Friday, May 25, 2012

BERKORBAN UNTUK TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2012 -

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas."  1 Tawarikh 29:17a

Daud adalah salah satu tokoh besar di dalam Alkitab yang begitu mengasihi Tuhan.  Ratusan pasal yang termuat dalam Mazmur itu adalah bukti betapa ia sangat karib dengan Tuhan dan mengasihi Dia dengan segenap hati.

     Bukti lain betapa kasih Daud kepada Tuhan adalah ketika Salomo hendak membangun Bait Suci.  Ia dengan sukarela dan tulus ikhlas mempersembahkan harta miliknya untuk membantu pekerjaan Tuhan ini.  Daud berkata,  "... karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni..."  (1 Tawarikh 29:3-4).  Begitu pula dari pemimpin-pemimpin lainnya terkumpul 5.000 talenta emas dan 10.000 talenta perak, belum termasuk persembahan-persembahan lainnya.  Bayangkan, persembahan yang demikian besarnya diserahkan untuk pembangunan rumah Tuhan dengan sukarela, tulus ikhlas, bahkan dengan sukacita.  Persembahan seperti inilah yang berkenan kepada Tuhan, karena Dia  "...mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).  Mereka sadar betapa Ia mengasihi umat Israel dengan menuntun nenek moyang mereka keluar dari Mesir, berjalan di padang gurun dengan mujizat-mujizatNya yang ajaib hingga sampai ke Tanah Perjanjian  (Kanaan).  Sudah seharusnya jika mereka membalas kasih Tuhan itu dengan apa yang mereka miliki.

     Mungkin saat ini kita berpikir,  "Saya tidak punya harta atau materi yang bisa kupersembahkan untuk Tuhan.  Apa yang bisa kuberikan untuk Tuhan?"  Jangan pernah berpikir bahwa yang dapat kita pesembahkan kepada Tuhan itu hanyalah berkaitan dengan harta, materi atau uang.  Banyak hal yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan sebagai wujud kasih kita kepadaNya.  Tertulis:  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Kita dapat memberikan hidup kita untuk Tuhan.  Waktu, tenaga dan juga talenta yang kita miliki dapat kita persembahkan melalui pelayanan di gereja kita masing-masing.

Masih banyak orang Kristen yang menolak untuk melayani Tuhan!

Thursday, May 24, 2012

PEMIMPIN ROHANI: Harus Memberi Teladan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2012 -

Baca: 1 Timotius 3:1-7

"Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis."  1 Timotius 3:7

Menjadi berkat bagi orang lain adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin rohani.  Karena itulah kita mempunyai tugas menunjukkan prinsip-prinsip hidup ilahi secara nyata kepada orang lain sehingga mereka melihat bahwa kehidupan orang Kristen itu baik dan memiliki perilaku yang bersih.  Dikatakan pula bahwa seorang pemimpin rohani haruslah  "seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.  Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?"  (ayat 4-5).  Artinya, ia harus dapat mengatur rumah tangganya dengan baik:  dapat mendidik anak-anak untuk memiliki rasa takut akan Tuhan dan juga punya rasa hormat kepada orangtua.  Salomo menasihatkan,  "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.  Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu."  (Amsal 29:15, 17).

     Jika seseorang tidak tahu bagaimana mengatur rumah tangganya, bagaimana mungkin ia bisa mengatur jemaat?  Mengatur rumah tangga yang dimaksud bukan berbicara tentang bagaimana ia menerapkan aturan-aturan yang keras, ketat dan otoriter, tetapi bagaimana ia sebagai pemimpin mampu membimbing, memperlakukan dan juga mengarahkan seisi keluargaya dengan kasih Kristus.  Di samping itu seorang pemimpin rohani  "Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis."  (1 Timotius 3:6).  Seorang pemimpin rohani haruslah orang yang sudah memiliki pengalaman alias punya  "jam terbang"  tinggi, terbukti kemampuannya dan telah teruji kesetiaan dan ketekunannya melalui proses waktu.  Itulah sebabnya rasul Paulus melarang untuk menempatkan seseorang yang masih baru pada posisi kepemimpinan.  Ia harus ditempa dan dipersiapkan terlebih dahulu melalui ujian demi ujian supaya karakternya benar-benar kuat, dan yang lebih penting lagi dia harus dewasa secara rohani.  Jika tidak, itu akan sangat berbahaya!

     Tanpa persiapan yang matang seorang pemimpin akan mudah menjadi sombong dan membanggakan diri sendiri.

Pemimpin rohani yang benar selalu menjadi teladan dalam segala hal dan teguh mengerjakan panggilan Tuhan!