Sunday, June 10, 2012

PERCAYA: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2012 -

Baca:  Markus 11:20-26

"Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  Markus 11:23

Sebagai pemberita Injil, Rasul Paulus banyak dihadapkan ujian, tantangan, aniaya dan juga kesesakan.  Meski begitu tak sedikit pun ia merasa kecewa, mengeluh, bersungut-sungut, apalagi putus asa dan patah semangat.  Sebaliknya rohnya selalu menyala-nyala untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan karena ia tahu bahwa penderitaan yang ia alami selama di dunia ini  "...tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan..."  (Roma 8:18).  Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata,  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintis 5:7).

     'Percaya' adalah bagian terpenting dalam kehidupan anak-anak Tuhan, karena dengan memiliki percaya, mujizat dan perkara-perkara ajaib dapat terjadi.  "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b).  Bahkan  ayat nas di atas menyatakan bahwa dengan 'percaya' maka gunung pun dapat tercampakkan ke dalam lautan.  Amin!  Orang Kristen yang mempunyai percaya, pasti memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang lain.  Perihal 'percaya' ini kita dapat belajar pula dari kehidupan Abraham yang adalah bapa orang percaya.  Ketika Abraham sudah berusia lanjut Tuhan berjanji akan memberikan kepadanya anak atau keturunan, namun sampai berumur 100 tahun barulah ia mendapatkan anak sesuai yang dijanjikan.  Secara manusia hal ini adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal, tetapi mujizat itu terjadi karena Abraham tetap percaya.  "...Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20).

     Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya karena iman percayanya.  Mengapa ia begitu percaya kepada Tuhan?  Karena ia telah mendengar bagaimana Tuhan berbicara dan berjanji kepadanya,  "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'"  (Kejadian 15:5).

Itulah yang menguatkan iman Abraham!

Saturday, June 9, 2012

PERCERAIAN KEBENCIAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2012 -

Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel..."  Maleakhi 2:16

Kawin-cerai sepertinya menjadi hal yang biasa banyak orang, terutama di kalangan para artis atau selebritis.  Menikah baru beberapa tahun, ada yang hanya dalam hitungan bulan, kemudian memutuskan untuk bercerai karena merasa sudah tidak cocok lagi.  Bahkan ada yang kawin-cerai sampai 2-3 kali.  Banyak orang berpikir bahwa ketika rumah tangganya dalam masalah, perceraian adalah jalan terbaik.  Salah besar!  Perceraian adalah jalan terburuk dan ini merupakan perbuatan keji di mata Tuhan.  Mengapa?  "Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.  Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya."  (ayat 14-15).

     Ingat, pernikahan bukanlah perjanjian antara dua orang saja, tetapi melibatkan tiga pribadi yaitu suami, isteri dan juga Tuhan.  Dalam janji pernikahan, suami dan isteri saling menandatangani sebuah surat perjanjian untuk saling mengasihi, menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dan berjanji sehidup semati atau setia sampai maut memisahkan mereka berdua.  Tuhan adalah saksi utama yang juga turut menandatangani dan mensahkannya.  Sesuai dengan rencana Tuhan, pria dan wanita dipertemukan untuk menjadi satu daging supaya mereka saling melengkapi, mengasihi, bersekutu dan bersama-sama melayani Tuhan.

     Jadi, perceraian tidak hanya melanggar sebuah perjanjian kudus, tetapi juga merupakan kebencian Tuhan.  Suami dan isteri yang telah dipersatukan dalam ikatan pernikahan bukan lagi dua tetapi menjadi satu daging, dan apabila dipisahkan pasti akan terasa sakit sekali.  Tuhan tahu itu karena Ia turut juga merasakan kelemahan kita, karena itulah Dia sangat membenci perceraian.  Apa pun alasannya, perceraian bukanlah jalan Tuhan.  Pikirkan dampak yang ditimbulkan, di mana anak-anak pasti menjadi korban.

Seberat apa pun badai menyerang dalam rumah tangga, jangan putus asa, datang pada Tuhan Yesus, Dia pasti akan memberi jalan keluarnya!

Catatan:   
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21