Friday, August 10, 2012

MUNGKINKAH BERSUKACITA DI SEGALA KEADAAN? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2012 -

Baca:  Mazmur 5:1-13

"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu."  Mazmur 5:12

Ada banyak alasan untuk tidak bersukacita: ada masalah berat, sakit-penyakit, sulit mencari pekerjaan, harga-harga kebutuhan hidup yang makin mahal, biaya pendidikan kian melangit dan sebagainya sehingga banyak orang Kristen hidupnya dikendalikan oleh ketakutan, kekuatiran, kecemasan dan keputusasaan.  Padahal, kehendak Tuhan bagi anak-anakNya adalah  "Bersukacitalah senantiasa..."  (1 Tesalonika 5:16).  Kata 'senantiasa' berarti selalu, di segala keadaan dan terus-menerus.  Namun, mana mungkin kita bisa bersukacita senantiasa di tengah dunia yang serbasulit dan penuh problematika ini?

     Bersukacita senantiasa bagi orang percaya adalah sangat mungkin!  Memang, kita tidak akan mampu bersukacita dengan kekuatan sendiri.  Untuk dapat bersukacita senantiasa kita harus tinggal di dalam Tuhan:  "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.  Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh."  (Yohanes 15:10-11).  Tinggal di dalam Tuhan dan mengasihi namaNya akan beroleh sukacita.  Jadi, rahasia beroleh sukacita di segala keadaan adalah ada di dalam Tuhan, sebab Dia adalah sumber sukacita.

     Rasul Paulus berkata,  "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  (2 Korintus 4:18).  Bila fokus kita hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada, kita akan kehilangan sukacita.  Tetapi Paulus enantiasa mengarahkan pandangan kepada hal-hal yang tidak kelihatan.  Iulah sebabnya di segala keadaan (di penjara, tertindas, terjepit, teraniaya, mengalami kapal karam) ia tetap bisa bersukacita, karena ia tahu bahwa  "...penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami."  (Korintus 4:17).
(Bersambung)

Thursday, August 9, 2012

TUHAN: Pendengar dan Penolong Kita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2012 -

Baca:  Mazmur 142:1-8

"Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya."  Mazmur 142:3

Ketika sedang tertimpa masalah yang rumit dan berbeban berat acapkali kita membutuhkan orang lain untuk berbagi, berkeluh-kesah, mengadu dan membagi beban hidup kita.  Kita mencurahkan segala unek-unek kita kepada hamba Tuhan, saudara seiman, teman atau sahabat sehingga hati kita terasa plong atau lega.  Namun ada pula yang enggan dan malu menceritakan masalah kita kepada orang lain, semua kita pendam sendiri dan akhirnya kita pun merasakan beban itu semakin berat untuk kita pikul.  Daud pun mengalaminya:  "Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku:"  (Mazmur 39:4). 

     Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan yang begitu peduli dengan keberadaan kita, bahkan Dia bersedia menjadi tempat untuk kita mencurahkan isi hati, mengadu dan mengeluh.  Tuhan Yesus berkata,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).  Di dalam Yesaya 25:4 dikatakan,  "Sebab Engkau menjadi tempat pengungsian bagi orang lemah, tempat pengungsian bagi orang miskin dalam kesesakannya,"  Karena itu, seberat apa pun permasalahan yang kita alami bawalah kepada Tuhan dan curahkan segala isi hati Saudara kepadaNya.  Dia tidak hanya siap menjadi Pendengar keluhan kita, tapi juga sebagai Penolong yang sejati, karena  "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;"  (Yesaya 59:1).

     Jika ada saudara seiman yang sedang berbeban berat dan membutuhkan tempat untuk berkeluh-kesah, kita pun tidak boleh tinggal diam.  Tuhan memberikan tugas dan tanggung jawab kepada kita untuk memperhatikan, menopang, menolong dan menguatkan mereka.  Kita harus mau memberikan diri, waktu, tenaga dan telinga untuk mendengar keluh-kesah mereka, dan itu sungguh sangat berarti bagi mereka.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui."  Yeremia 33:3