Monday, April 16, 2012

BERTOBAT DULU BARU MELAYANI TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2012 -

Baca:  Markus 6:6b-13

"Lalu pergilah mereka (murid-murid Yesus) memberitakan bahwa orang harus bertobat,"  Markus 6:12

Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang Kristen.  "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:19-20a).  Namun sebelum kita pergi ke luar memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, kita secara pribadi harus mengalami pertobatan sejati terlebih dahulu.  Kalau kita sendiri masih hidup dalam dosa, mengenakan 'manusia lama' dan tidak mengalami pertobatan secara pribadi, kita pasti tidak akan memiliki kuasa untuk mengajak orang lain percaya kepada Kristus.  Justru kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain dan mempermalukan nama Tuhan di hadapan mereka.  Jangan sampai hal ini terjadi!  Kita pasti akan gagal.  Oleh sebab itu sebelum kita pergi melayani orang lain dan memberitakan Injil, dosa-dosa kita harus dibereskan terlebih dahulu di hadapan Tuhan.  Kita harus benar-benar bertobat!

     Kata 'bertobat' dalam Perjanjian Baru disebut dengan 'Metanoia' yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan perilaku.  Seseorang yang sungguh-sungguh bertobat pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, tahu dan sadar akan dosa-dosa yang diperbuatnya, mengalami kesedihan dan penyesalan terhadap dosanya di hadapan Tuhan.  Tidak ada dosa yang ditutup-tutupi lagi!  Mari kita belajar seperti Daud yang berani berkata,  "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5).  Inilah bukti orang yang mau benar-benar bertobat!  Alkitab mencatat,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

     Jadi, seseorang dikatakan mengalami pertobatan sejati apabila ia sadar akan segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, lalu mau kembali kepada Tuhan.

Dengan demikian, tidak lagi menjadi 'senjata makan tuan', tetapi kita akan memiliki keberanian untuk pergi memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, karena Roh Kudus yang akan menuntun, membimbing dan memampukan kita untuk menjangkau jiwa-jiwa!

Sunday, April 15, 2012

ISHAK: Ketaatan Seorang Anak Perjanjian!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2012 -

Baca:  Kejadian 22:1-19

"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran..."  Kejadian 22:2

Tuhan berjanji kepada Abraham,  "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.'  Maka firmanNya kepadanya:  'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'"  (Kejadian 15:5).  Ternyata Tuhan baru menggenapi janji tersebut 25 tahun kemudian saat Ishak lahir.  Suatu penantian yang panjang!

     Tidak mudah bagi seseorang meneguhkan hati untuk menantikan janji Tuhan seperti Abraham ini.  Ketika berdoa selama seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun, dan belum beroleh jawaban, biasanya seseorang akan mudah kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Pemazmur menasihati,  "Nantikanlah Tuhan!  Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!  Ya, nantikanlah Tuhan!"  (Mazmur 27:14), karena  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Yang harus kita pahami, cara Tuhan bekerja seringkali di luar bahkan melampaui pikiran kita.  Pastinya, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya dan caraNya selalu ajaib!  Seringkali jawaban Tuhan datang pada detik-detik terakhir ketika kita hampir menyerah dan kuatir.  Akibat ketidaksabaran ini banyak dari kita yang akhirnya mem-by pass rencana Tuhan.

     Ishak adalah anak perjanjian yang dinanti-nantikan selama 25 tahun.  Darinyalah akan lahir bangsa yang besar dan diberkati;  ia lahir di masa tua Abraham, maka wajarlah jika Ishak menjadi 'harta berharga' bagi orang tuanya.  Namun Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai korban.  Tidak bisa dibayangkan betapa berat pergumulan Abraham!  Terlebih lagi ketika Ishak bertanya tentang korban bakaran itu,  "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7).  Meski dalam hatinya penuh tanya, Ishak tetap taat melakukan perintah bapanya.  Ketika menuju ke gunung Moria, Ishak rela diminta membawa sendiri kayu untuk korban bakaran itu di pundaknya, dan tanpa melakukan perlawanan ia rela diikat dan diletakkan di atas mezbah sebagai korban.  Dan di detik-detik terakhir, Tuhan membawa Abraham melihat ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut.

Ternyata Ishak tidak perlu dikorbankan karena domba telah disediakan Tuhan untuk dipersembahkan sebagai korban menggantikan posisi Ishak!