Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2012 -
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Saat ini semua umat Tuhan sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan. Jadi waktu yang singkat ini harus kita gunakan sebaik mungkin untuk mengerjakan bagian kita yaitu melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup seturut dengan kehendakNya supaya pada saatnya kita tidak bernasib seperti lima gadis bodoh, di mana ketika Sang Mempelai Laki-Laki datang mereka tidak dapat masuk ke dalam ruang perjamuan kawin (baca Matius 25:1-13). Menjadi orang Kristen yang dewasa rohani haruslah menjadi tujuan dan goal kita. Kedewasaan rohani memerlukan hati yang mau belajar dan siap untuk dibentuk. Maukah kita dibentuk dan diproses Tuhan?
Banyak yang memberontak, kecewa, mengeluh, mengomel, bersungut-sungut ketika mengalami proses pembentukan Tuhan, padahal setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi selalu mendatangkan kebaikan bagi kita. "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Lama atau cepatnya proses pembentukan dari Tuhan sangat bergantung pada 'tanah' hati kita. Semakin kita memberontak, semakin lama proses yang harus kita jalani. "Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?" (Yesaya 28:24).
Jika hari ini kita rindu menjadi orang Krisen yang dewasa rohani haruslah ada bukti, artinya kekristenan harus dipraktekkan dan diwujudkan dalam tindakan nyata sehingga orang lain melihat bahwa kehidupan orang Kristen berbeda, seperti tertulis: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati, "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu.
Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam
pemikiranmu!" (1 Korintus 14:20), sebab orang dunia tidak peduli dengan keaktifan kita di gereja atau pelayanan, tetapi yang mereka perhatikan adalah perbuatan kita saat berada di tengah-tengah mereka.
Bukan teori, tapi yang lebih utama adalah action!
Thursday, June 7, 2012
Wednesday, June 6, 2012
MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2012 -
Baca: Efesus 4:1-16
"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," Efesus 4:13
Orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi tetap saja 'kanak-kanak' rohaninya bisa diibaratkan seperti pohon bonsai, pohon yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun tapi tetap saja kerdil. Kemarin disampaikan bahwa untuk bisa bertumbuh menjadi dewasa harus melalui proses, maka dari itu dibutuhkan komitmen yang sungguh. Tanpa komitmen yang sungguh kita tidak akan mencapai kedewasaan rohani. Komitmen itu harus dilakukan dan dipraktekkan, tidak hanya lips service. Aktif di setiap ibadah dan persekutuan tanpa ada komitmen untuk melakukan firman Tuhan adalah sia-sia belaka, karena "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22).
Jadi beriman saja tidak cukup, mendengarkan firman saja juga tidak cukup, tapi kita juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah kita dengar dan pelajari supaya dapat bertumbuh. Alkitab menyatakan, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:20). Ahli- ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat fasih dengan isi Alkitab, menguasai ilmu teologia dan sebagainya, tapi mereka tidak menjadi pelaku firman dengan sungguh.
"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Pertumbuhan rohani seseorang pasti disertai dengan adanya perubahan karakter. Bukankah masih sering ditemukan orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan, bahkan sudah terlibat dalam pelayanan, tapi hidupnya belum juga menunjukkan perubahan, masih hidup menuruti keinginan daging: tidak bisa menguasai ucapan, masih menyimpan dendam, kebencian, kepahitan, terlibat dalam perzinahan? Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen untuk berubah dan bertumbuh. Kalau seperti itu terus, sampai kapan pun kita tetap menjadi Kristen kanak-kanak.
Padahal untuk bisa memerintah dengan Kristus dan layak menjadi mempelaiNya kita haruslah dewasa rohani!
Baca: Efesus 4:1-16
"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," Efesus 4:13
Orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi tetap saja 'kanak-kanak' rohaninya bisa diibaratkan seperti pohon bonsai, pohon yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun tapi tetap saja kerdil. Kemarin disampaikan bahwa untuk bisa bertumbuh menjadi dewasa harus melalui proses, maka dari itu dibutuhkan komitmen yang sungguh. Tanpa komitmen yang sungguh kita tidak akan mencapai kedewasaan rohani. Komitmen itu harus dilakukan dan dipraktekkan, tidak hanya lips service. Aktif di setiap ibadah dan persekutuan tanpa ada komitmen untuk melakukan firman Tuhan adalah sia-sia belaka, karena "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22).
Jadi beriman saja tidak cukup, mendengarkan firman saja juga tidak cukup, tapi kita juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah kita dengar dan pelajari supaya dapat bertumbuh. Alkitab menyatakan, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:20). Ahli- ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat fasih dengan isi Alkitab, menguasai ilmu teologia dan sebagainya, tapi mereka tidak menjadi pelaku firman dengan sungguh.
"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Pertumbuhan rohani seseorang pasti disertai dengan adanya perubahan karakter. Bukankah masih sering ditemukan orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan, bahkan sudah terlibat dalam pelayanan, tapi hidupnya belum juga menunjukkan perubahan, masih hidup menuruti keinginan daging: tidak bisa menguasai ucapan, masih menyimpan dendam, kebencian, kepahitan, terlibat dalam perzinahan? Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen untuk berubah dan bertumbuh. Kalau seperti itu terus, sampai kapan pun kita tetap menjadi Kristen kanak-kanak.
Padahal untuk bisa memerintah dengan Kristus dan layak menjadi mempelaiNya kita haruslah dewasa rohani!
Subscribe to:
Posts (Atom)