Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2012 -
Baca: 2 Korintus 4:16-18
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak
kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak
kelihatan adalah kekal." 2 Korintus 4:18
Pada umumnya orang beranggapan bahwa berkat dari Tuhan itu identik dengan uang atau kekayaan (materi) yang tampak terlihat jelas secara kasat mata, sehingga kita pun menyimpulkan bahwa keadaan seseorang diberkati Tuhan selalu ditandai dengan melimpahnya harta kekayaan yang dimilikinya: seperti rumah yang berada di kawasan elit, memiliki mobil yang mewah, anak-anak sekolah di luar negeri, atau memiliki pabrik atau usaha yang mapan dan sebagainya. Sebaliknya pula, keadaan orang yang tidak diberkati Tuhan akan ditandai dengan kehidupannya yang serba pas-pasan, tinggal di kos atau rumah kontrakan, atau tidak punya kendaraan.
Benarkah demikian? Kita tidak dapat mengukur dan menilai berkat Tuhan dari sudut materi semata semata atau apa yang kelihatan. Bagaimana pun kondisi kehidupan kita, baik itu kaya, miskin, sehat, sakit, berlimpah atau dalam kekurangan, seharusnya tidak mempengaruhi kondisi hati kita. Berkat Tuhan bisa datang dalam segala bentuk; berkat tidak harus berarti materi, tetapi lebih besar daripada sekedar menerima materi, tidak peduli apa pun kondisi kita, sepanjang kita menerima janji Tuhan dan mampu mengucap syukur kepadaNya atas apa pun yang terjadi. Inilah pengertian yang benar dari hidup yang diberkati oleh Tuhan meskipun keadaan yang ada sepertinya kelihatan kurang baik di pemandangan manusia. Sesungguhnya wujud nyata dari berkat Tuhan sangat beragam, walau umumnya orang lebih mudah melihat dan mengukur besarnya berkat Tuhan dari aspek lahiriah saja yaitu materi, sedangkan berkat Tuhan yang tidak berupa uang atau kekayaan akhirnya kurang kita hargai.
Bukankah berkat rohani: keselamatan, perlindungan, kesehatan, sukacita, damai sejahtera, kebahagiaan, umur panjang dan sebagainya lebih berharga daripada uang atau kekayaan yang kita miliki? Ingat, berkat rohani tidak akan pernah bisa dibeli dengan berapa pun jumlah uang atau kekayaan yang ada pada kita.
Kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya harta di dunia, melainkan bagaimana bisa tetap mengucap syukur dan memuliakan Tuhan dengan keadaan yang ada!
Sunday, July 22, 2012
Saturday, July 21, 2012
ORANG KRISTEN: Harus Bisa Menjaga Perkataan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2012 -
Baca: Kolose 4:1-6
"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." Kolose 4:6
Topik hari ini adalah mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa. Apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita. "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Banyak orang Kristen yang ketika berada di luar 'area suci' (gereja) tidak bisa menguasai mulutnya: masih suka mengumpat, berkata-kata kasar, jorok, membicarakan kelemahan/kekurangan pendeta (gosip) dan sebagainya. Dalam amsal 20:19 dikatakan, "Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut." Mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa). Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain. Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.
Lalu, bagaimana seharusnya perkataan orang Kristen itu? 1. Perkataan penuh kasih. Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik. Karena itu "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). 2. Perkataan yang menyampaikan firman. Tertulis: "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" (1 Petrus 4:11a). Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.
Bagaimana dengan perkataan Saudara selama ini?
Baca: Kolose 4:1-6
"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." Kolose 4:6
Topik hari ini adalah mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa. Apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita. "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Banyak orang Kristen yang ketika berada di luar 'area suci' (gereja) tidak bisa menguasai mulutnya: masih suka mengumpat, berkata-kata kasar, jorok, membicarakan kelemahan/kekurangan pendeta (gosip) dan sebagainya. Dalam amsal 20:19 dikatakan, "Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut." Mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa). Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain. Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.
Lalu, bagaimana seharusnya perkataan orang Kristen itu? 1. Perkataan penuh kasih. Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik. Karena itu "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). 2. Perkataan yang menyampaikan firman. Tertulis: "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" (1 Petrus 4:11a). Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.
Bagaimana dengan perkataan Saudara selama ini?
Subscribe to:
Posts (Atom)