Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2012 -
Baca: 1 Timotius 3:1-7
"Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." 1 Timotius 3:1
Menjadi seorang pemimpin ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah, terlebih lagi menjadi seorang pemimpin rohani atau pemimpin gereja. Seorang pemimpin rohani "...Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari
satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi
tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang," (ayat 2-3). Artinya ia haruslah seorang yang bisa menjadi teladan dalam segala hal. Menjadi teladan berarti memiliki perilaku yang sangat baik sehingga tidak ada alasan bagi orang lain untuk menuduhkan suatu kesalahan atau memberikan dakwaan apa pun terhadap dirinya.
Seseorang tidak layak menempati posisi sebagai pemimpin dan mengajar orang lain bagaimana seharusnya menjalani hidup dengan benar apabila ia sendiri tidak menunjukkan tingkah laku yang benar dan rohani. Karena itu jika kita berkeinginan untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus menjadi teladan bagi orang lain terlebih dahulu. Orang lain akan mentertawakan kita jika kita begitu getol mengajar orang lain untuk hidup benar sedangkan kita sendiri masih hidup dalam ketidakbenaran. Bukankah kita justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain? Jika demikian, kita ini "setali tiga uang" dengan kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi: mereka paham firman Tuhan dan mengajar orang lain bagaimana hidup benar tetapi mereka sendiri tidak hidup dalam kebenaran, sehingga Tuhan Yesus sangat mengecam keras kehidupan mereka dan menyebutnya sebagai orang-orang munafik, "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang
bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan
pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata
orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:27-28).
Seorang pemimpin rohani bukan hanya fasih bicara tapi perlu mengoreksi diri apakah perkataannya sesuai dengan perbuatannya. Jika tidak, mereka tidak layak menjadi seorang pemimpin.
"Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." 1 Timotius 4:12b
Wednesday, May 23, 2012
Tuesday, May 22, 2012
TERBEBAS DARI RASA KUATIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Mei 2012 -
Baca: Filipi 4:1-9
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." Filipi 4:6
Seringkali kita berpikir bahwa memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa, wajar dan normal bagi kehidupan manusia. Namun bagi kehidupan orang percaya hal itu tidak seharusnya terjadi, karena kekuatiran adalah salah satu bentuk penjajahan Iblis. Kekuatiran membuat seseorang larut dalam kesedihan, murung sehingga sukacita dan damai sejahtera menjadi hilang. Ingat, ketika kita kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan. Kebenarannya adalah Tuhan tidak pernah memberikan roh yang mendatangkan kekuatiran dalam hidup orang percaya. Normalnya, hidup seorang Kristen adalah hidup yang terbebas dari rasa kuatir. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihatkan, "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran." (1 Korintus 7:32a). Mana mungkin kita hidup tanpa rasa kuatir? Tidak ada perkara yang mustahil! Asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Karena itu "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Jadi terbebas dari rasa kuatir adalah pilihan hidup karena kekuatiran itu adalah serangan. Dengan kata lain, ketika serangan kekuatiran itu datang, dan tidak kita lawan, ia akan menjajah dan mengintimidasi kita. Karena itu ketika serangan kekuatiran itu datang kita harus bertindak dan melawannya dengan percaya kepada Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh kuatir? Karena itu merupakan perintah Tuhan dan kita pun harus mentaatinya. Bukankah firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk tidak kuatir? Di dalam Amsal 12:25a dikatakan, "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi hidup kita, sebaliknya, malah merugikan. Jadi kekuatiran itu sama sekali tidak ada gunanya.
Buang semua kekuatiran karena kita memiliki Bapa yang sanggup memelihara hidup kita dan tidak pernah meninggalkan kita!
Baca: Filipi 4:1-9
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." Filipi 4:6
Seringkali kita berpikir bahwa memiliki kekuatiran adalah hal yang biasa, wajar dan normal bagi kehidupan manusia. Namun bagi kehidupan orang percaya hal itu tidak seharusnya terjadi, karena kekuatiran adalah salah satu bentuk penjajahan Iblis. Kekuatiran membuat seseorang larut dalam kesedihan, murung sehingga sukacita dan damai sejahtera menjadi hilang. Ingat, ketika kita kuatir berarti kita sedang meragukan kuasa Tuhan. Kebenarannya adalah Tuhan tidak pernah memberikan roh yang mendatangkan kekuatiran dalam hidup orang percaya. Normalnya, hidup seorang Kristen adalah hidup yang terbebas dari rasa kuatir. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihatkan, "Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran." (1 Korintus 7:32a). Mana mungkin kita hidup tanpa rasa kuatir? Tidak ada perkara yang mustahil! Asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Karena itu "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Jadi terbebas dari rasa kuatir adalah pilihan hidup karena kekuatiran itu adalah serangan. Dengan kata lain, ketika serangan kekuatiran itu datang, dan tidak kita lawan, ia akan menjajah dan mengintimidasi kita. Karena itu ketika serangan kekuatiran itu datang kita harus bertindak dan melawannya dengan percaya kepada Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh kuatir? Karena itu merupakan perintah Tuhan dan kita pun harus mentaatinya. Bukankah firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita untuk tidak kuatir? Di dalam Amsal 12:25a dikatakan, "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," Ayat ini jelas menunjukkan bahwa kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi hidup kita, sebaliknya, malah merugikan. Jadi kekuatiran itu sama sekali tidak ada gunanya.
Buang semua kekuatiran karena kita memiliki Bapa yang sanggup memelihara hidup kita dan tidak pernah meninggalkan kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)