Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2012 -
Baca: Filipi 1:12-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Mendengar kata penjara di benak kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan. Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam kasus kriminal alias pelanggar hukum. Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di negara kita saat ini. Di Indonesia banyak penjara yang memiliki fasilitas cukup baik, ada yang ber-AC, bahkan kalau pejabat yang dipenjarakan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang.
Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap; dan makin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah. Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus, ia harus mendekam di dalam penjara. Apa kesalahan Paulus? Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, tetapi justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil. "...aku dipenjarakan karena Kristus." (Filipi 1:13). Meski harus mendekam dipenjara apakah ia sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan? Tidak! Penjara tak membuat Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia. Tembok penjara tak mampu membelenggu Paulus. Justru saat dibalik terali besi inilah ia tetap sanggup menguatkan jemaat Tuhan dengan surat-surat yang ia kirimkan. Kokohnya tembok penjara juga tidak mampu merampas sukacitanya karena di penjara pun ia senantiasa bersukacita.
Apakah dengan pemenjaraan terhadap Paulus Injil Kristus berhenti diberitakan dan jemaat Tuhan menjadi takut, lalu mereka bersembunyi dan meninggalkan iman Kristen? Tidak! Pemenjaraan terhadap Paulus justru membawa berkat dan dampak yang luar biasa. "...apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil." (Filipi 1:12). Bahkan jemaat Tuhan pada waktu itu malah semakin berani untuk memberitakan Injil, mereka "...bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut." (Filipi 1:14).
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).
Monday, September 10, 2012
Sunday, September 9, 2012
MENGIKUT KRISTUS: Ada Harga yang Harus dibayar!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2012 -
Baca: Markus 8:31-38
"... Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Ada sisi lain yang tidak boleh kita abaikan dalam pengiringan kepada Tuhan yaitu salib bagi orang percaya. Gereja Tuhan tidak boleh lupa membritakan tentang salib Kristus.
Datang kepada Tuhan untuk meminta berkat dan kelimpahan tidaklah salah. Tetapi kalau selama bertahun-tahun menjadi Kristen hanya itu yang kita lakukan tanpa pernah mau mengerti bahwa terkadang Tuhan mengijinkan ujian dan penderitaan terjadi dalam kehidupan kita, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menjadi seorang Kristen yang dewasa, karena ujian dan penderitaan adalah bagian dari proses pembentukan Tuhan. Namun kita percaya bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (baca Roma 8:28). Jadi kita dalam kondisi diberkati atau belum diberkati, disembuhkan atau belum disembuhkan dan sebagainya harus tetap bersungguh-sungguh di dalam mengiring Tuhan.
Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Ini menunjukkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti bebas dari masalah. Persoalan tetap ada, tetapi berbeda ketika kita memiliki Tuhan Yesus karena Dia akan selalu menopang, menguatkan dan memberikan jalan keluar bagi kita.
Kekristenan tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan pikul salib. Apa maksudnya? Penyangkalan diri berarti harus menyalibkan segala keinginan daging kita, rela meninggalkan dosa dan berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Memikul salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus. Bahkan dikatakan, "...siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." (Markus 8:35). Jadi, mengikut Kristus benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi, tidak boleh setengah-setengah. Memikul salib juga berarti mengalami penderitaan karena namaNya.
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." Matius 5:10
Baca: Markus 8:31-38
"... Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Markus 8:34
Ada sisi lain yang tidak boleh kita abaikan dalam pengiringan kepada Tuhan yaitu salib bagi orang percaya. Gereja Tuhan tidak boleh lupa membritakan tentang salib Kristus.
Datang kepada Tuhan untuk meminta berkat dan kelimpahan tidaklah salah. Tetapi kalau selama bertahun-tahun menjadi Kristen hanya itu yang kita lakukan tanpa pernah mau mengerti bahwa terkadang Tuhan mengijinkan ujian dan penderitaan terjadi dalam kehidupan kita, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menjadi seorang Kristen yang dewasa, karena ujian dan penderitaan adalah bagian dari proses pembentukan Tuhan. Namun kita percaya bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (baca Roma 8:28). Jadi kita dalam kondisi diberkati atau belum diberkati, disembuhkan atau belum disembuhkan dan sebagainya harus tetap bersungguh-sungguh di dalam mengiring Tuhan.
Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Ini menunjukkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti bebas dari masalah. Persoalan tetap ada, tetapi berbeda ketika kita memiliki Tuhan Yesus karena Dia akan selalu menopang, menguatkan dan memberikan jalan keluar bagi kita.
Kekristenan tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan pikul salib. Apa maksudnya? Penyangkalan diri berarti harus menyalibkan segala keinginan daging kita, rela meninggalkan dosa dan berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Memikul salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus. Bahkan dikatakan, "...siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." (Markus 8:35). Jadi, mengikut Kristus benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi, tidak boleh setengah-setengah. Memikul salib juga berarti mengalami penderitaan karena namaNya.
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." Matius 5:10
Subscribe to:
Posts (Atom)