Tuesday, July 10, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2012 -

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  Ibrani 12:1

Semua atlet di seluruh cabang olahraga, tanpa terkecuali, pasti memiliki tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.  Untuk apa berlatih keras jika tidak memiliki tujuan yang jelas?  Goal setiap atlet dalam sebuah kejuaraan adalah menjadi juara atau meraih medali.  Untuk mewujudkan itu para atlet giat berlatih tanpa mengenal lelah.  Mereka tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut apalagi sampai membantah instruksi pelatih.

     Begitu pula dalam kehidupan orang percaya, ada goal yang harus kita capai yaitu memperoleh mahkota kehidupan.  Ada tertulis:  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Mahkota yang disediakan Tuhan bagi setiap kita yang dapat menyelesaikan perlombaan sampai garis akhir bukanlah mahkota yang fana, melainkan mahkota yang kekal dan abadi yang jauh lebih mulia dan berharga dari mahkota apa pun yang ada di dunia ini.  Namun untuk mencapai kita semua ada harga yang harus dibayar.  Kita harus tunduk kepada pimpinan Roh dan tidak lagi hidup menuruti keinginan daging.

     Bagi seorang atlet kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, justru itu menjadi cambuk dan pengalaman berharga baginya untuk lebih tekun giat dan berlatih.  Apakah Susi Susanti tidak pernah kalah dalam pertandingan?  Tentu saja pernah.  Tapi ia tidak menyerah begitu saja dan segera bangkit.  Maka keuletan dan sikap pantang menyerah juga harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Masalah, ujian dan tantangan adakalanya menghadang langkah kita, namun kita tidak boleh menyerah begitu saja pada keadaan.  Kita harus bangkit dan tetap semangat, karena  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Arahkan pandangan kepada Tuhan Yesus, maka Ia akan memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita mampu menanggung segala sesuatunya.

Kehidupan kekal disediakan Tuhan bagi kita yang mampu bertahan sampai akhir pertandingan iman!

Monday, July 9, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2012 -

Baca:  1 Timotius 2:1-7

"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."  2 Timotius 2:5

Susi Susanti adalah salah satu atlet legenda yang dimiliki bangsa Indonesia.  Prestasinya sangat fenomenal di cabang bulutangkis.  Gelar yang diraih Susi Susanti diantaranya adalah:  juara All England 4 kali  (1990, 1991, 1993 dan 1994), juara dunia tahun 1993, juara final grandprix sebanyak 6 kali  (1990-1994 dan 1996), dan belum termasuk gelar di turnamen-turnamen terbuka lainnya.  Ada pun gelar terbesarnya adalah ketika ia merebut mendali emas di ajang Olimpiade Barcelona 1992.  Ini adalah sejarah emas pertama yang diraih bangsa Indonesia sepanjang keikutsertaannya dalam olimpiade.

     Meraih prestasi seperti Susi Susanti adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang atlet, ada harga yang harus dibayar.  Tekun dalam berlatih, mau bekerja keras, tidak manja, tidak mudah putus asa dan berkeyakinan kuat (mental juara) adalah kunci kemenangan seorang atlet.  Tanpa itu semua mustahil seorang atlet akan meraih prestasi yang luar biasa.  Itulah sebab Rasul Paulus menasihatkan agar kita mau belajar dan meneladani perjuangan atlet di gelanggang pertandingan, karena perjalanan kekristenan kita juga diibaratkan seperti berada di gelanggang pertandingan iman:  "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.  Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.  Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:25-27).  Jadi tidak ada istilah 'leha-leha' dalam menjalankan kekristenan kita.  Sebaliknya kita harus berusaha keras mengerjakan keselamatan kita ini dengan hati yang takut dan gentar karena kedatangan Tuhan yang sudah semakin dekat.

     Jika saat ini kita dipercaya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, biarlah kita lakukan dengan setia dan penuh ketaatan karena tidak semua orang beroleh kesempatan itu.  Inilah yang dilakukan Rasul Paulus:  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  Filipi 3:14
(Bersambung)