Thursday, April 19, 2012

MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:13

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13

Apa itu kasih mula-mula?  Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus;  hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.

     Mengapa kasih yang mula-mula ini penting?  Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan.  Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi.  Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan.  Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus.  Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka.  Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari.  Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya.  Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan.  Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan:  saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa.  Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan:  1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita.  Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata.  2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.  Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang.  3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya.  Oleh karena itu Tuhan mengingatkan,  "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!  Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan."  (Wahyu 2:5a, b).

Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.

Wednesday, April 18, 2012

MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2012 -

Baca:  Wahyu 2:1-7

"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  Wahyu 2:4

Apakah saat ini kita sedang bangga dengan kerohanian kita?  Kita sudah melayani Tuhan dan terlibat aktif di gereja lokal yang terkenal?  Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak terlalu membanggakan diri karena yang berhak menilai 'kualitas' pekerjaan kita bukanlah manusia, melainkan Tuhan.  Secara kasat mata mungkin kita melihat dan menilai bahwa gereja kita adalah gereja yang aktif dengan jemaat yang 'dewasa' rohani pula.  Hal ini bisa terlihat dari jadwal pelayanan yang tak pernah kosong, mulai hari Minggu hingga Sabtu, gereja penuh dengan kegiatan:  kebaktian umum, ibadah kelompok (sel), ibadah pria-wanita, ibadah doa puasa, ibadah pemuda dan sebagainya yang selalu dipenuhi dengan jiwa-jiwa.

     Keadaan ini tak jauh beda dengan jemaat di Efesus.  Kepada jemaat di Efesus Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu:  baik jerih payahmu maupun ketekunanmu."  (Wahyu 2:2a).  Jika kita perhatikan, jemaat di Efesus adalah jemaat yang dewasa rohaninya karena mereka setia, tekun, mampu membedakan guru-guru palsu (ayat 2), bahkan dikatakan:  "...engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku;  dan engkau tidak mengenal lelah." (ayat 3).  Bukankah ini sudah cukup membuktikan bahwa jemaat Efesus setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan?  Kurang apa lagi?  Secara manusia, kekristenan mereka pasti dikenan Tuhan.  Tetapi mengapa Tuhan masih mencela mereka?  Mata Tuhan sanggup melihat jauh melampaui pikiran dan juga penampilan luar kita karena  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,..."  (Ibrani 4:13).

     Jadi, Tuhan tahu keberadaan setiap jemaat dan individu yang ada di dalam gereja secara mendalam.  Saat ini mungkin yang menjadi fokus kita adalah hal-hal yang tampak dari luar:  jemaat yang banyak, organisasi gereja yang solid, aktivitas rohani (pelayanan yang padat), pula gedung gereja yang tampak megah dan besar dan sebagainya.  Tetapi ada hal penting yang malah terabaikan, dan itulah yang sedang Tuhan ungkap terhadaap jemaat di Efesus ini.  Ternyata banyak dari kita telah meninggalkan kasih mula-mula (ayat nas).  Kita telah menggantikan kasih kita kepada Tuhan dengan pekerjaan atau aktivitas rohani yang ada.  (Bersambung)