas sukacitanya karena di penjara pun ia senantiasa bersukacita.
Apakah dengan pemenjaraan terhadap Paulus Injil Kristus berhenti diberitakan dan jemaat Tuhan menjadi takut, lalu mereka bersembunyi dan meninggalkan iman Kristen? Tidak! Pemenjaraan terhadap Paulus justru membawa berkat dan dampak yang luar biasa. "...apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil." (Filipi 1:12). Bahkan jemaat Tuhan pada waktu itu malah semakin berani untuk memberitakan Injil, mereka "...bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut." (Filipi 1:14).
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).
Baca: Filipi 1:12-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Mendengar kata penjara di benak kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan. Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam kasus kriminal alias pelanggar hukum. Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di negara kita saat ini. Di Indonesia banyak penjara yang memiliki fasilitas cukup baik, ada yang ber-AC, bahkan kalau pejabat yang dipenjarakan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang.
Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap; dan makin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah. Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus, ia harus mendekam di dalam penjara. Apa kesalahan Paulus? Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, tetapi justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil. "...aku dipenjarakan karena Kristus." (Filipi 1:13). Meski harus mendekam dipenjara apakah ia sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan? Tidak! Penjara tak membuat Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia. Tembok penjara tak mampu membelenggu Paulus. Justru saat dibalik terali besi inilah ia tetap sanggup menguatkan jemaat Tuhan dengan surat-surat yang ia kirimkan. Kokohnya tembok penjara juga tidak mampu merampas sukacitanya karena di penjara pun ia senantiasa bersukacita.
Apakah dengan pemenjaraan terhadap Paulus Injil Kristus berhenti diberitakan dan jemaat Tuhan menjadi takut, lalu mereka bersembunyi dan meninggalkan iman Kristen? Tidak! Pemenjaraan terhadap Paulus justru membawa berkat dan dampak yang luar biasa. "...apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil." (Filipi 1:12). Bahkan jemaat Tuhan pada waktu itu malah semakin berani untuk memberitakan Injil, mereka "...bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut." (Filipi 1:14).
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).
Subscribe to:
Posts (Atom)