Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2012 -
Baca: Hakim-Hakim 4:1-24
"Jawab Barak kepada Debora: 'Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.'" Hakim-Hakim 4:8
Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan. "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal. Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa
mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara
allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya,
sehingga mereka menyakiti hati Tuhan." (Hakim-Hakim 2:11-12). Kemudian Tuhan mengangkat hakim-hakim untuk memimpin dan memerintah bangsa Israel. Hakim yang pertama dipakai Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar. Meski berganti-ganti hakim, orang Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim. Orang Israel tetap saja tidak berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan.
Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai hakim atas umat Israel. Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan Efraim. Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Tugas yang tidak bisa dianggap mudah, apalagi bangsa Israel telah hidup di bawah penindasan raja Kanaan itu dengan Sisera selaku kepala pasukan selama 20 tahun, apalagi Sisera mempunyai 900 kereta besi, sementara bangsa Israel tidak memiliki satu pun kereta perang; belum lagi konflik intern bangsa Israel yang semakin menjadi-jadi. Sebagai wanita biasa, ada kemungkinan dia kurang dianggap oleh orang lain.
Meski menghadap situasi sulit Debora tidak menyerah. Ketika Tuhan memanggilnya ia yakin Dia akan memberi kekuatan dan kemampuan kepadanya. Melalui petunjuk dan perintah Tuhan ia memanggil Barak dan memerintahkannya mengumpulkan 10.000 orang dari suku Naftali dan Zebulon untuk pergi ke Gunung Tabor. (Bersambung)
Wednesday, May 9, 2012
Tuesday, May 8, 2012
ADA SAATNYA HARUS MENANTI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2012 -
Baca: Mazmur 40:1-18
"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." Mazmur 40:2
Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Apa Ia ingkar dengan janjiNya? Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya. JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.
Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan. Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:18). Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat. Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak. Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu). Kita tidak perlu takut pada jalan buntu. Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar. Oleh karena itu "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9). Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan. Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.
Mengapa Ia lambat menjawab doa kita? Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.
Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau! Aku memerlukan Engkau."
Baca: Mazmur 40:1-18
"Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." Mazmur 40:2
Banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa pertolongan Tuhan itu begitu lama?" Padahal Tuhan berkata sendiri, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Apa Ia ingkar dengan janjiNya? Camkan dalam hati bahwa Ia tidak pernah ingkar dengan janjiNya. JanjiNya yang tertulis dalam Alkitab pasti akan digenapi asalkan kita mau bersabar untuk menantikan Dia.
Mazmur 40:2-4 adalah kesabaran Daud dalam menantikan jawaban Tuhan. Daud percaya bahwa cepaat atau lambat doanya pasti dijawab Tuhan, karena "Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:18). Terkadang doa kita dijawab Tuhan dalam waktu singkat. Namun adakalanya doa kita dijawab Tuhan dalam waktu yang cukup lama, seperti Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan Ishak. Namun yakinlah bahwa di dalam Tuhan tidak ada deadlock (jalan buntu). Kita tidak perlu takut pada jalan buntu. Semua orang pasti pernah mengalami tidak ada jalan bagi masalahnya, tapi bagi orang-orang yang dikasihi Tuhan selalu ada jalan keluar. Oleh karena itu "...kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9). Untuk dapat menantikan jawaban Tuhan diperlukan suatu keberanian dalam diri kita, karena di dalamnya ada harga yang harus kita bayar, baik ketekunan, kesabaran, maupun kesetiaan. Ketiga hal ini kerapkali kita abaikan dan kita pun langsung menyalahkan Tuhan dan beranggapan bahwa Tuhan terlalu lambat untuk menolong kita.
Mengapa Ia lambat menjawab doa kita? Mungkin hidup kita dalam posisi tidak benar sehingga Tuhan harus menunggu sampai kita bertobat dan mengerti kehendakNya.
Mungkin saat ini Tuhan sedang membentuk kita sampai kita dapat berkata, "Tuhan, aku tidak mampu tanpa Engkau! Aku memerlukan Engkau."
Subscribe to:
Posts (Atom)